Khumaidi Pemulung Asal Mojokerto Tak Percaya Bisa Berangkat Haji ke Baitullah Bersama Istri

Pria asal Kabupaten Mojokerto yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung barang bekas di TPA Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo ini, merasa bahagia karena dapat berangkat berhaji setelah sempat tertunda selama tiga tahun karena pandemi.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 03 Jun 2024, 07:17 WIB
Khumaidi Katijan (49) pemulung asal Mojokerto berangkat haji. (Foto: Kemenag Jatim)

Liputan6.com, Jakarta Khumaidi  Katijan (49) hingga detik ini masih tidak pernah menyangka dia dan istrinya, Siti Fatimah (45 tahun), berangkat haji ke tanah suci untuk memenuhi kewajiban rukun Islam kelima.

Pria asal Kabupaten Mojokerto yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung barang bekas di TPA Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo ini, merasa bahagia karena dapat berangkat berhaji setelah sempat tertunda selama tiga tahun karena pandemi.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur tahun ini dipanggil untuk berhaji ke Baitullah,” tutur bapak dua anak ini.

Khumaidi dan istri semestinya berangkat haji pada 2021 namun saat itu penyelenggaraan ibadah haji ditiadakan karena pandemi Covid-19.

Khumaidi menceritakan keinginan untuk pertama kali mendaftar haji datang dari sang istri. Awalnya dia sempat pesimis karena merasa hanya seorang pemulung.

"Saya ini cuma pemulung barang bekas, biaya haji kan mahal apalagi kalau berdua,” ujarnya.

Rupanya keinginan sang istri tersebut tak dianggap sebelah mata oleh Khumaidi meski baginya itu bukan hal mudah.

“Pada tahun 2011 itu kebetulan tabungan kami sudah terkumpul 10 juta. Awalnya ingin saya belikan tanah kecil-kecilan tetapi saya ingat kalau istri ingin berangkat haji. Dibantu dana talangan, akhirnya saya bisa mendaftar haji,” terang Khumaidi.

Setelah mendaftar haji, Khumaidi berusaha menabungkan sebagian besar pendapatannya untuk persiapan dana pelunasan.

“Dari memulung, saya bisa memperoleh uang penghasilan seratus ribu atau kalau sedang sepi ya kurang dari seratus ribu perhari,” kenangnya.

2 dari 2 halaman

Membuat Bata Merah

Jemaah haji Indonesia yang berangkat dari Madinah mengambil miqat makani di Masjid Dzulhulaifah atau Bir Ali sebelum ke Makkah untuk umrah. (Foto: MCH PPIH Arab Saudi)

Lanjut Khumaidi, dari penghasilan tersebut, ia pergunakan 25 ribu untuk keperluan sehari-hari sedangkan sisanya ia sisihkan sebagai tabungan haji.

Untuk menambah penghasilannya, Khumaidi dan istrinya sempat mempunyai usaha membuat batu merah. Meski cukup membantu perekonomiannya, usaha ini sudah berhenti semenjak 4 tahun lalu karena tanahnya sudah habis. Kini, Khumaidi dan istrinya tergabung dengan kloter 65. Mereka telah terbang ke tanah suci pada Rabu (29/5) pukul 14.10 WIB.

Di tanah suci nanti, dia akan memohonkan doa supaya anak-anaknya dan saudara-saudaranya bisa berangkat ke tanah suci seperti dirinya. Dia juga berharap ia dan keluarganya diberikan kehidupan yang barokah oleh Allah SWT.

Infografis Cara Dapatkan Asuransi Jiwa dan Kecelakaan Jemaah Haji Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya