Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi komponen harga diatur Pemerintah dan komponen harga begejolak.
"Komponen harga diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,13 persen dengan andil deflasi 0,02 persen," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).
Advertisement
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen ini adalah tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarid kereta api.
Kemudian, untuk komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen harga bergejolak adalah beras, daging ayam ras, tomat, dan cabai rawit.
Sementara, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas, perhiasan, gula pasir, kue kering berminyak, dan biaya sewa rumah.
Sebagai informasi, Amalia menyampaikan, secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.
"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," ujarnya.
Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.
Mei 2024 Terjadi Deflasi 0,03%, BPS Ungkap Penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.
"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/4/2024).
Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.
Adapun komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, serta tomat dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,02 persen.
Komoditas lainnya yang memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen, kemudian tarif kereta api dengan andil 0,01 persen.
Selain itu, juga terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain emas, perhiasan, bawang merah, cabai merah dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen.
Advertisement
Harga Beras Turun, Inflasi 2024 Tetap Terjaga? Ini Jawaban Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo prediksi inflasi ke depan akan tetap terjaga sepanjang 2024. Keyakinan itu turut ditopang oleh harga komoditas pangan yang disebutnya mulai mengalami tren penurunan, termasuk harga beras.
Sedikit kilas balik, Perry menyebut inflasi April 2024 juga masih terus menurun dan tetap terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang juga lebih rendah dari ramalan pihak Bank Indonesia.
"IHK adalah 3 persen, lebih rendah dari yang kita perkirakan, 3,3 persen. Yang sangat rendah adalah inflasi inti, 1,82 persen. Ini menunjukan memang fundamental inflation-nya tetap terjaga," kata Perry, Rabu (8/5/2024).
Menurut dia, pencapaian itu salah satunya turut terjadi berkat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah bersama Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk mengatasi inflasi harga pangan bergejolak, atau volatile food.
"Masih tinggi, tapi sudah terjadi di April deflasi 0,31 persen. Sehingga inflasi month to month dan year on year turun dari 10,33 persen menjadi 9,63 persen," imbuh Perry.