Harga Beras Masih Jadi Biang Kerok Inflasi di 8 Kota

BPS mencatat ada 29 provinsi mengalami deflasi beras, sedangkan 1 provinsi stabil dan 8 provinsi lainnya masih ada yang mengalami inflasi beras

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Jun 2024, 13:00 WIB
Sebelumnya, pada Selasa (16/4/2024) harga beras mengalami kenaikan bersamaan dengan harga pangan lainnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, mengatakan pada Mei 2024, komoditas beras kembali mengalami deflasi sebesar 3,59 persen dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen.

"Jika dilihat lebih rinci deflasi pada bulan Mei ini utamanya didorong oleh komoditas beras pada Mei 2024 beras kembali mengalami deflasi sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15 persen," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).

Kata Amalaia, meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi komoditas beras masih terjadi karena stok beras yang tersedia masih memadai.

Adapun secara umum, BPS mencatat ada 29 provinsi mengalami deflasi beras, sedangkan 1 provinsi stabil dan 8 provinsi lainnya masih ada yang mengalami inflasi beras. Namun, ia tidak menyebutkan secara rinci daerah mana saja.

Transportasi Sumbang Deflasi

Lebih lanjut, terdapat kelompok lainnya yang juga berkontribusi pada deflasi bulan Mei 2024, yaitu transportasi. Pada momen pasca lebaran di tahun-tahun sebelumnya kelompok transportasi kembali mengalami penurunan harga pada Mei 2024 setelah mengalami kenaikan harga pada momen lebaran di bulan sebelumnya.

Kelompok transportasi terjadi menjadi penyumbang andil deflasi kedua terbesar pada Mei 2024 yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara dan tarif kereta api.

"Tarif angkutan antar kota dan tarif kereta api pada Mei 2024 ini mengalami deflasi terdalam sejak Januari 2021," ujarnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.


Mei 2024 Deflasi 0,03%, Ternyata ini Biang Keroknya

Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi komponen harga diatur Pemerintah dan komponen harga begejolak.

"Komponen harga diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,13 persen dengan andil deflasi 0,02 persen," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).

Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen ini adalah tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarid kereta api.

Kemudian, untuk komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen harga bergejolak adalah beras, daging ayam ras, tomat, dan cabai rawit.

Sementara, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas, perhiasan, gula pasir, kue kering berminyak, dan biaya sewa rumah.

Sebagai informasi, Amalia menyampaikan, secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.

"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," ujarnya.

Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya