Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statisti (BPS) menyatakan, meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi komoditas beras masih terjadi karena stok beras yang tersedia masih memadai.
Di tingkat eceran juga mengalami deflasi sebesar 3,59% secara bulanan dan inflasi sebesar 11,75% secara tahunan.
Advertisement
"Perlu saya informasikan, bahwa harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia," ujar Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).
Adapun secara umum, BPS mencatat ada 29 provinsi mengalami deflasi beras, sedangkan 1 provinsi stabil dan 8 provinsi lainnya masih ada yang mengalami inflasi beras. Namun, ia tidak menyebutkan secara rinci daerah mana saja.
BPS juga mencatat rata-rata harga gabah kering panen di tingkat petani naik sebesar 2,73% secara bulanan dan secara tahunan naik sebesar 4,64%.
Sedangkan, gabah kering giling turun sebesar 4,06% secara bulanan dan naik sebesar 8,40 persen secara tahunan.
"Sementara itu untuk rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan Mei 2024 turun sebesar 4,41% secara month to month, namun naik sebesar 10,71% secara year on year," kata dia.
Selanjutnya, untuk inflasi beras di tingkat grosir dan eceran pada bulan Mei 2024, di tingkat grosir terjadi deflasi sebesar 3,11% secara bulanan, dan terjadi inflasi sebesar 10,30% secara tahunan.
Harga Beras Masih Jadi Biang Kerok Inflasi di 8 Kota
Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, mengatakan pada Mei 2024, komoditas beras kembali mengalami deflasi sebesar 3,59 persen dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen.
"Jika dilihat lebih rinci deflasi pada bulan Mei ini utamanya didorong oleh komoditas beras pada Mei 2024 beras kembali mengalami deflasi sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15 persen," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).
Kata Amalaia, meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi komoditas beras masih terjadi karena stok beras yang tersedia masih memadai.
Adapun secara umum, BPS mencatat ada 29 provinsi mengalami deflasi beras, sedangkan 1 provinsi stabil dan 8 provinsi lainnya masih ada yang mengalami inflasi beras. Namun, ia tidak menyebutkan secara rinci daerah mana saja.
Transportasi Sumbang Deflasi
Lebih lanjut, terdapat kelompok lainnya yang juga berkontribusi pada deflasi bulan Mei 2024, yaitu transportasi. Pada momen pasca lebaran di tahun-tahun sebelumnya kelompok transportasi kembali mengalami penurunan harga pada Mei 2024 setelah mengalami kenaikan harga pada momen lebaran di bulan sebelumnya.
Kelompok transportasi terjadi menjadi penyumbang andil deflasi kedua terbesar pada Mei 2024 yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara dan tarif kereta api.
"Tarif angkutan antar kota dan tarif kereta api pada Mei 2024 ini mengalami deflasi terdalam sejak Januari 2021," ujarnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.
Advertisement
Mei 2024 Deflasi 0,03%, Ternyata ini Biang Keroknya
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi komponen harga diatur Pemerintah dan komponen harga begejolak.
"Komponen harga diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,13 persen dengan andil deflasi 0,02 persen," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen ini adalah tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarid kereta api.
Kemudian, untuk komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen harga bergejolak adalah beras, daging ayam ras, tomat, dan cabai rawit.
Sementara, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas, perhiasan, gula pasir, kue kering berminyak, dan biaya sewa rumah.
Sebagai informasi, Amalia menyampaikan, secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.
"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," ujarnya.
Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.