Hasto PDIP: Perencanaan Tidak Matang dan Beban Besar Buat Kepala Otorita IKN Mundur

Hasto juga menyoroti, bahwa struktur tanah di IKN sangat tidak stabil hingga rawan untuk menjadi pabrik apalagi Ibukota negara.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 03 Jun 2024, 14:54 WIB
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di UI, Depok, Senin (3/6/2024). (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menilai, mundurnya Kepala Otorita IKN (OIKN) Bambang Susantono beserta Wakil Kepala Otorita IKN Dhony Rahajoe, bukti perencanaan IKN tergesa dan tidak detail.

“Berbicara ibu kota negara, ini ibu kota dari lebih 270 juta rakyat Indonesia dengan cita-cita perjuangan para pahlawan bangsa, cita-cita geopolitik, semua harus dilakukan dengan seksama, dengan perencanaan yang detail, tidak bisa dengan terburu-buru. Dampaknya seperti ini,” kata Hasto Kristiyanto di UI, Depok, Senin (3/6/2024).

Hasto menyayangkan mundurunya dua pejabat tersebut, sebab 17 Agustus hanya tersisa dua bulan lagi, namun karena perencanaan tidak matang menyebabkan para pejabat tak mampu kejar target pembangunan untuk Agustusan.

“17 Agustus itu tidak lama lagi, tetapi kembali ini ketika segala sesuatunya itu muncul sebagai direction dari pusat yang harus dijalankan tanpa membuka suatu ruang bagi perencanaan secara alamiah harus berjalan, ya yang tejadi seperti ini. Sehingga ini akibat suatu perencanaan yang tidak matang yang terburu-buru sehingga menciptakan beban kerja yang begitu besar yang membuat yang bersangkutan mundur,” ungkapnya.

Selain itu, Hasto juga menyoroti, bahwa struktur tanah di IKN sangat tidak stabil hingga rawan untuk menjadi pabrik apalagi Ibukota negara.

“Saya pernah menjadi project manager di kawasan yang sama. Itu dari struktur tanahnya itu sangat tidak stabil, kemudian kemampuan untuk mendapatkan sumber daya bagi pelaksanaan pembangunan pabrik kelapa sawit aja mengalami delay, apalagi ini suatu ibu kota negara,” pungkasnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi IV Daniel Johan menilai, mundurunya Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono dan wakilnya, Donny Rahajoe membuktikan pembangunan IKN banyak masalah.

“Catatan penting bagi seluruh pihak bahwa sebenarnya cukup banyak masalah-masalah yang ada di dalam proses IKN. Kita sempat mendengar banyak gaji yang belum turun, kita sempat mendengar protect-protect masyarakat adat yang belakangan ini semakin keras, di samping tuntutan-tuntutan yang sangat besar,” kata Daniel di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (3/6/2024).

 

 


Target Terlalu Banyak dan Tidak Relevan

Menurut Daniel, target terlalu banyak dan tidak reevan dan banyak hal dalam persiapan belum tercapai.

“Seperti mengejar target-target untuk sampai 17an misalnya. Target target pembangunan, infrastruktur, bahkan Pak Basuki pun sempat bicara kan bagaimana dia pindah kalau misalkan fasilitas dasar air aja belum ada,” kata dia.

“Catatan penting sekaligus untuk semua yang terlibat benar benar menimbang kembali target target yang relevan dan sesuai dengan kemampuan itu seperti apa,” sambungnta. 

Menurut Ketua DPP PKB itu, Bambang pasti takut hingga gemetar melihat banyaknya target di IKN.

“Rasanya siapapun kepala otorita IK’pasti akan gemeter kakinya karena begitu tinggi targetnya. Jadi selamat kepada Pak Menteri PU dan Wakil Bang Raja Juli mudah mudahan kakinya kuat tidak gemeter,” kata dia.

Menurut Daniel, tak hanya pejabat, masyarakat juga  melihat dari luar target pemerintah terlalu besar.

“Masyarakat kan merasa ya setengah nggak yakin lah. ya kalau cuma sekedar ngumpul sih mungkin bisa ya, kalau dipaksakan ya, tetapi dlm rangka kesiapan pindah, kesiapan ibu kota gitu ya, justru saya malah jangankan IKN pondok indah aja, bisa sampai skrng hidup itu butuh 30 tahun,” pungkasnya.

Infografis Konsep Future Smart Forest City di IKN Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya