Harga Bitcoin Menguat Terbatas, Investor Cermati Langkah The Fed

Meskipun pasar ETF BTC spot AS mencatat arus masuk selama empat minggu berturut-turut, pekan depan bisa menjadi masa yang bergejolak bagi pasar keuangan global.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 04 Jun 2024, 10:12 WIB
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan tipis pada akhir pekan lalu, membalikkan sebagian kerugian sebelumnya dan berhasil menembus level USD 68.000. Data aliran pasar ETF Bitcoin spot AS pada Jumat lalu mendorong permintaan pembeli terhadap BTC. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan meningkatnya taruhan investor pada penurunan suku bunga The Fed di bulan September mempengaruhi minat terhadap ETF BTC spot. 

“Menurut CME FedWatch Tool, kemungkinan keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga pada bulan September turun dari 50,2% menjadi 45,2% dalam pekan yang berakhir pada tanggal 31 Mei,” kata Fyqieh dalam siaran pers, dikutip Selasa (4/6/2024).

Pada Mei, pasar ETF BTC spot AS mencatat total arus masuk bersih sebesar USD 2.095 juta, setelah mengalami total arus keluar bersih sebesar USD 344 juta pada bulan April. 

Cermati Langkah The Fed

Fyqieh menuturkan meskipun pasar ETF BTC spot AS mencatat arus masuk selama empat minggu berturut-turut, pekan depan bisa menjadi masa yang bergejolak bagi pasar keuangan global. 

“Data IMP Jasa ISM AS dan pasar tenaga kerja AS akan mempengaruhi prospek suku bunga The Fed,” jelasnya

Dimulainya kembali arus keluar bersih di pasar ETF BTC spot AS dan kebijakan The Fed yang lebih hawkish dapat memberikan dampak negatif bagi pasar kripto. Volatilitas Bitcoin terus memikat investor di seluruh dunia, dan perkembangan ekonomi terkini di Amerika Serikat mungkin akan menentukan langkah besar selanjutnya. 

Menurutnya, ketika ekspektasi beralih ke rilis data inflasi dalam waktu dekat, korelasi antara Indeks Harga Konsumen (CPI) dan fluktuasi Bitcoin menjadi sorotan. 

 


Inflasi AS Melambat Dapat Dorong Harga BTC

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Fyqieh mengungkapkan Bitcoin dapat mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa jika inflasi di Amerika Serikat, yang diukur dengan data CPI, cukup melambat. Jika inflasi mencapai 3,3% atau lebih rendah, Bitcoin berpotensi mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa. 

Data CPI AS akan dirilis pada 12 Juni. CPI bulan Mei tercatat sebesar 3,4%, sedikit menurun dari bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih terlalu tinggi untuk memungkinkan kenaikan signifikan pada Bitcoin. Dalam dua minggu menjelang rilis data bulan Mei, arus masuk ke ETF Bitcoin tetap kuat dengan harapan inflasi yang lebih rendah. 

Jika hasil CPI melebihi ekspektasi, momentumnya bisa melemah, seperti yang terjadi pada awal tahun ini. Jika CPI bulan Juni berada di bawah perkiraan, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor dan memicu gelombang baru pembelian BTC,”  

“Inflasi yang lebih rendah tidak hanya mendukung Bitcoin tetapi juga meningkatkan persepsi aset digital sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” pungkasnya.

Adapun sentimen Crypto Fear & Greed Index menunjukkan level Greed pada 73 poin, sedikit menurun dari pekan lalu yang berada di 74 poin. 

Meskipun ada penurunan kecil dalam optimisme, pasar kripto masih berada dalam fase yang cukup bullish. Investor tampaknya tetap percaya diri meskipun ada beberapa fluktuasi harga, menandakan keyakinan bahwa tren naik jangka panjang akan terus berlanjut. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya