Israel Klaim 4 Sandera yang Ditawan Hamas Tewas

Bertambahnya kematian sandera meningkatkan tekanan agar Israel dan Hamas segera menyetujui gencatan senjata.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Jun 2024, 11:03 WIB
Orang-orang berjalan di luar tembok Kota Tua Yerusalem yang terpampang foto para sandera yang diculik oleh militan Palestina pada serangan 7 Oktober dan saat ini ditahan di Jalur Gaza, 6 November 2023. Hingga saat ini, pertempuran antara pasukan Israel dengan kelompok militan Hamas masih berlangsung di Jalur Gaza. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan perwakilannya telah memberi tahu keluarga empat sandera yang ditahan di Jalur Gaza bahwa mereka sudah tewas. Mereka diculik dalam serangan Hamas pada ke Israel pada 7 Oktober 2023.

IDF menuturkan kepada pihak keluarga dari masing-masing sandera, yaitu Chaim Peri (80), Yoram Metzger (80), Amiram Cooper (84), dan Nadav Popplewell (51) bahwa jasad mereka masih ditahan Hamas.

Menurut IDF, keputusan untuk mengumumkan empat sandera tewas didasarkan pada intelijen dan dikonfirmasi oleh komite ahli Kementerian Kesehatan Israel, berkoordinasi dengan Kementerian Layanan Agama dan Kepala Rabi Israel.

Keadaan kematian mereka dalam penawanan Hamas masih dalam investigasi, sebut IDF, yang mengatakan mereka menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan informasi tentang para sandera yang masih berada di Jalur Gaza.

Juru bicara utama IDF Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dikutip CNN, Selasa (4/6/2024) mengungkapkan, "Orang-orang yang mereka cintai terbunuh beberapa bulan yang lalu selama penawanan Hamas di Jalur Gaza dan jenazah mereka masih ditahan oleh Hamas. Kami menilai mereka berempat terbunuh bersama-sama di daerah Khan Younis selama operasi melawan Hamas di sana."

Pada bulan Mei, Hamas mengatakan Popplewell, seorang warga negara Israel-Inggris, meninggal karena luka-luka akibat serangan jet tempur Israel di tempat penahanannya sebulan sebelumnya.

Lebih dari 250 orang disandera dan diculik ke Jalur Gaza selama serangan 7 Oktober, namun lebih dari 100 orang telah dibebaskan selama gencatan senjata sementara tahun lalu.

Kantor Perdana Menteri Israel yakin masih ada 124 sandera - hidup dan mati - di Jalur Gaza, di mana empat di antaranya diculik sebelum 7 Oktober. Dari 120 sandera lainnya yang disandera pada 7 Oktober, Israel kini yakin 41 orang tewas.

Menteri Kabinet Perang Israel dan Ketua Partai Persatuan Nasional Israel Benny Gantz menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mereka yang dinyatakan meninggal pada hari Senin (3/6), dengan mengatakan di saluran Telegram-nya bahwa berita tersebut adalah pengingat yang menyakitkan akan tugas moral tertinggi untuk terus berperang melawan terorisme dan melakukan segalanya untuk memulangkan semua sandera secepat mungkin, sekalipun dengan risiko yang mahal.

Kematian terbaru ini kemungkinan akan meningkatkan tekanan pada kepemimpinan Israel untuk menyetujui proposal gencatan senjata yang disodorkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pekan lalu.


Tekanan untuk Menyetujui Proposal Gencatan Senjata

Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023. (Dok. Evan Vucci/AP)

Menyusul berita kematian empat sandera tersebut, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang di Israel kembali menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah Israel untuk segera menyetujui proposal gencatan senjata.

Organisasi tersebut menyatakan berita empat kematian sandera sebagai aib dan refleksi menyedihkan atas penundaan kesepakatan sebelumnya.

"Pemerintah Israel harus mengirimkan delegasi perundingan malam ini dan mengembalikan 124 sandera, baik yang masih hidup maupun yang terbunuh, ke rumah mereka," kata kelompok itu dalam pernyataannya pada Senin.

"Chaim, Yoram, Amiram, dan Nadav diculik hidup-hidup, beberapa dari mereka sempt bersama sandera lain yang berhasil kembali dalam kesepakatan sebelumnya – dan mereka seharusnya kembali hidup ke negara dan keluarga mereka."

Proposal Biden, yang menurutnya diusulkan oleh Israel, terdiri dari tiga fase yang akan menjamin pembebasan sandera dibarengi dengan gencatan senjata.

Tahap pertama dari proposal yang diusulkan akan mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh, penarikan pasukan Israel dari daerah berpenduduk, pembebasan sejumlah sandera dan jenazah sandera, warga Palestina dapat kembali ke rumah-rumah mereka, dan lonjakan bantuan kemanusiaan.

Fase kedua adalah penghentian permusuhan secara permanen, pertukaran tahanan dan sisa sandera yang masih hidup, serta penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Tahap ketiga adalah rencana rekonstruksi besar-besaran Jalur Gaza dengan bantuan AS dan internasional dan pengembalian sisa jenazah sandera.

Pada hari Senin, para pemimpin dari negara-negara Kelompok 7 (G7) menambah tekanan dengan mendukung proposal tersebut.

"Kami menyerukan Hamas untuk menerima kesepakatan ini, yang siap untuk ditindaklanjuti Israel, dan kami mendesak negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Hamas untuk membantu memastikan bahwa mereka melakukan hal tersebut," sebut pernyataan Bersama para pemimpin G7, yang terdiri dari AS, Italia, Jepang, Inggris, Kanada, Jerman, dan Prancis.

Namun, apakah Israel, pada kenyataannya, “siap untuk bergerak maju” dengan rencana yang dibuat oleh Biden masih belum diketahui, karena pemerintah Israel telah memberikan serangkaian pernyataan tidak berkomitmen yang menciptakan ketidakpastian mengenai proposal itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya