Liputan6.com, Jakarta - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengumumkan kinerja pada kuartal I 2024 yang berakhir pada 31 Maret 2024. Pada periode tersebut, Sepatu Bata membukukan rugi Rp 13,86 miliar.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa (4/6/2024), perseroan membukukan penjualan Rp 113,46 miliar pada kuartal I 2024. Penjualan itu turun 16,63 persen dibandingkan penjualan pada kuartal I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 136,09 miliar.
Advertisement
Sementara penjualan turun, beban pokok penjualan relatif sama, yakni sebesar Rp 80,36 miliar pada kuartal I 2024 dibandingkan Rp 80,59 miliar pada kuartal I 2023. Alhasil, laba kotor perseroan pada kuartal I 2024 turun menjadi Rp 33,1 miliar dari Rp 55,5 miliar pada kuartal I 2023.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 41,89 miliar serta beban umum dan administrasi Rp 22,55 miliar. Pada periode yang sama, perseroan membukukan keuntungan pelepasan aset tetap senilai Rp 28,34 miliar dan biaya usaha lainnya Rp 1,78 miliar.
Dari rincian tersebut, perseroan berhasil menekan rugi usaha menjadi Rp 4,79 miliar pada kuartal I 2024. Adapun pada kuartal I tahun lalu, rugi usaha perseroan mencapai Rp 27,65 miliar. Pada kuartal I 2024, perseroan juga membukukan penghasilan keuangan Rp 215,14 juta dengan beban keuangan Rp 9,06 miliar.
Setelah memperhitungkan beban pajak, perseroan membukukan rui berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 13,86 miliar. Rugi itu menyusut dibanding rugi kuartal I 2023 yang tercatat sebesar Rp 27,15 miliar.
Aset perseroan sampai dengan Maret 2024 tercatat sebesar Rp 665,04 miliar, naik dibanding posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 585,74 miliar. Liabilitas sampai dengan Maret 2024 naik menjadi Rp 548,18 miliar dari 545,4 miliar pada Desember 2023. Sementara ekuitas sampai dengan 31 Maret 2024 turun menjadi Rp 117,76 miliar dari Rp 131,35 miliar pada Desember 2023.
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Jokowi Duga karena Efisiensi hingga Kalah Saing
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menilai tutupnya pabrik sepatu Bata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat disebabkan karena efisiensi yang harus dilakukan perusahaan. Selain itu, dia menduga pabrik tutup karena kalah saing dengan produk-produk baru.
"Ya ini kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kondisi, karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Jokowi di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024).
Kendati begitu, tutupnya pabrik sepatu Bata tak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Sebab, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 5,11 persen di kuartal I 2024.
"Yang jelas secara makro perkembangan ekonomi kita sangat baik 5,11," ujarnya.
Sebelumnya, pihak perusahaan sepatu Bata melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta pada akhir Maret.
Di antara alasannya, karena selama empat tahun terakhir, pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian akibat sepi order.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Didi Garnadi dalam kesempatan terpisah mengatakan bahwa akibat sepi order, PT Sepatu Bata melakukan PHK para karyawannya secara bertahap. Jumlah karyawannya yang terkena PHK sebanyak 233 orang.
PT Sepatu Bata Tbk mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup pada awal Mei 2024. Penghentian produksi pabrik sepatu itu telah diumumkan melalui keterbukaan Informasi di Bursa Efek Indonesia, 2 Mei 2024.
Advertisement
Bata Tutup Pabrik di Purwakarta, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen
Sebelumnya, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) diketahui menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April 2024 lalu. Menanggapi itu, Kementerian Perindustrian berencana memanggil manajemen perusahaan.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni mengatakan pemanggilan terhadap manajemen Bata akan dilakukan dalam waktu dekat. Dia akan meminta penjelasan terkait penutupan pabrik Bata di Purwakarta tersebut.
"Kami akan panggil industri alas kaki Bata," kata Febri saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (6/5/2024).
Dia melihat, perusahaan Bata sendiri mayoritas bergerak di bidang ritel. Kemudian, produk yang dijajakan diisi oleh produk impor. Sementara, manufaktur di Indonesia sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu.
"Manufaktur bata sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu, itu pun bahan bakunya berasal dari impor. Nah kami menyampaikan ada kebijakan lartas (larangan dan pembatasan) semoga kebijakan lartas untuk alas kaki bisa dimanfaatkan oleh industri alas kaki nasional untuk mulai membangun pabrik di Indonesia," jelasnya.
Dia menjelaskan, lartas berlaku untuk barang jadi yang diimpor ke Indonesia. Sementara, untuk bahan baku tidak terkena batasan masuk bagi industri.
Dia berharap, perusahaan produsen alas kaki seperti Bata bisa memanfaatkan hal tersebut guna mendorong pembangunan pabrik di dalam negeri. Harapannya lagi, bisa membuka lapangan kerja.
"Kami sarankan (Bata) perkuat lagi pabriknya di Indonesia. Kebijakan lartas itu untuk memdorong invetasi di industri alas kaki di sektor industri yang kena lartas itu masuk, bangun pabrik di Indonesia," ucapnya.
Terkait penyebab dihentikannya produksi pada pabrik Bata di Purwakarta, Febri enggan berspekulasi. Pasalnya, pada posisi ini Kemenperin bertindak sebagai regulator industri. "Kita pantau berita, kalau itu strategi bisnisnya kan bagaimana. Kami enggak bisa apa-apa, kan kami sebagai regulator," pungkasnya.
Pabrik Bata Tutup
Diberitakan sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat menyampaikan lebih dari 200 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat ditutupnya pabrik sepatu Bata di daerah itu, PT Sepatu Bata Tbk.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Didi Garnadi mengatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi dari manajemen mengenai kondisi PT Sepatu Bata yang gulung tikar akibat sepi order.
Ia menyampaikan bahwa sebelum resmi ditutup, sekitar akhir Maret lalu, pihak perusahaan sepatu Bata melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta.
Di antara alasannya, karena selama empat tahun terakhir, pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian akibat sepi order.
"Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK, karena perusahaannya tutup," katanya dikutip dari Antara, Senin (6/5/2024).
Menurut dia, akibat sepi order, PT Sepatu Bata melakukan PHK para karyawannya secara bertahap. Jumlah karyawannya yang terkena PHK sebanyak 233 orang.
"Pihak perusahaan telah melaporkan akan menyelesaikan seluruh hak-hak karyawannya yang di PHK, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata dia.
PT Sepatu Bata Tbk mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup pada awal Mei 2024.
Penghentian produksi pabrik sepatu Bata yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu telah diumumkan melalui keterbukaan Informasi di Bursa Efek Indonesia, 2 Mei 2024.
Advertisement