Liputan6.com, Mexico City - Presiden Meksiko terpilih, perempuan pertama yang memenangkan jabatan tersebut, menghadapi banyak tantangan, termasuk kekerasan kartel yang terus-menerus terjadi, negara yang terpecah belah, program sosial yang kekurangan dana, dan bayang-bayang mentornya, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador (70).
Bagi sebagian analis, soalan utama bagi pemimpin Meksiko berikutnya secara garis besar terdiri dari tiga hal: uang, dialog, dan hasil Pilpres Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Claudia Sheinbaum (61), yang memulai masa jabatan enam tahunnya sebagai presiden pada 1 Oktober, memiliki waktu empat bulan ke depan untuk menentukan agenda pemerintahannya. Selama masa tersebut, Lopez Obrador diperkirakan akan terus menyampaikan konferensi pers harian dalam upayanya untuk memperkuat warisannya.
Bagi Sheinbaum dan Lopez Obrador, hidup berdampingan mungkin tidak mudah: Lopez Obrador dinilai memecah belah masyarakat; Sheinbaum mengatakan dia ingin menyatukannya. Lopez Obrador adalah pemimpin massa; Sheinbaum adalah seorang akademisi dan ilmuwan.
Lopez Obrador sendiri sudah menekankan dia tidak akan mencampuri pemerintahan anak didiknya.
"Saya tidak bercita-cita menjadi 'pemimpin moral', 'maximum boss', 'caudillo'," kata Lopez Obrador pada Senin (3/6/2024), seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (5/6).
Lopez Obrador bersikeras bahwa setelah masa kepresidenannya berakhir, dia akan "berbicara dengan pepohonan, hidup dengan burung". Namun, dia jugalah yang mengumumkan pada hari Senin bahwa menteri keuangan saat ini Rogelio Ramirez de la O akan tetap menjabat pada pemerintahan berikutnya dalam upaya untuk menghindari kehancuran pasar.
Tantangan ekonomi utama bagi Sheinbaum dinilai adalah apakah dia akan mempunyai dana untuk melanjutkan program sosial pendahulunya, mengingat pemerintah memiliki defisit sebesar hampir 6 persen dan kementerian keuangan telah berjanji untuk menguranginya.
"Perlu ada reformasi fiskal," kata pakar ekonomi dan hubungan internasional Isidro Morales.
Jika tidak, Morales yang menyinggung menurunnya pendapatan minyak Meksiko sebagai salah satu masalah menyatakan, "Sheinbaum akan mengalami kesulitan."
Perusahaan minyak milik negara Meksiko, Pemex, adalah simbol nasionalisme Lopez Obrador yang paling kuat, namun perusahaan ini pula terus mengalami kerugian dan minyak kini jauh dari sumber pendapatan utama seperti dulu. Fakta tersebut merupakan sebuah garis merah bagi Sheinbaum yang, meskipun dia adalah seorang ilmuwan iklim yang ingin beralih ke energi ramah lingkungan, dia menutup kampanyenya minggu lalu di hadapan spanduk-spanduk besar dukungan dari para pekerja di industri minyak.
Pengaruh Pilpres AS
Hasil dari Pilpres AS juga merupakan variabel penting bagi kepemimpinan Sheinbaum.
Profesor di pusat penelitian publik Meksiko CIDE Carlos A. Perez Ricart menilai bahwa terpilihnya kembali Joe Biden atau Donald Trump ke tampuk kekuasaan tidak hanya akan memengaruhi kebijakan keamanan, perdagangan dan imigrasi Meksiko, namun juga banyak keputusan internal mengenai peran militer negara itu.
Sheinbaum menempuh pendidikan di AS, dia berbicara bahasa Inggris, dan memahami politik AS, yang akan membuat orang berpikir akan ada lebih banyak pemahaman dengan Washington, namun tidak ada yang bisa mengendalikan faktor Trump.
Dan dalam hal imigrasi dan keamanan, presiden baru Meksiko dihadapkan pada kebijakan-kebijakan yang sudah ada, yang hanya memperlambat migrasi ke perbatasan AS, namun gagal mengurangi kekerasan yang terus-menerus terjadi di Meksiko.
Untuk menghadapi meningkatnya kekerasan di Meksiko, para analis menuturkan negara tersebut perlu memperkuat polisi sipil dan kejaksaan. Sebaliknya, Lopez Obrador memilih untuk memiliterisasi negaranya, memberikan angkatan bersenjata kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang sipil – mulai dari keamanan dalam negeri hingga konstruksi – dengan risiko terhadap hak asasi manusia dan akuntabilitas yang tersirat di dalamnya.
Masih belum jelas apa yang diinginkan Sheinbaum dari militer, apa yang bisa dia ubah, atau tekanan apa yang bisa diberikan militer terhadapnya.
"Penting bagi Meksiko untuk memiliki pemerintahan yang kuat dan membela pemisahan kekuasaan," tutur Perez Ricart, merujuk pada fakta bahwa Lopez Obrador telah mengajukan sejumlah proposal konstitusional yang kontroversial, termasuk menghilangkan lembaga-lembaga yang memberikan pengawasan terhadap kekuasaan eksekutif dan mewajibkan hakim untuk mengikuti pemilu.
Advertisement
Siapa Claudia Sheinbaum?
Sheinbaum akan menjadi pemimpin perempuan pertama Meksiko setelah lebih dari 200 tahun kemerdekaan negara itu. Dia merupakan mantan wali kota Mexico City dan tokoh sayap kiri yang menjalankan kampanye dengan memanfaatkan popularitas pendahulunya.
Meskipun Sheinbaum dekat dengan Lopez Obrador secara politis dan berbagi banyak gagasannya tentang peran pemerintah dalam mengatasi kesenjangan, dia dipandang kurang agresif dan lebih berorientasi pada data.
Latar belakang Sheinbaum adalah sains. Dia memiliki gelar Ph.D. dalam bidang teknik energi. Kakaknya adalah seorang fisikawan. Dalam wawancara tahun 2023 dengan AP, Sheinbaum menyatakan, "Saya percaya pada sains."
Para pengamat mengatakan bahwa sikap membumi terlihat dalam tindakan Sheinbaum sebagai wali kota selama pandemi COVID-19, ketika kotanya yang berpenduduk sekitar 9 juta jiwa mengambil pendekatan yang berbeda dari apa yang dianut Lopez Obrador di tingkat nasional.
Ketika pemerintah federal meremehkan pentingnya pengujian virus corona, Mexico City memperluas program pengujiannya. Sheinbaum menetapkan batasan jam kerja dan kapasitas bisnis ketika virus menyebar dengan cepat, sementara Lopez Obrador ingin menghindari tindakan apa pun yang dapat merugikan perekonomian. Dan dia secara terbuka mengenakan masker pelindung dan mendesak menjaga jarak sosial Ketika sang presiden masih menyerbu kerumunan orang.
Tidak hanya menjadi presiden perempuan pertama Meksiko, Sheinbaum juga akan menjadi orang pertama berlatar belakang Yahudi yang memimpin negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik itu.