Bursa Saham Asia Bergerak Beragam, Investor Pantau Hasil Pemilu India

Bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam pagi ini. Para investor memantau hasil pemilu di India setelah Partai Bharatiya Janata yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi gagal meraih mayoritas mutlak di majelis rendah parlemen.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jun 2024, 08:50 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam pagi ini. Para investor memantau hasil pemilu di India setelah Partai Bharatiya Janata yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi gagal meraih mayoritas mutlak di majelis rendah parlemen.

Meski begitu, Modi dipastikan akan menjabat untuk ketiga kalinya setelah Aliansi Demokratik Nasional yang dipimpin BJP mendapatkan 294 kursi, lebih dari 272 kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan koalisi.

Indeks saham S&P/ASX 200 di Australia naik 0,16%. Namun, indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,14%, sementara Topix yang lebih luas turun 1,4%.

Di Korea Selatan, indeks saham Kospi naik 0,63%, sementara Kosdaq yang lebih kecil naik 0,21%.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong berada di 18.345, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan dengan penutupan HSI di 18.444,11.

Di AS, Dow Jones Industrial Average naik saat Wall Street berusaha menemukan pijakannya setelah awal bulan yang tidak stabil.

Dow Jones Industrial Average yang terdiri dari 30 saham naik 0,36%, sementara S&P 500 bertambah 0,15% dan Nasdaq Composite naik 0,17% menjadi 16.857,05.

IHSG Menghijau saat Bursa Asia Melemah, Saham DOID Merosot 3,48%

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan Selasa, 4 Juni 2024. Penguatan IHSG terjadi di tengah sektor saham siklikal pimpin penguatan.

Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,90 persen ke posisi 7.099,31. Indeks saham LQ45 menguat 0,85 persen ke posisi 895,79. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.149,19 dan terendah 7.065,03. Sebanyak 291 saham menguat sehingga angkat IHSG. 273 saham melemah dan 214 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.072.754 kali dengan volume perdagangan 17,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,5 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.215. Investor asing jual saham Rp 45,62 miliar. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 6,53 triliun.

Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham siklikal naik 1,23 persen, dan pimpin penguatan. Sektor saham basic mendaki 0,47 persen, sektor saham nonsiklikal melesat 0,67 persen, dan sektor saham siklikal naik 1,23 persen.

 


Sektor Saham Keuangan

Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Selain itu, sektor saham keuangan mendaki 0,70 persen, sektor saham properti bertambah 1,04 persen, sektor saham infrastruktur melesat 1,01 persen dan sektor saham transportasi bertambah 0,32 persen.

Sementara itu, sektor saham energi turun 1,39 persen, dan catat koreksi terbesar. Lalu sektor saham industri susut 0,57 persen, sektor saham kesehatan turun tipis 0,17 persen, dan sektor saham teknologi melemah 1,05 persen.

Pada penutupan perdagangan Selasa pekan ini, saham DOID merosot 3,48 persen ke posisi Rp 555 per saham. Saham DOID dibuka stagnan di posisi Rp 575 per saham. Harga saham DOID berada di level tertinggi Rp 580 dan terendah Rp 550 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.381 kali dengan volume perdagangan 249.175 saham. Nilai transaksi Rp 14,2 miliar.

 


Sentimen yang Pengaruhi IHSG

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Mengutip Antara, dalam kajian tim riset Philip Sekuritas menyebutka, sektor manufaktur memang sedang mengalami pukulan keras dari kenaikan suku bunga, yang di maksudkan untuk mengendalikan inflasi.

"Sub-Indeks Manufacturing New Orders turun ke level 45.4, atau terendah dalam setahun terakhir dari level 49,1 pada April 2024 dan jauh di bawah estimasi pasar sebesar 49,4, sedangkan Sub-Indeks Manufacturing Prices Paid turun ke level 57,0 dari sebelumnya level 60,9, atau berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 60,0,"

Selain itu, data Construction Spending memperlihatkan belanja konstruksi di Amerika Serikat (AS) turun 0,1 persen month to month (mtm) pada April 2024, menyusul penurunan sebesar 0.2 persen (mtm) pada bulan sebelumnya dan bertolak belakang dengan ekspektasi pasar yang naik 0,2 persen.

Dari pasar obligasi, imbal hasil (yield) juga bergerak turun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun anjlok sekitar 11 basis poin (bps) menjadi 4,40 persen, atau terendah dalam dua pekan.

Sementara itu, yield US Treasury Note bertenor 2 Tahun turun hampir 8 bps menjadi 4.81 persen karena investor memperdebatkan arah pergerakan suku bunga. Para pelaku pasar melihat 59 persen peluang bank sentral AS The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuan pada September 2024, atau naik dari 53 persen sebelum rilis data ISM Manufacturing Index.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya