Menlu Lavrov: Militer Prancis di Ukraina Adalah Target Sah bagi Pasukan Rusia

Komandan tertinggi Ukraina mengatakan pekan lalu bahwa dia telah menandatangani dokumen yang memungkinkan instruktur militer Prancis untuk segera mengakses pusat pelatihan Ukraina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jun 2024, 12:04 WIB
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. (Dok. AFP/Maxim Shemetov)

Liputan6.com, Brazzaville - Setiap instruktur militer Prancis di Ukraina akan menjadi target sah bagi angkatan bersenjata Rusia. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Selasa (5/6/2024) dalam kunjungannya ke Afrika.

Lavrov menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Republik Kongo Jean Claude Gakosso.

"Mengenai instruktur Prancis, saya pikir mereka sudah berada di wilayah Ukraina," kata Lavrov, merujuk pada instruktur militer yang mungkin dikirim Prancis untuk melatih pasukan Ukraina, sepert dilansir kantor berita AP, Kamis (6/5).

"Terlepas dari status mereka, pejabat militer atau tentara bayaran, adalah target yang sah bagi angkatan bersenjata kami."

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pekan lalu bahwa dia tidak akan mengomentari rumor atau keputusan yang telah dibuat. Dia mengaku akan menguraikan dukungan Prancis pada peringatan 80 tahun D-Day akhir pekan ini.

Kantor Macron menyatakan tidak akan mengomentari pernyataan Lavrov. Pada hari yang sama, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa instruktur yang melatih pasukan Ukraina tidak memiliki kekebalan apa pun, dan tidak peduli apakah mereka orang Prancis atau bukan.


Rusia Menolak KTT Perdamaian Ukraina

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov . (Dok. Layanan Pers Kemlu Rusia via AP)

Lavrov telah mengunjungi Benua Afrika beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir saat Rusia dinilai berupaya menggalang dukungan di tengah invasinya ke Ukraina.

Sementara itu, sejumlah negara Afrika dalam beberapa tahun terakhir telah menyatakan rasa frustrasinya terhadap mitra tradisional mereka di Barat seperti Prancis dan Amerika Serikat. Beberapa dari mereka disebut beralih ke Rusia untuk mencari bantuan dalam memerangi pemberontakan ekstremis.

Lavrov pada hari Selasa juga menolak KTT Perdamaian Ukraina yang akan diadakan akhir bulan ini di Swiss. Rusia tidak diundang.

"Konferensi di Swiss itu tidak ada artinya," ujarnya. "Satu-satunya makna yang ada adalah mencoba mempertahankan blok anti-Rusia yang sedang dalam proses kehancuran."

Republik Kongo adalah perhentian kedua dalam tur Lavrov. Dia sebelumnya mengunjungi Guinea pada hari Senin (3/6).

Pada Selasa malam, Lavrov mendarat di bandara ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou, di mana dia bertemu dengan Kapten Ibrahim Traore pada Rabu.

Traore mengambil alih kekuasaan setelah kudeta militer tahun 2022. Dari Burkina Faso, Lavrov bertolak ke Chad.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya