Delta Dunia Akuisisi Produsen Antrasit UHG Terbesar Kedua di AS, Segini Nilainya

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) pakai kas dan fasilitas pembiayaan pinjaman untuk akuisisi Atlantic Carbon Group Inc (ACG), produsen antrasit UHG terbesar kedua di Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jun 2024, 17:48 WIB
PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melalui American Anthracite SPV I, LLC, anak perusahaan PT Bukit Makmur Internasional (BUMA International) telah menandatangani perjanjian pembelian saham atau stock purchase agreement/SPA) untuk akuisisi strategis atas Atlantic Carbon Group Inc (ACG). (Foto: PT Delta Dunia Makmur Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melalui American Anthracite SPV I, LLC, anak perusahaan PT Bukit Makmur Internasional (BUMA International) telah menandatangani perjanjian pembelian saham atau stock purchase agreement/SPA) untuk akuisisi strategis atas Atlantic Carbon Group Inc (ACG), produsen antrasit UHG terbesar kedua di Amerika Serikat.

Nilai transaksi akuisisi tersebut sebesar USD 122,4 juta atau sekitar Rp 1,99 triliun (asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS 16.293). Transaksi itu untuk memastikan kepemilikan grup atas empat tambang antrasit UHG yang berproduksi di Pennsylvania.  Adapun transaksi ini diharapkan akan selesai pada Juni 2024.

Setelah akuisisi, grup akan menjadi produsen utama antrasit UHG secara global. Transaksi ini semakin diversifikasi bisnis grup secara geografis dan ke dalam komoditas masa depan, sejalan dengan strategi transformasinya.

Manajemen menyatakan, transaksi ini menarik secara finansial karena valuasi, leverage, dan dampak terhadap pendapatan yang menguntungkan, serta memperluas hubungan gryp dengan pelanggan dan pemangku kepentingan utama.

Melalui transaksi ini, grup mengambil alih kendali atas kegiatan operasional ACG. Antrasit UHG merupakan bahan penting untuk produksi komersial baja rendah karbon (LC Steel) dan dapat mengurangi emisi karbon dari proses produksi hingga 74 persen.

Cadangan antrasit grup cukup untuk mendukung kegiatan penambangan selama lebih dari 25 tahun, dan akhirnya akan mendukung kapasitas produksi hingga 25 juta ton LC Steel per tahun. Direktur Utama Grup Delta Dunia, Ronald Sutardja menuturkan, transaksi ini merupakan tonggak sejarah yang signifikan bagi grup.

"Setelah transaksi selesai, kami akan mencapai sejumlah capaian strategis kami. Grup akan menjadi pemilik tambang untuk komoditas yang sangat penting untuk produksi LC Steel,” ujar dia seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu (5/6/2024).

 

 


Diversifikasi Pendapatan

Pencapaian kinerja positif perusahaan di sepanjang 2022 menunjukkan keberhasilan strategi diversifikasi.

Ia menambahkan, pihaknya akan memperluas jejak geografis ke wilayah pertambangan utama lainnya. "Selain itu, kesepakatan ini semakin mendiversifikasi pendapatan kami menuju target ESG untuk menurunkan pendapatan dari batu bara termal menjadi di bawah 50 persen dari total pendapatan kami pada 2028," kata dia.

Perseroan akan memakai kas dan fasilitas pembiayaan sebesar USD 750 juta dari BNI dan Bank Mandiri untuk akuisisi. 

Adapun Perseroan berharap kegiatan operasional ACG dapat menambah pendapatan sebesar USD 120 juta-USD 130 juta per tahun. "Proyeksi ini juga merupakan tambahan dari panduan pendapatan grup untuk 2024 yang telah dirilis sebelumnya berdasarkan kegiatan operasional yang sudah ada,” kata dia.

Ekspansi ke Amerika Serikat memungkinkan grup untuk memanfaatkan peningkatan permintaan antrasit UHG yang digunakan dalam Electric Arc Furnace (EAF). Selama dekade terakhir, ekspor antrasit dari AS telah tumbuh dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 10,6 persen dari 2014-2023.

Semua proyeksi ekspansi kapasitas produksi baja di AS dan Eropa ditujukan untuk EAF dan antraist UHG dari AS akan menjadi sumber pasokan penting bagi EAF secara global. Selain itu, pemerintha di sejumlah yurisdiksi utama, khususnya pemerintah Inggris dan Jerman memberikan dorongan untuk konversi dari Blast Furnace ke EAF.


Tujuan Strategis

PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak perusahaan PT. Delta Dunia Makmur Tbk. akan menerbitkan Obligasi I BUMA Tahun 2023. (Liputan6.com/ ist)

Transaksi ini memajukan tujuan strategis Grup untuk mendiversifikasi portofolionya dan mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.

Dengan penambahan operasional ACG, pendapatan dari future-facing commodities akan meningkat dari 19% pada 2023 menjadi 28% pada 2024.

Selain mengurangi emisi karbon melalui penggunaan antrasit UHG di EAF, operasional ACG juga meningkatkan hasil lingkungan dengan praktik pertambangan berkelanjutan, serta memulihkan dampak lingkungan yang terjadi sebelumnya. ACG merehabilitasi lahan yang telah ditambang lebih dari satu abad lalu, mengubahnya menjadi area yang cocok untuk pengembangan, rekreasi, dan konservasi.

Tindakan ini mencakup pembukaan kembali terowongan tambang lama untuk membuang material yang tersisa, penerapan langkah-langkah pengendalian erosi dan sedimen, pembentukan kembali lanskap ke kontur alaminya, serta penanaman kembali rumput dan pepohonan di area tersebut.

 


Belanja Modal 2024

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, PT Delta Dunia Makmur Tbk atau Delta Dunia Group (DOID) menganggarkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) hingga USD 190 juta pada 2024. 

Direktur Delta Dunia Makmur, Dian Andyasuri mengatakan sebagian Capex 2024 akan digunakan untuk ramp up atau ekspansi site di Bayan. 

"Tahun ini kami akan ekspansi di site tambang Bayan, jadi setengah dari capex kami adalah untuk ramp up atau peningkatan produksi di sana,” kata Dian dalam acara Media Briefing, Selasa (19/3/2024).

Dian menambahkan di Indonesia yang paling besar itu site milik Bayan dan Adaro. Site tersebut masih terus tumbuh dengan cepat dan stabil tahun ini. Sedangkan di Australia, perseroan memiliki dua site baru, dan diharapkan masih akan tetap berkembang.

Sepanjang 2023, capex perseroan turun 20% YoY, menjadi USD 121 juta atau setara Rp 1,8 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia, sesuai dengan target 2023 sebesar USD 105 juta atau setara Rp 1,6 triliun hingga USD 145 juta 2,2 triliun. Mempertahankan pengendalian yang ketat atas belanja modal tetap menjadi prioritas Group.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan saham Selasa, 19 Maret 2024, saham DOID turun 0,93 persen ke posisi Rp 424 per saham. Saham DOID dibuka naik dua poin ke posisi Rp 430 per saham. Saham DOID berada di level tertinggi Rp 436 dan terendah Rp 418 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.512 kali dengan volume perdagangan 157.790 saham. Nilai transaksi Rp 6,7 miliar.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya