Liputan6.com, Jakarta Gula dapat kita temui dari mana saja. Bisa gula alami, seperti dalam buah-buahan, sayuran, beberapa biji-bijian, serta laktosa dalam susu dan produk susu. Sementara ada juga free sugar yang didefinisikan sebagai semua monosakarida dan disakarida yang telah ditambahkan ke makanan dan minuman oleh produsen, juru masak atau konsumen. Termasuk jika ditambah gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, jus buah dan konsentrat jus buah.
Namun sayangnya, banyak dari kita yang mengabaikan konsumsi gula harian, terutama pada anak. Padahal, berdasarkan informasi dari Hindustan Times, Rabu (5/6/2024), Dr Abhishek Chopra, Konsultan Neonatolog dan Dokter Anak di Cloudnine Group of Hospitals di Punjabi Bagh, New Delhi, mengatakan,
Advertisement
“Konsumsi free sugar yang berlebihan, khususnya dalam bentuk cair dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, baik saat ini maupun dalam jangka waktu yang lama dan kehidupan kelak. Konsumsi gula yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan Diabetes Mellitus tipe 2 yang jauh lebih tinggi. Malabsorpsi gula dari jus buah apalagi jika dikonsumsi berlebihan dapat mengakibatkan diare kronis, flatulence, bloating dan gangguan pertumbuhan."
Dia pun menambahkan, "Ada peningkatan risiko kerusakan gigi karena free sugar dan keasaman. Minuman yang Dimaniskan dengan Gula atau Sugar Sweetened Beverages (SSB) dan jus buah yang diberikan kepada bayi dapat menggantikan ASI dan menurunkan kualitas makanan karena asupan SSB dikaitkan dengan kurangnya asupan kalsium, zat besi, dan Vitamin A pada anak-anak.”
Maka dari itu, sebagai orang tua Anda juga perlu mengetahui bagaimana efek asupan gula berlebih demi kesehatan anak yang lebih baik.
Anjuran Asupan Gula dan Minuman Pada Anak
Menurut Dr. Abhishek Chopra rekomendasi gula yang ada saat ini berfokus pada free sugar atau gula tambahan, bukan gula total karena free sugar dan gula tambahan. Sebab, hal ini yang ternyata berkaitan dengan penambahan berat badan, obesitas, karies gigi, dan dampak buruk lainnya terhadap kesehatan.
Selain itu, Komite Nutrisi Eropa merekomendasikan asupan gula bebas sebaiknya kurang dari 5% asupan energi untuk anak-anak dan remaja (usia 2-18 tahun). Asupan free sugar harus lebih rendah lagi pada bayi dan balita di bawah usia 2 tahun.
Kemudian, asupan gula yang dianjurkan untuk anak usia 2 hingga 7 tahun adalah 15 hingga 20 gram, usia 7 hingga 13 tahun adalah 22 hingga 27 gram, dan usia 13-19 tahun adalah 27 hingga 37 gram.
Bagaimana Gula Bisa Dikonsumsi?
Menurut Dr Abhishek Chopra, tidak ada kebutuhan nutrisi free sugar pada bayi, anak-anak dan remaja.
Da menyarankan, “Jika memungkinkan, gula sebaiknya dikonsumsi dalam bentuk alami melalui ASI, susu, produk susu tanpa pemanis (misalnya yogurt alami) dan buah-buahan segar utuh, daripada SSB, smoothie, atau produk susu manis. Gula sebaiknya dikonsumsi sebagai bagian dari makanan utama dan bukan sebagai camilan. Bayi tidak boleh diberikan minuman mengandung gula dalam botol dan anak harus dicegah dari kebiasaan tidur dengan botol berisi minuman atau susu yang mengandung gula.”
Advertisement
Efek Samping Gula Pada Anak-anak
Bukan rahasia lagi bahwa mengonsumsi gula secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai efek samping pada anak-anak dan bayi, sehingga mempengaruhi kesehatan dan perkembangannya.
Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai asupan gula, terutama di usia muda. Hal ini untuk meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan.
Dr. Abhishek Chopra menyoroti beberapa potensi efek samping konsumsi gula pada anak-anak dan bayi, antara lain:
1. Masalah gigi
Konsumsi gula berlebihan, terutama dalam bentuk minuman manis dan permen, dapat menyebabkan kerusakan gigi dan gigi berlubang. Bakteri di mulut akan memakan gula, sehingga menghasilkan asam yang mengikis enamel gigi. Akibat hal ini dapat menyebabkan masalah gigi jika tidak ditangani dengan benar.
2. Peningkatan risiko obesitas
Asupan gula yang tinggi dikaitkan dengan penambahan berat badan dan obesitas pada anak. Makanan dan minuman manis seringkali tinggi kalori tapi rendah nilai gizinya, sehingga menyebabkan konsumsi kalori berlebih dan potensi ketidakseimbangan asupan energi.
3. Kebiasaan pola makan yang buruk
Mengonsumsi makanan dan minuman bergula secara teratur dapat membentuk kebiasaan pola makan yang buruk sejak dini, yang mengarah pada preferensi terhadap makanan manis dan berpotensi menjadi tantangan seumur hidup dalam mengelola asupan gula.
4. Timbulnya masalah perilaku
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara asupan gula yang tinggi dan masalah perilaku pada anak-anak, seperti hiperaktif dan masalah perhatian. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya hubungan ini.
5. Defisiensi nutrisi
Makanan tinggi gula dapat menggantikan makanan kaya nutrisi dalam pola makan anak. Hal inilah yang nantinya berpotensi menyebabkan kekurangan nutrisi.
Jika anak-anak terlalu banyak mengonsumsi camilan dan minuman manis, mereka mungkin tidak mengonsumsi cukup buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan kaya protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Risiko diabetes tipe 2
Mengonsumsi gula dalam jumlah besar secara konsisten dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2, suatu kondisi yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah.
7. Peningkatan risiko penyakit kronis
Konsumsi gula berlebihan pada masa anak-aanak telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena penyakit kronis di kemudian hari, seperti penyakit jantung dan gangguan metabolisme.
Advertisement