Rupiah Dibuka Menguat Hari Ini 6 Juni 2024, Ini Penyebabnya

Rupiah dibuka naik dua poin atau 0,01 persen pada Kamis, 6 Juni 2024 ke posisi 16.285.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jun 2024, 11:00 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi naik seiring ada peluang penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada 2024. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi naik seiring ada peluang penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada 2024.

Mengutip Antara, pada awal perdagangan Kamis pagi, (6/6/2024),  rupiah dibuka naik dua poin atau 0,01 persen menjadi 16.285 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.287 per dolar AS.

Analis Finex Brahmantya Himawan menuturkan, Rupiah masih berpotensi menguat karena potensi penurunan suku bunga The Fed yang akan terjadi 2024 akibat data-data Amerika akhir-akhir ini yang menggambarkan kelesuan ekonomi Amerika Serikat.

"Angka Indeks harga PCE inti AS, yang direkomendasikan oleh The Fed untuk mengukur inflasi, turun 0,2 persen pada April 2024, angka tersebut lebih rendah dari bulan lalu yaitu 0,3 persen pada Maret," tutur Brahmantya. Hal itu menandai tingkat kenaikan terendah sejauh ini sejak awal 2024, yang berada di bawah ekspektasi pasar.

Kemudian, Laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada Selasa malam mengumumkan data pekerjaan JOLTS April lebih rendah dari perkiraan. Jumlah lowongan pekerjaan pada April 2024 turun sebesar 296.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,059 juta, terendah sejak Februari 2021, dan tidak mencapai konsensus pasar sebesar 8,34 juta.

"Hal ini menegaskan bahwa perekonomian AS sedang lesu dan dapat menyebabkan melemahnya dolar AS," kata dia.

Dari sisi dalam negeri, pada April, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga secara mengejutkan untuk mendukung rupiah, tetapi mempertahankan suku bunga tetap stabil bulan lalu karena inflasi terkendali dan rupiah telah stabil.


Prediksi Rupiah

Petugas memperlihatkan uang pecahan US$100 dan rupiah di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, di tengah gejolak global, BI terus berupaya menjaga nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing serta menaikkan suku bunga bank sentral untuk mencegah arus keluar dana asing.

Ia prediksi, kurs rupiah berpotensi menguat menuju Rp15.900 per dolar AS karena The Fed akan mulai memangkas suku bunga kebijakan utamanya sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, diikuti oleh total 50 basis poin pada paruh pertama tahun 2025 jika dilihat dari data-data Ekonomi AS akhir-akhir ini.

 


Rupiah Diramal Tembus Level Segini di Juni 2024

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi Rupiah akan menyentuh level 16.350 per USD di bulan Juni 2024.

Ibrahim menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah secara eksternal adalah ketegangan di Timur Tengah terutama setelah Israel melakukan penyerangan terhadap Rafah. 

Serangan tersebut dikhawatirkan menimbulkan ketegangan baru di wilayah tersebut, di mana Mesir, Lebanon, Yaman, Suriah hingga Iran yang memberi kecaman terhadap Israel.

"Di sisi lain pun juga pengadilan internasional sudah memberikan ultimatum terhadap Israel agar tidak melakukan penyerangan, bahkan  Jerman mengatakan siap untuk menangkap Perdana Menteri Israel apabila pengadilan internasional memberikan wewenang terhadap negara tersebut," Ibrahim menjelaskan, dalam keterangan di Jakarta, dikutip Jumat (31/5/2024).

Adapun bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve yang sejauh ini diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga tinggi, atau bahkan akan menaikkannya.

Di minggu ini, yang menjadi alasan The Fed menahan suku bunga tinggi adalah inflasi inti AS yang masih stagnan atau belum menurun.

"Di sisi lain, pada minggu ini PDB revisi juga akan dirilis. Kita mengetahui bahwa PDB Amerika Serikat tidak sesuai dengan ekspektasi pasar membuat dollar dan yield obligasi Amerika terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sehingga dolar terus mengalami penguatan," papar Ibrahim. 

Lantas, apa saja yang bisa dilakukan Pemerintah agar ekonomi masih terjaga dan Rupiah stabil?

Ibrahim mengatakan, Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk kembali mengeluarkan stimulus, salah satunya pada pangan.

"Karena itulah salah satu-satunya agar konsumsi masyarakat kembali," ucapnya.

"Di sisi lain pun juga bahwa dampak dari kenaikan harga minyak, juga kemungkinan akan berdampak terhadap penurunan subsidi bahan bakar minyak, terutama yang terkait dengan diesel," tambahnya.

 

 


BI Masih Ada Ruang untuk Stabilkan Rupiah

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, Ibrahim juga melihat, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk Rupiah.

"Bank Indonesia masih ada ruang untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin karena target BI untuk suku bunga tinggi itu adalah 6,75," jelasnya.

Bank Indonesia juga dapat melakukan intervensi salah satunya di valuta asing dan obligasi.

"Masih ada waktu untuk menaikkan suku bunga di bulan Juli hingga 25 basis poin," kata Ibrahim.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya