Liputan6.com, Yogyakarta - Keamanan menjadi modal utama Yogyakarta dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Alasannya, Jogja memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah-daerah lain seperti Sulawesi dan Sumatera, terutama dalam hal respons terhadap konflik dan kerusuhan.
"Jogja itu kekuatan utamanya pada manusianya. Isu keamanan jadi hal utama," ujar Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan saat menjadi keynote speaker dalam acara diskusi panel bertema ‘Peran Pemuka Agama dalam Mendorong Rekonsiliasi Pasca Pilpres 2024’ di Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman Yogyakarta pada Rabu (5/6).
Ia menjelaskan bahwa di daerah lain seperti Papua, Sulawesi, dan Sumatera tetap bisa berproduksi meskipun terjadi kerusuhan. Tapi, situasi di Jogja sangat berbeda. Jogja tidak memiliki sumber daya tambang atau perkebunan besar yang bisa terus beroperasi di tengah konflik.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau ada kerusuhan tambang tetap jalan. Di Jogja? Enggak bisa,” ujarnya.
Menurut Suwondo, Jogja harus terus melakukan rekonsiliasi, meskipun faktanya konflik yang menonjol tidak terjadi di Jogja.
"Walaupun berdasarkan fakta hal tersebut tidak terlalu menonjol di Jogja. Jadi sebetulnya Jogja itu baik-baik saja berdasarkan statistik angka. Namun, keamanan harus tetap dijaga dan diprioritaskan di kota ini,” ucapnya.
Suwondo juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga keamanan melalui filosofi community policing. Mengacu pada filosofi community policing yang paling tahu permasalahan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri.
Keamanan bagi Jogja bukan hanya situasi tapi merupakan sebuah investasi utama. Karena demografi, strukturnya, kota wisata, kota pelajar, yang membutuhkan kehadiran manusia.
“Dalam situasi tidak aman, manusia akan menyingkir. Apalagi wisatawan mana mau datang ke Malioboro, orang tua mana berani melepas anaknya kuliah di Jogja?” katanya.
Berkaca pada kelancaran selama Pilpres kemarin, Kapolda juga mengungkapkan rasa optimismenya, bahwa Pilkada yang digelar di kota dan kabupaten di DIY pada November 2024 nanti, bisa berjalan damai.
"Satu hal yang menjadi ciri dari Yogyakarta, yakni knalpot blombongan dan juga keributan antar laskar, sudah nol di tahun 2024 ini," tuturnya.