Perubahan Iklim Pengaruhi Penurunan Biodiversity, Potensi Ekonomi Indonesia Ikut Terancam

Komitmen untuk mengatasi perubahan iklim harus terus digiatkan untuk mencegah kehilangan biodiversity, sebagai potensi ekonomi bagi Indonesia.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 06 Jun 2024, 19:00 WIB
Para panelis yang hadir dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) 2024 hadir di Jakarta, Indonesia. (Dok: YouTube Kemenparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim menjadi masalah yang krusial saat ini. Bahkan sekjen PBB sempat menyatakan bahwa kini sudah bukan di era global warming, tapi menuju sudah global boiling atau pendidihan global.

Dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) 2024, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong mengungkap, krisis iklim harus jadi perhatian semua stakeholder, bukan hanya pemerintah. Dampak krisis iklim ini memengaruhi segala aspek kehidupan, dari bencana banjir, kekeringan, panas ekstrem, kemarau panjang yang berpengaruh pada ketersedian air hingga ketersediaan pangan, dan munculnya berbagai penyakit.

Krisis polusi juga mengancam, karena sudah masuk ke medium air, tanah, dan bahan kimia sintetik, plastik, dan tidak hanya berdampak pada ekosistem tapi juga yang masuk dalam rantai makanan. Polusi juga menjadi penyakit utama dan penyebab kematian

Setidaknya sebanyak 9 juta kematian dini akibat penyakit yang terkait polusi, dengan 80 persen populasi perkotaan terpapar udara polusi. Polusi, kata Alue Dohong, berdampak pada ekosistem, pengasaman laut, penipisan ozon, dan masalah biodiversity.

"Saya selalu bicara masa depan Indonesia, visi baru biodiversity sebagai tulang punggung bio ekonomi kita ke depan," sebut Alue menyambung soal biodiversity yang ikut terancam karena dampak perubahan iklim di ITIF 2024, yang disiarkan melalui YouTube Kemenparekraf, Kamis (6/6/2024).

Indeks Kehati Global menyebut bahwa Indonesia berada di posisi ke-2 sebagai negara dengan kekayaan hayati terbesar setelah Brasil. Tapi, Alue menyebut bahwa akibat pengelolaan lingkungan yang tidak baik, polusi, perubahan iklim bisa membuat biodiversity yang berupa kekayaan flora dan fauna, serta potensi hutan mengalami penurunan.

"Jika tidak dijaga maka bio ekonomi Indonesia ikut terancam dan kita kehilangan potensi ekonomi Indonesia ke depan," terangnya.

 


Dampak Krisis Iklim Terhadap Biodiversity

Anak muda pengguna internet diharapkan dapat membantu untuk melestarikan aneka ragam hayati yang ada di Indonesia.

Alue menyambung, tingkat krisis yang dihadapi biodiversity akan mengacu pada konsekuensi besar untuk umat manusia. "Kematian akibat cuaca ekstrem lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir, selain itu 21,5 juta orang setiap tahunnya mengungsi karena bencana,"

Ia lalu menyebut laporan dari sebuah penyedia asuransi global pada 2021 yang mengatakan bahwa perubahan iklim dapat memangkas ekonomi dunia sekitar 23 triliun dolar AS pada 2050. Negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Prancis diperkirakan akan kehilangan 6--10 persen dari output ekonominya.

"Sedangkan negara berkembang seperti Malaysia dan Thailand lebih parah lagi, mengalami 20 persen menurun daripada yang akan ditargetkan pada 2050," bebernya.

Untuk itu, krisis ini harus diatasi bersama dan komitmen Indonesia dalam menghadapi krisis tidak main-main. Indonesia menaikkan komitmen mitigasi iklim kita menjadi 31,89 persen atau ekufalen 915 juta ton Co2 yang harus dikurangi pada 2030 dengan upaya sendiri. Indonesia juga memiliki long term stategi, menggunakan skenario optimis low carbon, bahwa pada 2060 akan mencapai net zero efficient.


5 Sektor Riil untuk Mengurangi Emisi Gas

Biodiversity Warriors (BW) KEHATI terdiri dari mahasiswa di beberapa Universitas, komunitas ASN dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan sensus burung air Asia (Asian Waterbird Census) dengan memotret di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta (15/02/2023). (Liputan6.com)

Lebih jauh Alue mengatakan pemerintah memiliki lima sektor rill yang tengah menjadi fokus untuk bisa mencapai target net zero efficient. Pertama ada sektor hutan dan tanah, kedua sektor energi, ketiga industri, keempat sektor pertanian dan kelima sektor sampah.

Dua sekrot utama yaitu hutan dan energi berkontribusi 17,4 persen dari target 31,89 persen atau setara 51 juta ton yang harus dikurangi pada 2030. Sementara dalam sektor ketiga, praktik industri kini mulai harus menerapkan ESG (Environment Social Goverment) agar pembangunan, investasi dan bisnis berkelanjutan.

Diharapkan pelestarian lingkungan bisa diintegrasikan dalam bisnis dan investasi. Prinsip ESG merupakan praktek keberlanjutan, yang juga dipengaruhi berbagai faktor seperti regulasi lingkungan, hingga perlingdungan lingkungan.

"Jadi sekarang kalau perusahaan mengabaikan laporan ESG-nya maka akan mendapat masalah terutama akses permodalan. Apalagi sekarang OJK kita sudah mengeluarkan yang namanya kasonomi jauh dan semua lembaga keuangan akan menerapkan itu, semua perbankan akan menerapkan Net Zero Emision Road Map," jelas Alue. 


Komitmen Pariwisata untuk Tantangan Global

Ilustrasi alam bawah laut. (Sumber: Pixabay)

Selanjutnya Alue mengatakan bahwa, pariwisata menjalankan pemain penting dalam pembangunan keberlanjutan khususnya di wilayah seluruh dunia. Dalam strategi penting pertumbuhan ekonomi akan mengedepankan green ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ketahanan pangan.

Banyak negara berkembang di kawasan hayati dengan kekayaan biodiversity seperti Indonesia memiliki sumber daya alam dan situs yang menjadi daya tarik wisatawan internasional dengan meningkatkan ekonomi lokal. Khusus untuk pariwisata Indonesia harus mengubah orientasi dengan tidak lagi mengedepankan kunjungan berdasarkan pada jumlah wisatawan yang akan menyebabkan mass tourism.

"Dalam konteks eco-wisata akan sangat berbahaya, karena akan memberikan dampak besar, sampah, manusia yang banyak, menyebabkan keindahan alamnya terganggu. Jika itu terjadi siapa yang mau datang lagi, dengan pendekatan mass tourism," terang Alue.

Untuk itu harus ada perubahan dengan menekankan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Apalagi untuk destinasi wisata alam yang jika rusak, perlu biaya yang tak sedikit untuk memperbaikinya. 

Melanjut IITF 2024 yang mengangkat tema Elevating Tourism Investments for a Sustainable Growth, Alue mengatakan tema tersebut tepat untuk menggambarkan komitmen kepariwisataan menjawab tantangan hidup global untuk menuju pembangunan dan pertumbuhan global. 

ITIF 2024 merupakan platform dan forum yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang mempertemukan industri global, investor, dan pemangku kepentingan untuk mengeksplorasi peluang investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Bekerja sama dengan UN Tourism, event bertema "Elevating Tourism Investments for a Sustainable Growth" ini membahas isu-isu investasi, inovasi, strategi pertumbuhan, dan diharapkan dapat mendorong minat investasi di Indonesia.

 

Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya