Siasat ITB Hilangkan Batasan Penghambat Perkembangan Pendidikan, Apa Saja?

ITB dorong pendidikan yang inklusif, kreatif, dan berfokus pada pengembangan potensi individu secara maksimal.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Jun 2024, 07:00 WIB
ITB Kampus Jakarta mengadakan acara Open House untuk lebih mendekatkan diri dengan para calon mahasiswa, peserta pelatihan, dan mitra ITB di Jakarta dan sekitarnya pada Rabu-Kamis (29-30/5/2024) di ITB Kampus Jakarta, Gedung Graha Irama lantai 12, Kuningan, Jakarta Selatan. (sumber foto: Humas ITB)

Liputan6.com, Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Jakarta bersiasat menghilangkan segala batasan yang mungkin menjadi penghambat perkembangan pendidikan. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Naomi Haswanto, salah satu caranya yaitu mengusung konsep 'Limitless Education: Empowering Change, Inspiring Futures'.

"Lebih jelasnya limitless education mendorong pendidikan yang inklusif, kreatif, dan berfokus pada pengembangan potensi individu secara maksimal, tanpa terkekang oleh batasan-batasan seperti keterbatasan sumber daya, waktu, tempat, atau kemampuan individu," ujar Naomi dalam keterangan tertulis di Bandung, Rabu 5 Juni 2024.

Naomi menjelaskan sedangkan konsep empowering change mengacu pada proses memberdayakan individu untuk mengambil langkah-langkah konstruktif yang menghasilkan perubahan positif dalam kehidupan mahasiswa sendiri atau dalam masyarakat secara lebih luas. Naomi menambahkan kemudian untuk konsep inspiring future merujuk pada gambaran atau pandangan tentang masa depan yang memotivasi, menggerakkan, dan menghasilkan semangat yang positif.

"ITB sebagai sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), berkomitmen dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan humaniora," sebut Naomi.

Untuk itu, pengembangan institusi merupakan bagian dari strategi jangka panjang ITB untuk mencapai visi sesuai Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB 2006-2025.

Konsep ini telah diinformasikan kepada para calon mahasiswa, peserta pelatihan, dan mitra ITB di Jakarta dan sekitarnya.

"ITB Kampus Jakarta mengadakan acara open house diselenggarakan pada Rabu-Kamis (29-30/5/2024)di ITB Kampus Jakarta, Gedung Graha Irama lantai 12, Kuningan, Jakarta Selatan," jelas Naomi.

Pada kegiatan hari pertama, Rabu, 29 Mei 2024, dimulai dengan pengantar mengenai Direktorat Pendidikan Non Reguler ITB, Pengenalan ICE Center, Pengantar mengenai Program Magister Multidisiplin, Talkshow: Smart Medicine (Smart-X dan Teknologi Kesehatan), Pemaparan Pusat Penelitian Fakultas/Sekolah (SF, STEI, SITH, FITB, FTMD, dan FTTM), dan dipungkas dengan Talkshow: Peran ITB dalam Pengembangan Produk Hasil Riset untuk Kemajuan Bangsa - Studi kasus: Energi Baru Terbarukan dan Pemanfaatan Karbon Dioksida & Gas Suar (CCS & CCUS).

Adapun program Magister Multidisiplin yang dibuka, antara lain Teknologi Nano, Teknologi Kesehatan, Pendidikan Sains 4.0, Digital Technopreneurship, Smart-X, Material Baterai, Kebencanaan, Pariwisata Hayati Berkelanjutan, dan Kepemimpinan Berbasis Desain.

Kegiatan pada hari kedua, Kamis, 30 Mei 2024, akan dimulai dengan sambutan Rektor ITB, pengantar mengenai Biro Kemitraan ITB, Launching ITB Hub dan ICE Center, Penandatanganan beberapa MoU, Konferensi Pers, Talkshow: "Limitless Education: Empowering Change, Inspiring Futures", Trial Class Training, dan dipungkas dengan kegiatan Pemaparan Pusat Penelitian Fakultas/Sekolah (FSRD, FTI, FMIPA, FTSL, SAPPK, dan SBM).

"ITB Hub merupakan ruang yang akan menghubungkan mitra dan calon mitra dengan satuan unit ITB untuk bekerja sama dalam mengisi program strategis atau unggulan ITB," kata Naomi.

Sedangkan ICE Center berperan sebagai platform pelatihan yang berfungsi sebagai wadah dalam mengembangkan potensi diri untuk mengisi kesenjangan kebutuhan non-gelar dan tidak terikat kurikulum formal serta dapat diakses oleh masyarakat luas dengan lebih mudah.

Pada setiap kegiatan terdapat sesi konsultasi, yang memberikan kesempatan bagi peserta yang hadir untuk mendapatkan informasi lebih detail terkait dengan berbagai peluang kerja sama dengan ITB terkait pendidikan dan penelitian.

"Kegiatan ini disemarakan dengan pameran produk penelitian dan inovasi pusat-pusat penelitian yang ada di ITB di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LPIT) ITB," ungkap Naomi.

Naomi menuturkan terdapat agenda trial class, yang menyuguhkan pengalaman langsung kepada peserta yang hadir untuk mencoba atmosfer pembelajaran di ITB. Peserta diajak mencoba beberapa kelas dengan isu populer, di antaranya Penggunaan AI dan Big Data di Sektor Renewable Energy, Intercultural Communication for Leader, dan Asset Integrity Management.

Saat ini, ITB telah melakukan pengembangan beberapa multikampus, yaitu ITB Kampus Ganesha, ITB Kampus Jatinangor, dan ITB Kampus Cirebon.

Tidak hanya di tiga lokasi, ITB juga berkomitmen memperluas program multikampusnya di Jakarta dengan membuka ITB Kampus Jakarta.

"Keberadaan ITB Kampus Jakarta ini difokuskan untuk program Pascasarjana Reguler dan Non Reguler. Program Pascasarjana Reguler yang dikembangkan adalah program kerja sama pendidikan baik monodisiplin dan multidisiplin," ungkap Naomi.

Naomi menegasakn ITB memiliki target mahasiswa yang datang dari kalangan profesional, pegawai kementerian, serta lembaga pemerintah dan swasta yang berlokasi di Jakarta dan sekitarnya.

ITB dengan tagline Locally Relevant, Globally Respected siap menjadi perguruan tinggi berbasis teknologi unggulan negeri untuk menyongsong pendidikan berkualitas global.

 


Sejarah ITB

Dilansi kanal News, Liputan6.com, Institute Teknologi Bandung (ITB) adalah sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Sekolah ini sudah ada sejak zaman Belanda. Tak heran ITB memiliki banyak sejarah. Di kampus ini, Presiden Indonesia pertama, Soekarno, meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.

Kampus tertua di Indonesia ini lahir pada 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool te Bandoeng disingkat TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS.

Sekolah ini didirikan untuk mengatasi kekurangan tenaga teknis yang dibutuhkan oleh Belanda. Sementara mendatangkan tenaga teknik dari luar negeri membutuhkan biaya yang mahal.

Lama studi untuk menjadi insinyur adalah empat tahun. THS memiliki tiga bagian (afdeeling) yaitu Sipil (1920), Kimia (1940), Mesin dan Listrik (1941). Namun fakultas Kimia serta Mesin dan Listrik belum sempat meluluskan seorang insinyur sebelum ditutup pada 1941. Sekolah ini vakum setelah Belanda menyerah di Kalijati Subang.

Pada masa penjajahan Jepang, upaya untuk membuka kembali perkuliahan TH Bandung ditolak secara tegas, namun kegiatan penelitian di laboratorium-laboratorium yang ada di kampus TH Bandung diizinkan.

Komunitas laboratorium tersebut dinamakan Institute of Tropical Scientific Research (Lembaga Penelitian Ilmiah Tropis) yang diawaki oleh banyak staf akademik TH Bandung.

Pada tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh Pemerintah Militer Jepang dengan nama Bandung Kogyo Daigaku.

Bandoeng Koogyo Daigaku (BKD) membuka tiga fakultas yaitu Teknik Sipil (Dobubuka), Teknik Kimia (Oyakagabuka), Listrik dan Mesin (Denki dan Kikaika). Lama studi untuk menjadi insinyur (kogakusi) adalah tiga tahun, mengikuti kurikulum yang diterapkan di Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute of Technology) pada masa itu.

 


Masa Kemerdekaan RI

Kemudian, setelah Indonesia merdeka, namanya berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung. Di tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM).

Sebagai gantinya didirikanlah Universiteit van Indonesie dengan Faculteit van Technische Wetenschap, oleh NICA di lokasi yang sama. Pengajar di kampus bentukan NICA, adalah para dosen yang dibebaskan dari kamp interniran Jepang. Kemudian Faculteit van Technische Wetenschap diubah menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia, pada tanggal 2 Februari 1950.

Kemudian, didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959 .

Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya