Liputan6.com, Jakarta - Apel hari lahir Pancasila di Lapangan Ahmad Yani pada 1 Juni lalu berujung polemik. Upacara peringatan yang hanya dihadiri pejabat teras pemerintahan Kota Tangerang disebut penyebabnya.
Hal itu diutarakan Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kota Tangerang H. Midyani. Ia menilai, langkah pemerintah daerah yang tidak aktif mengajak partisipasi masyarakat dalam apel melanggar aturan dan lupa sejarah.
Advertisement
"Harap pemerintah Kota Tangerang tahu, sejarah lahirnya Pancasila itu ada peran ulama, kiyai, dan santri. Ini yang kami sesalkan, pemerintah hanya berkutat pada seremonial tidak melibatkan aktif masyarakat saat apel," tegasnya.
Midyani menyebutkan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) punya peran sentral sebagai leading sektor memperkuat penanaman ideologi Pancasila. Harusnya, kata dia, pimpinan Kesbangpol jemput bola dan berperan aktif mengajak masyarakat mengheningkan cipta dalam mengenang lahirnya ideologi Pancasila.
"Ini malahan konser musik yang digelar pemerintah. Harusnya sekelas Pemkot Tangerang dan pejabat Kesbangpol tahu dan paham akan sejarah lahirnya Pancasila. Ada peran ulama besar negara ini yakni Hadratussyekh KH. Wahid Hasyim Asy'ari," jelasnya.
Ia menuturkan, hari lahir Pancasila harus menjadi wadah refleksi kepada generasi muda bagaimana para pendiri negara menggali nilai sejarah dan moral bangsa Indonesia. Sehingga, kata dia, generasi milenial dan gen z memahami arti Pancasila bukan saja sebagai ideologi tapi juga falsafah hidup berbangsa dan bernegara.
"Bukan konser musik yang didahulukan, itu seremonial tidak esensi. Apakah Kesbangpol tutup mata akan ancaman ideologi transnasional yang mengancam Pancasila. Generasi muda harus tahu esensinya, bukan hanya diajarkan peringatan Pancasila itu konser musik," tegasnya.
Momentum
Pria yang akrab Gus Midyani ini mengungkapkan, hari lahir Pancasila merupakan momentum sebuah institusi untuk melakukan penguatan ideologi yang ada di Kota Tangerang. Bukan hanya sekedar seremonial semata untuk menghamburkan anggaran, terlebih tidak melibatkan partisipasi masyarakat.
"Konser musik bagus, tapi apakah relevan dengan peringatan harlah Pancasila? Kita harus mempertanyakan kembali fungsi Kesbangpol untuk penguatan ideologi di kota Tangerang," ungkapnya.
Lebih lanjut, Gus Midyani mengatakan, penguatan ideologi di Kota Tangerang seharusnya bisa dilakukan dengan substansial. Mengingat, di kota Tangerang terdapat banyak etnis, suku, dan agama. Harlah Pancasila harusnya bisa menjadi momentum menguatkan keberagaman tersebut.
"Seremonial tanpa substansi seperti pepesan kosong, untuk apa bicara ideologi tapi membuat kegiatan yang tidak memiliki nilai maslahat, sayang sekali," kritik Gus Midyani.
Ke depan, ia berharap Kesbangpol bisa lebih bijak dalam menggelar kegiatan. Disamping itu juga bisa melibatkan partisipasi masyarakat. Tidak hanya sebagai peserta, tamu undangan atau panitia semata. Tetapi bisa berkolaborasi dengan ide dan gagasan, untuk memberikan kemajuan dan kemaslahatan di Kota Tangerang.
"Pelibatan itu tidak hanya menjadi tamu, peserta atau panitia saja, tapi juga dengan menangkap gagasan, berkolaborasi dengan ide, dan transparan dalam pengelolaan anggaran yang bertanggungjawab," tandasnya.
Diketahui, GP Ansor Kota Tangerang menjadi salah satu organisasi pertama yang mengusulkan kegiatan Hari Lahir Pancasila di Kota Tangerang.
Kemudian, kegiatan tersebut telah dilakukan oleh GP Ansor dengan menggelar apel kader, festival kuliner, deklarasi kebangsaan menyongsong Pilkada 2024. Acara tersebut berlangsung khidmat, meskipun tidak dihadiri oleh pejabat Pemkot.
Advertisement