Bayi di Gaza Terpaksa Minum Air Tepung karena Stok Susu Habis

Seorang ibu memberikan air seduhan yang terbuat dari tepung gandum kepada anaknya akibat tidak adanya pasokan susu buntut agresi dan blokade Israel terhadap wilayah Gaza.

oleh Henry diperbarui 07 Jun 2024, 06:30 WIB
Seorang wanita Palestina menunggu bayinya divaksinasi di sebuah pusat layanan kesehatan saat pemberlakuan lockdown di Kota Rafah, Jalur Gaza, 9 September 2020. (Xinhua/Khaled Omar)

Liputan6.com, Jakarta - Situaasi di Gaza belum kunjung membaik, bahkan semakin memprihatinkan. Kali ini datang dari anak-anak di Gaza. Banyak anak bayi harus menahan lapar di tengah kondisinya yang buruk setelah serangan bombardir dari tentara Israel.

Informasi itu diketahui dari unggahan akun Twitter atau X @asumsico yang mengutip dari laman Arab News, 2 Juni 2024. Seorang ibu di Gaza bernama Amira Al-Taweel yang terpaksa memberikan minuman tak layak kepada buah hatinya.

Bukannya air minum bersih atau susu murni maupun sejenisnya, ibu berusia 33 tahun di Gaza ini justru memberikan air seduhan yang terbuat dari tepung gandum kepada anaknya akibat tidak adanya pasokan susu buntut agresi dan blokade Israel terhadap wilayah Palestina tersebut.

Berawal dari cerita Amira yang kesulitan mencari susu bagi anaknya, Youssef di berbagai macam apotek yang ada di Gaza. Ibu berusia 33 tahun itu telah melakukan perjalanan panjang dan berkeliling ke sejumlah apotek yang ada di Gaza utara untuk mencari susu guna untuk memberikan asupan makanan atau minuman kepada buah hatinya.

Namun sayang hasilnya nihil, lantaran tidak ada stok susu yang bisa ia berikan untuk buah hatinya tersebut. "Saya memberinya makan, tapi tidak ada susu karena tidak tersedia. Saya memberinya makan gandum (tepung) yang membuatnya kembung," kata Al-Taweel baru-baru ini, seperti dikutip dari laman Arab News, Rabu, 5 Juni 2024.

Putra Al-Amira yang bernama Youssef itu kini tengah terbaring di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza tengah. Hal tersebut tak lepas dari imbas kekurangan gizi sejak adanya agresi Israel. Youssef terbaring di tempat tidur sempit, tubuhnya yang lemah menerima obat yang sangat dibutuhkan melalui selang infus di kakinya.

 


Akibat Blokade Israel

Wanita Palestina menjahit popok di sebuah pabrik di Rafah, selatan Jalur Gaza, pada 18 Februari 2024. (MOHAMMED ABED/AFP)

Saat ini kondisi Youssef cukup memprihatinkan, karena tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman yang baik dan layak dikonsumsi. Kantor media Pemerintah Hamas mengatakan setidaknya 32 orang, sebgaian besar anak-anak, tewas karena kekurangan gizi di Gaza sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023. Lembaga-lembaga bantuan memperingatkan bahwa situasi yang lebih buruk akan terjadi jika menyangkut anak-anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa empat dari lima anak tidak makan sepanjang hari setidaknya sekali dalam 72 jam. "Anak-anak kelaparan," kata Juru Bicara WHO Margaret Harris dalam sebuah pernyataan pada pekan lalu.

Meningkatnya angka kekurangan gizi di kalangan anak-anak Gaza sebagian besar akibat blokade Israel sehingga membuat bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Palestina tidak mencapai tujuan yang diharapkan.

Sejak pertengahan Januari, badan kemanusiaan PBB OCHA telah melakukan skrining terhadap lebih dari 93.400 anak balita di Gaza untuk mengetahui adanya kekurangan gizi, termasuk 7.280 anak yang ditemukan mengalami kekurangan gizi akut.

Malnutrisi sangat umum terjadi di Gaza utara, yang hanya menerima sedikit bantuan pada bulan-bulan awal perang. Hanya dalam beberapa minggu terakhir sebagian besar bantuan pangan dialihkan melalui penyeberangan baru setelah lembaga bantuan memperingatkan akan terjadinya kelaparan.


Impian Anak-anak di Gaza

Viral Video Anak-Anak Gaza Ungkap Impian Ingin Jadi Pilot Hingga Jurnalis, Najwa Shihab Ikut Bereaksi. foto: .Instagram @filasteeni

Di sisi lain, penampakan sejumlah anak-anak di Gaza dengan segudang mimpi dan cita-cita baru-baru ini viral di media sosial. Meskipun tak ada kejelasan yang pasti kapan bisa kembali ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak, anak-anak itu terlihat tetap semangat dan berharap suatu saat cita-citanya bisa terwujud.

Itu setidaknya terbukti dari beredarnya sebuah video yang dibagikan akun Instagram @filasteeni dan jadi viral pada Rabu, 5 Juni 2024. Dalam video terlihat sejumlah anak-anak Gaza dengan kondisi memprihatinkan karena terdampak perang dengan Israel mengungkapkan impian mereka jika kelak sudah beranjak dewasa.

Dalam video tersebut, anak-anak di Gaza itu diberi pertanyaan oleh salah seorang reporter. Terdengar reporter itu bertanya tentang keinginan mereka jika sudah besar nanti.

Diberikan pertanyaan tersebut, dengan polosnya anak-anak Gaza pun menjawab dengan penuh harapan seperti berikut ini. "Namaku Najwa cita-citaku menjadi jurnalis." "Namaku Abdulah cita-citaku menjadi pilot." "Kami sepupu, kami mau menjadi polisi." "Namaku tala, cita-citaku menjadi fisioterapis."

"Namaku Siwar, cita-citaku menjadi guru." "Namaku Nora, cita-citaku menjadi jurnalis agar supaya bisa memberitahukan penderitaan kaumku."


Mengungsi dari Rafah

Anak-anak menunggu sambil memegang panci kosong bersama pengungsi Palestina lainnya untuk mendapatkan makanan menjelang berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 16 Maret 2024. (SAID KHATIB/AFP)

Sontak saja unggahan video yang menampilkan anak-anak Gaza bicara soal mimpinya ini pun berhasil menuai beragam reaksi warganet, termasuk presenter Najwa Shihab.  Dia turut menanggapi mimpi anak-anak Gaza yang satu di antaranya memiliki nama dan mimpi yang sama, yaitu menjadi jurnalis. Ia menanggapi dengan menuliskan nama Najwa dan memberikan emoji love berwarna merah.

"Anak-anak Gaza yang bermimpi untuk mengabdi pada rakyat dan kemanusiaannya. Kami melihatmu dan kami mencintaimu," tulis seorang warganet.

Sampai saat ini, serangan militer Israel semakin meningkat di Rafah, sebuah kota yang terletak di bagian paling selatan Jalur Gaza. Di tengah meningkatnya serangan tersebut, sebagian besar warga Gaza terpaksa mengungsi dari Rafah demi keselamatan mereka.

Melansir kanal Health Liputan6.,com, 9 Mei 2024, serangan yang terjadi di Rafah telah menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut perkiraan WHO, sekitar 30 hingga 40 ribu orang telah meninggalkan Rafah menuju Khan Younis dan Deir al-Balah. Namun, lebih dari 1,4 juta orang masih berisiko tinggi menjadi korban serangan di Rafah, termasuk 600 ribu anak.

 

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya