Harga Minyak Dunia Kembali Perkasa, Ini Penyebabnya

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli sebesar USD 75,55 per barel, naik USD 1,48 atau 2 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jun 2024, 08:14 WIB
Harga minyak mentah berjangka naik sekitar 2 persen pada perdagangan Kamis, 6 Juni 2024. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka naik sekitar 2 persen pada perdagangan Kamis, 6 Juni 2024. Hal ini setelah Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

Selain itu, pelaku pasar prediksi the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan melakukan hal yang sama pada September. Demikian seperti dikutip dari CNBC, Jumat (7/6/2024).

Berikut harga energi pada perdagangan Kamis pekan ini:

  • Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli sebesar USD 75,55 per barel, naik USD 1,48 atau 2 persen. Year to date, harga minyak Amerika Serikat (AS) melesat 5,44 persen.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus sebesar USD 79,87 per barel, atau naik USD 1,46 atau 1,86 persen. Year to date, harga minyak dunia menguat 3,67 persen.
  • Harga bensin untuk kontrak Juli sebesar USD 2,39 per gallon, naik 1,87 persen. Ytd, harga bensin berjangka melesat 14 persen.
  • Harga gas alam untuk kontrak Juli sebesar USD 2,82 per ribuan kaki kubik, naik 2,32 persen. Ytd, harga gas alam bertambah 12,2 persen.

Harga minyak masih turun sekitar 2 persen pada pekan ini setelah delapan anggota OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk menghentikan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari mulai Oktober-September 2025.

Namun, Analis TD Securities, Ryan McKay menuturkan, pemulihan selama dua sesi terakhir mungkin mengindikasikan pasar minyak mulai mendapatkan dukungan.

Analis JPMorgan mengatakan, aksi jual itu kemungkinan merupakan reaksi terhadap keputusan OPEC+, meski data manufaktur dan data pekerjaan yang lemah juga menimbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi Amerika Serikat.

 

 


Arab Saudi dan Rusia Berpotensi Kurangi Produksi

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Namun, Arab Saudi dan Rusia mungkin bersedia mempertahankan pengurangan produksinya hingga akhir tahun jika permintaan tidak cukup kuat untuk menyerap tambahan minyak.

JPMorgan juga menyebutkan, peningkatan persediaan minyak diperkirakan berkurang pada kuartal III dengan pemotongan produksi minyak OPEC+ yang masih berlangsung hingga Oktober.

“Kami pikir pasar minyak bereaksi berlebihan terhadap hasil pertemuan OPEC+ yang agak negatif. Indikator permintaan memang agak melemah akhir-akhir ini, tetapi menurut pandangan kami tidak terlalu menurun,” ujar Analis Barcyals Amarpreet Singh.

Sebelumnya, harga minyak ditutup lebih tinggi lebih dari 1 persen pada Rabu pekan ini menghentikan penurunan beruntun yang dipicu oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan pasokan pada akhir 2024.

 


Sentimen Suku Bunga

Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Pergerakan lebih tinggi pada hari Rabu terjadi setelah data gaji swasta jauh lebih lemah dari perkiraan, sehingga meningkatkan harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya.

Perdagangan berjangka Fed sekarang menunjukkan kemungkinan 70% bank sentral akan menurunkan suku bunga pada September. Suku bunga yang lebih rendah membawa harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan permintaan minyak yang lebih kuat.

"Data penggajian swasta bulan Mei kemarin juga menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja yang sangat menyenangkan bagi Federal Reserve,” Tamas Varga, analis di broker minyak PVM, menulis dalam catatannya pada hari Kamis. “Ekuitas AS naik ke level tertinggi baru dalam sejarah dan godaan terhadap minyak sangat besar, hal ini pun diikuti dengan setia.”


Harga Minyak Dunia Kembali Bangkit Usai Anjlok Parah

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya, harga minyak dunia bangkit dari posisi terendah dalam periode empat bulan. Harga minyak dunia pada perdagangan Rabu naik lebih dari 1%.

Pada perdagangan kemarin harga minyak dunia anjlok parah setelah persekutuan negara-negara pengekspor minyak ditambah dengan Rusia atau OPEC+ sepakat untuk secara bertehap menghentikan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari.

Setelah pengumuman tersebut, aksi jual di pasar energi terjadi sehingga harga minyak tertekan. Namun ternyata aksi jual tersebut sangat berlebihan.

Kepala analis komoditas ING Warren Patterson menjelaskan, OPEC+ tidak akan mulai meningkatkan produksi hingga Oktober, dan neraca minyak global akan semakin ketat sebelumnya.

Mengutip CNBC, Kamis (6/6/2024), harga minyak Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (wTI) untuk kontrak Juli dipatok USD 74,07 per barel. Naik 82 sen, atau 1,12%. Sampai saat ini, minyak mentah AS naik 3,3%.

Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Agustus dipasok USD 78,41 per barel. Naik 89 sen atau 1,15%. Sampai saat ini, acuan global naik 1,78%.

Oversold“Harga minyak jika dilihat secara teknis juga menunjukkan bahwa pasar minyak memasuki wilayah oversold,” kata Patterson kepada kliennya dalam sebuah catatan penelitian pada Rabu.

"Harga minyak mentah AS memiliki sejarah kembali memantul dari wilayah oversold dengan cepat dibandingkan bertahan di ruang bawah tanah selama berhari-hari,” jelas Direktur Eksekutif Mizuho Securities Bob Yawger.

Ia mengatakan minyak AS bisa naik kembali ke kisaran USD 76,15 hingga USD 80,62 per barel dalam beberapa hari mendatang karena spekulan menutup posisi short, sebelum pasar

“Berbalik arah dan bergerak lebih rendah lagi.” tambah dia.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya