Mengenal Batik Asal Batang Toru Tapanuli Selatan

Pada 2018, Santi mulai membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan anggota 10 perempuan. Pucuk dicinta ulam tiba. Usaha dari Santi ini dilirik oleh PT Agincourt Resources.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Jun 2024, 12:15 WIB
Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Agincourt Resources membantu pengrajin batik Tapanuli Selatan (Tapsel) mengembangkan usahanya. (Deon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini batik identik dengan tanah Jawa khususnya Solo dan Jogja. Padahal, di belahan pulau lain juga ada sejumlah pengrajin batik. Salah satunya adalah Batik Tapsel.

Batik ini memiliki Motif Khas Tapanuli Selatan. Batik Tapsel memiliki berbagai motif yang diangkat dari Adat Istiadat dan Kebudayaan Batak Angkola serta keadaan alam dan Komoditas Unggulan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Adalah Shanty Budi Lestari sebagai salah satu penggagas pengembangan Batik Tapsel ini. pada 2016, ia mulai rintis dan mengajak beberapa teman yang berada di kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Sumatera Utara, untuk mengembangkan Batik Tapsel.

"Saya mengajak beberapa teman yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga untuk mengembangkan Batik Tapsel ini, tujuannya untuk meningkatkan perekonomian," jelas Shanty seperti ditulis, Jumat (7/6/2024).

Pada 2018, Shanty mulai membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan anggota 10 perempuan. Pucuk dicinta ulam tiba. Usaha dari Shanty ini dilirik oleh PT Agincourt Resources, perusahaan yang mengelola tambang emas Martabe yang lokasinya tak begitu jauh dari kelurahan Aek Pining dimana Santi dan kawan-kawan mengembangkan usaha batik ini.

PT Agincourt Resources (PTAR) melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) mulai menerjunkan personel untuk membantu Santi mengembangkan usaha Batik Tapsel ini. Agincourt Resources pun mulai melakukan pendampingan.

"Kami diajak studi banding ke Jogja untuk mempelajari mengenai ecoprint dan engolahan ramah lingkungan," kata Shanty. Tak sampai di situ, Kelompok Usaha Bersama yang didirikan oleh Santi juga diajak untuk mengikuti berbagai pameran dan dikenalkan dengan berbagai distributor.

Berkat kerja sama yang apik tersebut, saat ini Kelompok Usaha Bersama Batik Tapsel mampu meningkatkan omzet penjualan.


Omzet Melonjak

Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Agincourt Resources membantu pengrajin batik Tapanuli Selatan (Tapsel) mengembangkan usahanya. (Deon/Liputan6.com)

Superintendent – Local Economic Development Community Development PT Agincourt Resources Dominico Savio Sandi Sarkoro menjelaskan, omzet Batik Tapsel ini naik hingga 30% pada periode 2022 ke 2023. Pada tahun lalu, Kelompok Usaha Bersama Batik Tapsel mampu membukukan omzet hingga Rp 200 juta.

Omzet tersebut dari harga jual batik yang di kisaran antara Rp 185 ribu hingga 250 ribu. Cukup murah karena batik yang dihasilkan merupakan batik cap.

Dari omzet tersebut, Kelompok Usaha Bersama Batik Tapsel ini mampu memberikan upah kurang lebih Rp 1 juta setiap bulan untuk seluruh anggota. Selain itu setiap akhir tahun juga akan ada bagi hasil.

Bagi penduduk sekitar yang merupakan ibu rumah tangga. Upah bulanan dan bagi hasil setiap tahun ini tentu saja bisa meningkatkan perekonomian keluarga.

Selain batik, Community Development PT Agincourt Resources juga membantu Santi dan kawan kawan untuk membuat produk turunan dari Batik Tapsel yakni Bator Craft.

"kalau Bator Craft produk batik dibuat menjadi produk turunan seperti tas, totebag hingga baju,” katanya.

PT Agincourt Resources juga membantu Batik Tapsel untuk mempatenkan motif yang dikembangkan. Saat ini sudah ada kurang lebih 20 motif yang dibuat dan dari jumlah tersebut 13 motif sudah dipatenkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya