Liputan6.com, Bandung - Warganet di media sosial baru-baru ini tengah ramai membahas istilah “Asian Value”. Diketahui istilah tersebut mulai digunakan warganet setelah munculnya podcast Total Politik yang dipandu oleh Arie Putra dan Budi Adiputro.
Melalui podcast tersebut Total Politik mengundang bintang tamu seorang komika kondang Indonesia, Pandji Pragiwaksono. Melalui video acaranya istilah “Asian Value” dilontarkan oleh salah satu host Total Politik, Arie Putra.
Advertisement
Istilahnya digunakan setelah Arie Putra sempat menanyakan sikap sensitif Pandji Pragiwaksono terkait dinasti politik. Arie juga menyebutkan bahwa politik dinasti adalah hak warga negara.
“Kenapa lu agak sensi soal politik dinasti? Kan itu kan hak warga negara bang,” ucap Arie Putra.
Mendengar ucapan Arie, Pandji Pragiwaksono pun sempat tidak percaya dan kembali menanyakan pendapat Arie khususnya pendapat pribadinya terkait politik dinasti. Arie pun menjawab bahwa ia adalah Asian Value.
“Gua asian value, human rights,” ujarnya.
Sejak itu cuplikan video podcastnya viral di media sosial dan ramai dibahas oleh warganet. Istilah “Asian Value” pun viral di media sosial dengan unggahan warganet yang mencontohkan apa yang dimaksud dengan Asian Value.
Melansir dari media sosial X (sebelumnya Twitter) istilah “Asian Value” juga menjadi kata kunci yang trending di Indonesia. Terpantau pada Jumat (7/6/2024) siang unggahan di X terkait Asian Value sudah mencapai 111 ribu postingan.
Apa Arti Asian Value?
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari beberapa sumber istilah “Asian Value” dalam konteks politik mempunyai arti ideologi yang mengedepankan nilai-nilai disiplin, kolektif, kerja sama, berhemat, hingga prestasi pendidikan.
Kemudian Asian Value juga sering dimanfaatkan untuk penghormatan kepada otoritas yang berkuasa dengan berdalih nilai-nilai Asia. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa Asian Value berbeda dengan politik barat yang individualis.
Asian Value juga mendapatkan kritikan karena dianggap membuat korupsi, kolusi, hingga nepotisme bertahan lama dalam sebuah negara. Melansir dari Jurnal yang terbit di European Journal of Humanities and Social Sciences oleh Yunarti dan Rendy Wirawan menjelaskan terkait nilai-nilai negatif yang terkandung dalam Asian Values.
Salah satunya memfasilitasi masyarakat melakukan korupsi dan Asian Value dinilai mempunyai nilai-nilai budaya yang sering kali disalahpahami dan disalahgunakan untuk melakukan tindakan korupsi hingga nepotisme.
Sehingga secara politik Asian Value mendapatkan banyak kritikan dari masyarakat mengingat dampaknya negatifnya bagi suatu negara.
Advertisement
Sejarah Asian Value
Mengutip dari Britannica konsep Asian Value dimulai pada akhir abad ke-20 ketika sejumlah politikus Asia mengembangkan nilai-nilai politik tersebut. Awalnya konsep tersebut hadir sebagai bentuk perlawanan dari tatanan politik Barat yang saat itu menjajah Asia.
Kemudian Pasca Perang Dunia II, konsep Asian Value semakin menguat di kawasan Asia Timur. Kesamaan budaya masyarakat terutama terkait aliran konfusianisme menganggap politik Barat tidak cocok di Asia Timur.
Pasalnya pada saat itu pola pemerintahannya mayoritas berbentuk kerajaan atau kekaisaran. Diketahui konsep Asian Value dibawa oleh negara-negara seperti China, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia dan menjadi konsep alternatif dari ideologi Barat.
Saat itu konsep ideologi Barat yang mengandung nilai individualisme dan legalisme dinilai tidak bisa seratus persen cocok diterapkan di wilayah negara Asia. Bahkan diklaim akan mengakibatkan kerusakan tatanan sosial hingga mengancam dinamisme ekonomi.
Namun konsep Asian Value juga mendapatkan kritikan karena dinilai bisa membuat korupsi, kolusi, hingga nepotisme bertahan lama dalam sebuah negara.