Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah memasuki akhir pekan pada Jumat, 7 Juni 2024.
USD melemah setelah sentimen terhadap aset-aset berbasis risiko membaik pekan ini, menyusul penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Kanada.
Advertisement
"Greenback terpukul oleh lemahnya data perekonomian, terutama pada sektor tenaga kerja, yang meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan semakin percaya diri untuk memangkas suku bunga tahun ini," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan tertulis dikutip Jumat (7/6/2024).
Saat ini, pedagang dengan tajam meningkatkan perkiraan mereka pada pemangkasan suku bunga The Fed 25 basis poin pada bulan September mendatang.
Data tenaga kerja AS yang lemah juga muncul menjelang data nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat ini, yang akan memberi isyarat yang lebih pasti mengenai pasar tenaga kerja dan suku bunga.
Pekan depan, The Fed juga akan mengadakan pertemuan dan diperkirakan masih mempertahankan suku bunganya tetap stabil.
Sementara itu, di Asia, Rilis data perdagangan Tiongkok secara tak terduga mengalami perbaikan.
Ekspor Tiongkok tumbuh lebih besar dari perkiraan pada Mei 2024. Pertumbuhan ekspor ini didukung oleh kuatnya produksi industri dan permintaan luar negeri, dan menyebabkan neraca perdagangan Tiongkok mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan.
Rupiah Ditutup Menguat
Rupiah ditutup menguat 67 point dalam perdagangan akhir pekan pada Jumat (7/6), dan sebelumnya sempat menguat 85 point di level 16.196 dari penutupan sebelumnya di level 16.263.
"Sedangkan perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 16.140 - 16.230," jelas Ibrahim.
Naik Rp 45 Triliun, Cadangan Devisa RI Sentuh 2.254,8 Triliun di Mei 2024
Bank Indonesia (BI) mencatt, cadangan devisa RI pada akhir Mei 2024 mencapai sebesar USD 139 miliar atau setara Rp. 2.254,8 triliun (kurs Rp16.222/USD). Ini menandai kenaikan sebesar USD 2,8 miliar atau Rp. 45 triliun jika dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar USD 136,2 miliar.
"Perkembangan cadangan devisa pada Mei 2024 tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, juga penerbitan global bond pemerintah. osisi cadangan devisa pada Mei 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," Ibrahim menyoroti.
Advertisement
Permintaan USD Meningkat di Musim Haji 2024
Sementara itu, permintaan dolar AS atau USD cenderung meningkat memasuki musim Haji.
Ibrahim mengatakan, hal ini berpotensi menggerus potensi kenaikan dari cadangan devisa. Lebih lanjut, permintaan Dolar AS saat pembagian dividen dan kupon kepada nonresiden, serta pembayaran pokok utang juga berpotensi mendorong penurunan cadangan devisa.
"Posisi cadangan devisa itu juga masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI memandang cadangan devisa ke depan akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga," katanya.
"Hal ini juga seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," bebernya.