Plt Kepala Perpusnas Dorong Penyederhanaan Instrumen Akreditasi Perpustakaan

Instrumen akreditasi perpustakaan harus diubah menjadi lebih sederhana dan efisien agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 07 Jun 2024, 18:24 WIB
Plt Kepala Perpusnas E Aminudin Azis saat menjadi pembicara di Seminar Nasional Silahturami Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (Silasma) 2024. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E Aminudin Azis menyampaikan perlu adanya perbaikan standar akreditasi perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan (SNP). Menurutnya, proses akreditasi perpustakaan khususnya perpustakaan perguruan tinggi semakin kompleks.

"Instrumen untuk standar akreditasi saat ini sangat rumit," ungkapnya pada Seminar Nasional Silahturami Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (Silasma) 2024, yang diselenggarakan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (FPPTMA) di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang pada Kamis (6/6/2024) kemarin.

Azis mengatakan, instrumen tersebut harus diubah menjadi lebih sederhana dan efisien agar lebih relevan dengan perkembangan zaman. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survei dan diskusi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Instrumen ini akan menjadi lebih fleksibel dan fokus pada pembinaan serta peningkatan kualitas perpustakaan. Pembinaan harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk aspek kelembagaan dan pengelolaan koleksi perpustakaan," katanya.

Azis juga mengatakan, pentingnya menanamkan kebiasaan membaca menjadi fondasi literasi yang kuat. Pasalnya, literasi didapatkan dari hasil kebiasaan membaca.

"Jangan bicara literasi kalau kita belum bicara kegemaran membaca. Ini menjadi prasyarat bagi seseorang untuk menjadi manusia literat," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan perpustakaan harus dipandang ebagai wahana untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan pengetahuan baru, serta tempat untuk mengonfirmasi pemikiran yang belum kukuh.

"Mari ubah mindset kita. Perpustakaan bukan hanya tempat penyimpanan buku, tetapi tempat untuk mengembangkan kreativitas dan pengetahuan baru," jelasnya.

 


Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Abdul Malik Fadjar

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Nazaruddin Malik membagikan pengalaman pribadinya yang banyak bergerak di taman bacaan masyarakat (TBM).

"Saya orang TBM, jadi ketika perpustakaan dibahas secara serius, saya jadi berpikir lebih mendalam," ungkapnya.

Rektor bercerita tentang rumahnya yang memiliki ruang perpustakaan terbesar, tempat ayahnya Abdul Malik Fadjar yang merupakan Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong, mengumpulkan koleksi dan bahan pustaka. Bahkan kini ruang perpustakaan tersebut menjadi Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Abdul Malik Fadjar.

Ia mengingatkan bahwa keberhasilan perpustakaan terletak pada kemampuannya untuk menarik pengunjung.

"Perpustakaan harus menjadi tempat yang menyenangkan dan menarik bagi semua kalangan," katanya.

Ketua FPPTMA Irkhamiyati menuturkan kerjasama dan pengembangan perpustakaan di daerah penting dilakukan. Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas perpustakaan. Bahkan sebanyak 80 persen anggota FPPTMA meraih akreditasi A.

"FPPTMA memeiliki kewajiban membina perpustakaan PTMA di daerah. Untuk menciptakan perpustakaan yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi sebagai pusat pembelajaran dan kreativitas," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara FPPTMA dan 22 anggota FPPTMA dengan Perpusnas. Nota kesepahaman ini mencakup diantaranya, Kerjasama dalam pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi, pengembangan sumber daya perpustakaan, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di bidang perpustakaan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya