Liputan6.com, Jakarta - Dzulhijjah adalah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah. Bulan Dzulhijjah juga disebut Asyhurul Hurum atau bulan haram.
Disebut bulan haram karena pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan atau perbuatan keji lainnya. Melakukan tindakan dan perbuatan haram juga dilarang pada bulan tersebut.
Sebaliknya, pada bulan haram umat Islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah, termasuk bulan Dzulhijjah. Salah satu amalan yang dapat dilakukan muslim pada bulan Dzulhijjah adalah puasa.
Puasa Dzulhijjah yang dianjurkan dilakukan pada tanggal 1-9 Dzulhijjah, termasuk di antaranya adalah puasa Tarwiyah dan Arafah. Dasar yang melandasi puasa tersebut adalah sabda nabi tentang anjuran memperbanyak amal saleh pada 10 hari pertama Dzulhijjah.
Baca Juga
Advertisement
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Artinya: “Tidak ada hari di mana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya."
Berdasarkan hasil Sidang Isbat Kementerian Agama (Kemenag) RI, 1 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024. Artinya, puasa Dzulhijjah mulai dilakukan pada hari tersebut.
Bagi yang ingin berpuasa, berikut panduan lengkap puasa Dzulhijjah, mulai niat, tata cara, dan keutamaannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Niat Puasa Dzulhijjah
Bagi yang ingin melaksanakan puasa Dzulhijjah, Anda dapat melafalkan niat berikut pada waktunya. Niat puasa ini dapat dilakukan pada malam hari atau jika lupa boleh di siang hari sebelum masuk waktu Dzuhur.
1. Niat puasa 1-7 Dzulhijjah
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”
2. Niat puasa 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”
3. Niat puasa 9 Dzulhijjah (hari Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.”
Advertisement
Tata Cara Puasa Dzulhijjah
1. Makan Sahur
Setelah niat, muslim yang ingin puasa Dzulhijjah disunnahkan makan sahur. Makan sahur lebih utama menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.
2. Melaksanakan Puasa
Selama berpuasa harus menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan sebagainya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Selama berpuasa juga menjaga dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.
4. Berbuka Puasa
Segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. Berikut dua versi doa saat buka puasa.
1. Doa buka puasa Rasulullah SAW dari Sahabat Mu’adz bin Zuhrah yang diriwayatkan Abu Daud.
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika afthartu.
Artinya: “Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.” (HR. Abu Daud)
2. Doa Rasulullah SAW saat berbuka puasa dari Abdullah bin ‘Umar yang diriwayatkan Abu Daud.
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
Dzahabadzh dzhama-u wabtallatil-'uruqu wa tsabatal-ajru insyaa-Allah.
Artinya: “Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah.” (HR. Abu Daud).
Keutamaan Puasa Dzulhijjah
1. Dilipatgandakan Pahala
Mengutip NU Online, melaksanakan puasa pada 9 hari pertama Dzulhijjah -termasuk puasa Tarwiyah dan Arafah- akan dilipatgandakan pahalanya. Keutamaan ini berdasarkan pahala ibadah pada 10 hari pertama Dzulhijjah. Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan salat malam setara dengan salat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Trmidzi).
Mula al-Qari’ dalam Mirqâh al-Mafâtîh menjelaskan, maksud dari sebanding dengan satu tahun puasa pada hadis di atas adalah satu tahun puasa sunnah, bukan puasa Ramadhan.
2. Dihapuskan Dosa dan Dibebaskan dari Siksa Neraka
Secara khusus terdapat keutamaan bagi orang yang melaksanakan puasa Arafah. Masih berdasarkan sumber NU Online, ada dua keutamaan yang akan diperoleh bagi yang puasa Arafah.
Pertama, siapa yang berpuasa pada hari Arafah akan dihapuskan dua tahun dosa-dosanya, yakni dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Hal tersebut sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW.
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).
Mayoritas ulama berpendapat, bahwa dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa-dosa kecil, sebagaimana diterangkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muslim juz 3 (h. 113).
Kedua, orang yang berpuasa pada hari Arafah juga dibebaskan dari segala macam siksa neraka. Sebab, sebagaimana disebutkan Rasulullah saw dalam sebuah hadisnya, bahwa Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari Arafah dibanding hari-hari lainnya.
"Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?" (HR Muslim).
Wallahu a'lam.
Advertisement