Liputan6.com, Jakarta - Kucing cukup populer di kalangan umat Islam. Memelihara atau merawat kucing menjadi salah satu yang jamak dilakukan.
Kata kuncinya adalah bahwa kucing merupakan hewan yang disebut dalam hadis, dan tidak najis. Perilakunya juga menggemaskan.
Baca Juga
Advertisement
Di luar itu, kucing juga bermanfaat untuk hal lain. Pemburu tikus andal, dan bisa mengantisipasi atau setidaknya alarm alami apabila ada hewan buas atau berbahaya masuk ke rumah.
Ternyata, ada hikmah di balik menyayangi kucing, umumnya hewan. Gus Baha menjelaskan, bahwa hewan terus bertasbih namun tidak didengar manusia.
Ulasan Gus Baha mengenai kucing atau hewan bertasbih ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (8/6/2024).
Artikel kedua terpopuler yaitu amalan 10 hari pertama Dzulhijjah menurut Buya Yahya.
Sementara artikel ketiga yaitu sisi lain Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang jarang diketahui.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Rahasia di Balik Menyayangi Kucing, Gus Baha: Kamu tidak Mengerti Tasbih Mereka
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, memberikan pandangan yang menarik tentang hewan yang diyakini membawa berkah bagi pemiliknya.
Menurutnya, hewan ini adalah kucing, dan dia menyarankan untuk menyayangi dan memberi makan jika bertemu dengannya.
Gus Baha menjelaskan bahwa merawat kucing tidak hanya akan meningkatkan keberkahan dalam rumah, tetapi juga akan mendatangkan pahala sedekah bagi pemiliknya.
Beliau menegaskan pentingnya merawat kucing dengan merujuk pada ajaran dan praktik Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah pernah bersabda bahwa kucing bukanlah hewan najis, dan seringkali ditemui di sekitar manusia.
Advertisement
2. Ini Amalan Khusus 10 Hari Awal Dzulhijjah dari Buya Yahya, Keutamaannya Dahsyat!
Awal Dzulhijjah 1445 H jatuh pada 8 Juni 2024. Memasuki bulan Dzulhijjah, umat Islam perlu tahu amalan-amalan yang dapat dilakukan pada 10 hari pertama bulan terakhir Hijriyah tersebut.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW telah memberitahu tentang keutamaan mengerjakan amal salih di 10 hari awal Dzulhijjah. Disebutkan bahwa amal yang dilakukan pada waktu tersebut sangat dicintai Allah SWT.
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Artinya: “Tidak ada hari di mana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya."
Berkaitan dengan amalan apa saja yang dapat dilakukan, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya membeberkannya dengan gamblang. Tak hanya puasa, ternyata amalan lain juga dapat dilakukan pada awal Dzulhijjah.
Simak berikut amalan 10 hari pertama Dzulhijjah dari Buya Yahya.
3. Sisi Lain Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang Jarang Diketahui, Ternyata Seorang Ulama Ahli Fikih
Dibalik nama besar Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang berjuluk sulthanul awaliya atau Rajanya para wali, ternyata terdapat sisi lain yang tak banyak orang tahu.
Ternyata, kehidupan beliau tak hanya lekat dengan dunia tasawuf dan tarekat saja. Melainkan dalam bidang yurisprudensi Islam beliau juga mendapatkan tempat terhormat sebagai salah seorang ulama ahli fiqih yang disegani.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani juga dikenal sebagai seorang ahli fiqih (faqih) yang menganut madzhab Hanbali dan kehadirannya sangat dihormati oleh orang-orang beraliran Ahlussunnah wal jamaah (sunni).
Selain rajanya para wali, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani juga tersohor dengan julukan al-Imam al-Quthubul Aqtab atau pemimpin dan penguasa seluruh wali di alam semesta.
Mengulas Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani perspektif mistisisme Islam (tasawuf), bukan hal yang aneh lagi, sudah banyak tulisan yang membahasnya. Namun yang jarang dilakukan ialah mengulas Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani sebagai ulama ahli fikih.
Advertisement