Liputan6.com, Jakarta - Hari-hari ini, di Jalan Raya Burneh Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, ada satu pemandangan lazim yang berbahaya. Segerombolan anak kecil, sebagian remaja, berjumlah 5 hingga 10 orang, nekat menyetop truk atau pikap yang tengah melaju kencang.
Baca Juga
Advertisement
Meski belum ada laporan kecelakaan karena tindakan berbahaya itu, keberadaan bocah-bocah itu meresahkan warga sekitar juga pengguna jalan.
Karena itu, polisi gabungan dari Samapta dan Satlantas Polres Bangkalan, dibantu aparat Polsek Burneh, merazia bocah-bocah itu.
Mereka diangkut ke truk polisi dan kemudian diserahkan ke Dinas Sosial Kabupaten Bangkalan agar mendapat pembinaan.
"Total ada 46 anak-anak jalanan yang kami serahkan ke Dinas Sosial," kata Kaur Mintu Satlantas Polres Bangkalan, Inspektur Satu Pariadi, Sabtu (8/7).
Simak Video Pilihan Ini:
Sangat Membahayakan
Cara bocah-bocah menyetop truk memang sangat Membahayakan. Alih-alih melambaikan tangan di pinggir jalan, begitu melihat truk atau pikap, mereka langsung menyeruak ke tengah jalan menghadang truk sampai berhenti.
Bila si supir tak mau berhenti, baru mereka menyerah dan kemudian kembali ke pinggir jalan. Bila tak juga menemukan tumpangan, mereka akan bergerombol jalan kaki hingga memenuhi setengah badan jalan.
Proses gandol truk mereka lakukan dua kali. Setelah selesai mandi, mereka akan berkerumun di pinggir jalan menunggu truk. Bila dapat truk yang tidak langsung ke Surabaya, mereka akan ikut sampai lampu merah perempatan tangkel.
Dari sini, mereka kemudian beralih ke akses Suramadu arah Surabaya untuk menyetop truk lain dengan cara yang sama.
Advertisement
Dari mana Bocah-bocah ini?
Rahem, warga Kecamatan Burneh, mengatakan Bocah-bocah itu asal Kota Surabaya, sekitaran wilayah Kenjeran.
Saban hari mereka pulang pergi Kenjeran-Burneh untuk mandi dan berenang di Sungai Tonjung di Kecamatan Burneh yang jernih.
Dan perjalanan pulang dan pergi itu dilakukan dengan cara yang sama, yaitu menyetop truk atau pikap untuk menumpang.
Pada hari aktif sekolah, kata Rahem, jumlah mereka tak banyak. Namun saat weekend atau libur panjang tiba, jumlah mereka bertambah berlipat-lipat.
"Bocah-bocah ini mungkin rindu sungai. Rindu berenang. Di Surabaya sudah jarang sungai yang jernih. Jadi mereka pilih ke Madura karena tak perlu biaya ke kolam renang," katanya.
Tak Mempan Razia
Razia aparat keamanan terhadap anak-anak Surabaya yang rindu sungai ini bukanlah kali pertama. Dan meski ditangkap berkali-kali, bocah-bocah itu tidak jera. Mereka tetap kembali lagi untuk berenang di Sungai Tonjung.
Kepala Polsek Burneh Inspektur Satu Edy Cahyono mengatakan aktivitas nyebrang Suramadu anak-anak Surabaya ke Bangkalan untuk mandi itu telah berlangsung cukup lama.
Aparat Polsek Burneh sering menghalau bocah-bocah itu agar tak sampai ke sungai. Dan mencarikan truk untuk membawa kembali mereka ke Surabaya.
"Sering kuncing-kucingan. Kalau lihat polisi mereka ngumpet di semak-semak atau gedung kosong," kata Edi saat merazia anak-anak jalanan ini di akses Suramadu beberapa bulan lalu.
Advertisement