Liputan6.com, Jakarta - Peternak sapi Zuli Nuryanto merasa bangga setelah Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) membeli sapi untuk disembelih pada perayaan Iduladha 1445 Hijriah.
Adapun Jokowi membeli sapi wilayah Pedukuhan Depok Kelurahan Wonolelo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Advertisement
"Dari tiga sapi yang kami ajukan untuk masuk seleksi sebagai hewan kurban presiden, ternyata salah satu sapi kami terpilih dan dikehendaki Pak Jokowi untuk hewan kurban," ujar peternak sapi Zuli Nuryanto saat ditemui di kandang ternak di Wonolelo, Pleret, Bantul, Minggu, (9/6/2024), seperti dikutip dari Antara.
Dia menilai, sapi miliknya yang dipilih orang nomor satu di Indonesia melalui Sekretariat Kepresidenan Kementerian Sekretariat Negara tersebut jenisnya sapi PO (Peranakan Ongole), dengan berat hidup hampir satu ton, atau tepatnya 934 kilogram.
Zuli mengatakan, sapi miliknya yang dipilih Jokowi tersebut merupakan satu dari 10 sapi dari peternak Kabupaten Bantul yang didaftarkan ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul untuk diseleksi tim dari Pemda DIY dan pemerintah pusat di Sekretariat Kepresidenan RI.
"Jadi memang setiap tahun itu dari Bantul menginventarisasi sapi sapi besar, sapi sapi sehat yang ada di Bantul, kemudian kami ajukan tiga sapi sebagai perwakilan Bantul, kalau totalnya di seluruh Bantul ada 10 sapi, dan ternyata sapi saya terpilih," ujar dia.
Zuli menuturkan, sebelum dipilih Presiden Jokowi untuk dibeli sebagai hewan kurban, sapi miliknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan baik dari kesehatan, berat sapi, dan juga faktor lainnya oleh Balai Besar Veteriner Yogyakarta dan tim dari Sekretariat Kepresidenan.
"Ada pengecekan segala macam, yang paling utama itu kesehatan sapi dicek terkait darah, air kencing, liur, kotoran segala macam setelah itu lolos baru ke berat badan sapi. Saya sekitar seminggu yang lalu langsung dihubungi dari Sekretariat Kepresidenan, bahwa sapi saya terpilih," ujar dia.
Harga Sapi
Terkait dengan harga sapi yang dibeli Jokowi, Zuli yang sehari hari berprofesi sebagai anggota Polri di lingkungan Kepolisian Resor (Polres) Bantul tersebut tidak menyebutkan secara pasti, hanya saja disepakati harganya hampir mencapai Rp100 juta.
"Kalau masalah harganya itu dari sana (Setneg) langsung, tidak dari sini. Kalau harganya waktu itu dari awal saya ajukan Rp110 juta, kenanya hampir Rp100 juta. Ya kurang lebih segitu," kata dia yang juga telah laku menjual sejumlah sapi untuk hewan kurban pada tahun ini.
Dirinya mengaku bangga dengan sapi miliknya yang dibeli Presiden Jokowi, sebab upaya dan usaha memelihara dan menggemukkan sapi yang dibelinya sejak dua tahun lalu dari peternak sapi di wilayah Banguntapan, Kabupaten Bantul, membuahkan hasil.
"Saya pelihara dari pedet (anak sapi) kecil, saya memelihara hampir dua tahun, saat itu saya beli usia sekitar 10 bulan, jadi umur sapi sekarang tiga tahun kurang, awalnya dulu beli sapi di daerah Banguntapan, jenisnya PO," ujar dia.
Advertisement
Hasil Sidang Isbat Awal Zulhijah: Hari Raya Idul Adha 1445 H Jatuh pada 17 Juni 2024
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Zulhijjah 1445 Hijriah jatuh pada 8 Juni 2024. Dengan begitu, maka Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijjah 1445 H jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Keputusan itu disampaikan langsung Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Saiful Rahmat Dasuki usai mengikuti sidang isbat yang berlangsung di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (7/6/2024).
"Sidang isbat telah disepakati bahwa 1 Zulhijah 1445 Hijriah ditetapkan jatuh pada hari Sabtu tanggal 8 Juni 2024. Dan Insya Allah Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Senin tanggal 17 Juni 2024," ujar Wamenag RI Saiful Rahmat Dasuki.
Dia berharap, dengan hasil sidang isbat ini, maka semua umat Islam bisa merayakan Hari Raya Idul Adha bersama-sama.
"Tapi perlu juga diketahui seluruh masyarakat, jika di kemudian ada perbedaan dalam melaksanakan ibadah berkaitan dengan Hari Raya Idul Adha, kami harap semua bisa mengedepankan harmoni toleransi. Mudah-mudahan peringatan Idul Adha bisa berjalan dengan kondusif," ujarnya.
Sidang isbat ini dihadiri perwakilan dari Komisi VIII DPR RI, pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama, serta lembaga dan instansi terkait.
Sidang isbat penentuan awal Zulhijah 1445 H dan Hari Raya Idul Adha 2024 ini diawali dengan seminar hybrid terkait kriteria penetapan awal bulan hijriyah. Seminar diikuti perwakilan ormas Islam dan para tamu undangan.
Selepas Maghrib, acara dilanjutkan dengan Sidang Isbat secara tertutup dan hasil sidang isbat diumumkan melalui konferensi pers penetapan awal Zulhijah dan Idul Adha 2024.
Hilal Diperkirakan Dapat Dilihat
Sebelumnya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib mengatakan, berdasarkan data hilal, pada Jumat (7/6/2024) posisi hilal telah melampaui kriteria Imkanur rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
"Pada 7 Juni 2024 atau 29 Zulkaidah 1445, di seluruh wilayah Indonesia, ketinggian hilal berada di atas ufuk antara 7° 15.82' sampai 10° 41.09', dengan sudut elongasi antara 11°34.83' sampai 13°14.47'. Hal tersebut sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan MABIMS," katanya.
Dalam posisi tersebut, berdasarkan data dan perhitungan, posisi hilal sudah berada di atas kriteria Imkanur rukyat.
"Artinya, secara astronomis, pada 7 Juni 2024, hilal diperkirakan dapat terlihat di beberapa wilayah di Indonesia. Tinggal nanti bergantung dengan cuaca setempat," imbuh Adib.
Dengan demikian, Adib menambahkan, hasil perhitungan Imkanur rukyat ataupun Wujudul Hilal penentuan awal bulan Zulhijah berpotensi memiliki kesamaan. Sehingga di tahun ini, umat muslim di Indonesia diperkirakan dapat merayakan Hari Raya Idul Adha secara serentak.
Advertisement