Layani 10 Ribu Jemaah Haji, Indonesia Siap Kelola Hotel di Saudi Tahun Depan

Indonesia terus meningkatkan pelayanan haji untuk jemaahnya. Salah satunya dilakukan BPKH Limited, anak perusahaan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang berfokus pada ekosistem haji dan umrah.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 09 Jun 2024, 11:10 WIB
Jemaah akan langsung berihram dan berniat haji sejak dari hotel mereka masing-masing sebelum diberangkatkan ke Arafah, maka dengan begitu, maka praktis larangan-larangan ihram berlaku hingga para jemaah tersebut melakukan tahalul. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terus meningkatkan pelayanan haji untuk jemaahnya. Salah satunya dilakukan BPKH Limited, anak perusahaan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang berfokus pada ekosistem haji dan umrah.

Direktur BPKH Limited, Sidiq Haryono  menargetkan, pada tahun depan pihaknya mengaku siap untuk mengelola sejumlah hotel di Arab Saudi yang minimal bisa melayani 10 ribu jemaah haji Indonesia.

"Investasi pada akomodasi hotel menjadi prioritas, agar pemerintah Indonesia tidak hanya menjadi konsumen. Pengelolaan atas hotel saat ini menjadi prioritas utama dari BPKH Limited, bagaimana BPKH Limited ini bisa menciptakan price control," kata Sidiq seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (9/6/2024).

Sidiq menjelaskan, setiap tahunnya jemaah Indonesia memiliki kebutuhan penggunaan hotel sebagai akomodasi penginapan. Namun faktanya, harga hotel terus naik. 

"Kalau tidak memiliki investasi pada hotel, maka Indonesia hanya terus menjadi konsumen dan itu sangat rentan bagi sustainabilitas keuangan haji," jelas Sidiq.

Dia menambahkan, pengelolaan hotel di Arab Saudi akan dilakukan secara bertahap mulai tahun depan. Ia menargetkan bisa memenuhi kebutuhan 10 persen dari komponen biaya akomodasi hotel.

"Saat ini 170 hotel di Makkah, kami mengharapkan tahun depan kita bisa memiliki hotel yang dikelola sendiri oleh BPKH Limited dengan kapasitas paling tidak 10 ribu jemaah haji," terang Sidiq.

 


Bukan Membangun Hotel

Namun Sidiq meluruskan, hal dilakukan Indonesia bukan membangun hotel di Arab Saudi, sebab biayanya yang sangat mahal dan secara perundangan-undangan di Arab Saudi juga tidak memungkinkan.

Maka dari itu, dari kajian analisa kita, ada enam model bisnis di akomodasi perhotelan dan dari enam model bisnis tersebut bervariasi tingkat risiko dan return-nya, tetapi kita akan lebih memfokuskan yang pertama yaitu kontrak jangka panjang hotel selama musim haji. 

 


Jadi Lebih Ekonomis

Sidiq mencatat, saat ini Kementerian Agama menggunakan hotel berkapasitas 1.000 kamar tidur per hotel. Artinya, Indonesia menyewa 10 hotel.

Jadi diharapkan kalau ada hotel kapasitas 2.000 atau bahkan 5.000 berarti hotel yang disewa akan lebih sedikit sehingga dapat menekan anggaran menjadi lebih ekonomis.

“Sehingga pengelolaan gedung dan manajemen BPKH Limited yang mengelola. Bangunan itu kita kelola sendiri dengan operator, manajemen hotel kita kelola sendiri sehingga bisa menciptakan hotel yang nyaman untuk warga Indonesia dan secara benefitnya juga cukup bagus, ditambah lagi nilai investasinya masih acceptable, masih memungkinkan," dia menandasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya