Peneliti Temukan Virus Raksasa Dapat Hambat Pencairan Es

Virus ini juga dapat ditemukan di dalam tanah hingga manusia. Sejauh ini virus tersebut diketahui tidak membahayakan manusia.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Jun 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi es kutub yang mencair. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tanaman ganggang yang tumbuh di lapisan es Greenland semakin berkembang saat musim semi tiba. Gangggang akan menggelapkan permukaan dan mempercepat pencairan es.

Fenomena ini akan memperburuk pemanasan global dengan mengurangi kemampuan es memantulkan sinar matahari. Kabar baiknya, para peneliti menemukan virus yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan jenis alga ini.

Melansir laman IFL Science pada Senin (10/06/2024), virus ini berukuran raksasa yakni hingga 2,5 mikrometer, lebih besar dari bakteri. Genom mereka juga luas, mengandung sekitar 2,5 juta pasangan basa, jauh lebih banyak daripada 100.000-200.000 yang ditemukan pada bakteriofag.

Meskipun ukurannya relatif besar, virus ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau bahkan dengan mikroskop cahaya. Virus ini pertama kali ditemukan menginfeksi ganggang hijau di laut pada 1981.

Virus ini juga dapat ditemukan di dalam tanah hingga manusia. Sejauh ini virus tersebut diketahui tidak membahayakan manusia.

Sebaliknya, dia berperan menginfeksi ganggang, sehingga laju pencairan es dapat dikendalikan. Ganggang yang menggelapkan es semakin mempercepat pencairan dengan menyerap lebih banyak sinar matahari.

Namun, jika virus raksasa ini benar-benar menginfeksi dan mengatur alga salju. Maka virus tersebut dapat berfungsi sebagai mekanisme alami untuk mengendalikan pertumbuhan alga, sehingga berpotensi mengurangi laju pencairan es.

Para peneliti menemukan virus tersebut dengan menganalisis DNA dan mRNA dari sampel es. Kehadiran gen penanda spesifik dan transkripsi gen tersebut menjadi mRNA menegaskan bahwa virus tersebut aktif.

Hal ini menunjukkan, virus raksasa tidak hanya ada, tetapi juga berfungsi di lingkungan es. Penemuan ini dianggap sangat luar biasa.

Pasalnya, beberapa tahun yang lalu, konsensus di antara para ilmuwan adalah bagian dunia yang dingin ini tandus dan tidak ada kehidupan.

 


Fungsi Lapisan Es Greenland

Lapisan es Greenland adalah lapisan es terbesar kedua di Bumi, setelah Antartika. Wilayah ini memainkan peran penting dalam mengatur permukaan laut global.

Sayangnya, lapisan es mengalami pencairan signifikan akibat kenaikan suhu global. Melansir aman National Snow and Ice Data Center pada Senin (10/06/2024), sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature mengungkapkan, laju pencairan es 20 persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Salah satu daerah yang paling terkena dampaknya adalah Gletser Petermann di barat laut Greenland. Penelitian yang dipimpin oleh University of California, Irvine and NASA’s Jet Propulsion Laboratory menemukan bahwa air laut hangat yang menembus bagian bawah gletser telah meningkatkan laju pencairan gletser secara signifikan.

Fenomena yang terjadi sejak awal 2000an ini mengakibatkan gletser menipis sekitar 140 meter selama dua dekade terakhir. Situasi yang sama mengerikannya terjadi di gletser-gletser besar lainnya.

Misalnya, Gletser 79° Utara telah kehilangan es dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Wilayah ini mencair dengan tingkat pencairan es mencapai 130 meter per tahun.

 


Gletser Kiamat

Sebelumnya, para ilmuwan mendapati gletser Thwaites, yang dikenal sebagai gletser kiamat (Doomsday glacier), mencair lebih cepat dari pada perkiraan. Hal ini tentunya meningkatkan kekhawatiran mengenai kenaikan permukaan laut akibat pencairan es yang dapat menjadi bencana.

Melansir laman Live Science pada Snin (10/06/2024), temuan ini berasal dari studi endapan laut prasejarah yang ditemukan di pantai sekitar Gletser Thwaiter dan Gletser Pulau Pine. Keduanya terletak di Lapisan Es Antartika Barat.

Disebutkan bahwa pencairan gletser ini didorong oleh perubahan iklim, sehingga pencairan meningkat lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Gletser (Glacier) adalah lapisan es yang luas dan dapat membentang hingga bermil-mil jauhnya.

Gletser yang sangat besar disebut dengan gletser benua (continental glaciers) seperti yang terdapat di Arktik, Kutub Utara dan Antartika, Kutub Selatan. Diperkirakan sekitar 50 miliar ton es hilang dari gletser Thwaites setiap tahunnya.

Hal ini menyebabkan sekitar 4 persen kenaikan permukaan air laut global. Namun perkiraan ini akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang.

Dengan adanya fenomena pemanasan global yang terus meningkat saat ini, ada kemungkinan gletser Thwaites akan melepaskan potongan-potongan besar gunung es secara lebih cepat ke lautan. Potongan gletser besar yang runtuh dan hanyut mengikuti arus lautan disebut dengan iceberg.

Bagian yang terlihat mengapung dari iceberg hanyalah sebagian kecil, jika dibandingkan dengan bagian yang berada di bawah permukaan laut.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya