Bagaimana Solusi saat Jadi Korban Ghibah? Ini Jawaban 'Ngeslow' Gus Baha

Gus Baha tanggapi slow soal seseorang jadi korban ghibah, begini cara Gus Baha.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2024, 09:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, berbagi cara sederhana untuk mengatasi situasi ketika menjadi korban ghibah oleh orang lain.

Menurutnya, hal paling dasar yang sangat penting untuk diingat bahwa mereka yang membicarakan kita hanyalah manusia biasa, bukan mereka yang memiliki kuasa atas hidup dan mati manusia.

Dalam pandangan Gus Baha, jika pembicaraan berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, baru menjadi masalah yang serius. Baginya, manusia hanya merupakan makhluk biasa yang tidak memiliki kendali atas nasib hidup seseorang.

Gus Baha menekankan bahwa ketika orang lain membicarakan kita, kita harus menganggap bahwa kita tidak membutuhkan mereka yang selalu melakukan ghibah. Yang dibutuhkan adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Mereka itu siapa? Ya orang. Lha iya orang. Orang itu bukan yang mengatur hidupku, bukan yang mengatur matiku. Makanya tidak masalah. Kalau yang ngomongin saya Allah, masalah," ujar Gus Baha, dikutip dari akun Instagram @sabdaulamanu

Selain itu, tambah Gus Baha, apabila semasa hidup dibicarakan orang lain, yaitu cara mengatasinya adalah menganggap tidak membutuhkan mereka yang selalu melakukan ghibah. Tapi yang dibutuhkan adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Dosa Ghibah Lebih Berat dari Zina

Membicarakan orang lain atau ghibah merupakan perilaku yang bisa mengurangi pahala puasa (Sumber foto: projectinspired.com)

"Makanya tidak masalah, jadi kalau sedang diomongin orang ingat saja, kalau mereka juga manusia yang hidupnya bergantung kepada Allah. Kamu juga bergantung kepada Allah. Sama-sama tidak jelasnya, kok susah," terangnya.

Mengutip Jatim.nu.or.id, menggunjing, ghibah adalah salah satu dosa besar yang didefinisikan menyebutkan sesuatu yang terdapat pada saudaranya ketika ia tidak hadir dengan sesuatu yang benar tapi tidak disukainya. Menggunjing dalam istilah bahasa Jawa dikenal dengan “ngerasani”.

Lantas mengapa dosa ghibah lebih berat ketimbang dosa zina? Bagaimana penjelasannya? Sebelumnya perlu dipahami bersama definisi ghibah. Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata:

والغيبة هي ان تذكر انسانا في غيبته بما يكرهه ولو كان حاضرا تقصد بذلك تنقيصه

Artinya: Ghibah adalah engkau menyebutkan aib seseorang ketika ia tidak hadir dengan sesuatu yang ia benci, jikalau ia hadir, maka engkau bertujuan untuk menjatuhkan kehormatannya.


Dafinisi Ghibah

Ilustrasi membicarakan orang lain. (Foto: Pixabay)

Definisi ghibah dari Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ini memberi pemahaman bahwa menggunjing lazimnya mengarah kepada sesuatu yang kurang baik, membuka aib, yang tentunya tidak disukai oleh orang yang dighibahi. Tujuan utamanya adalah menghancurkan kredibiltas orang yang dighibahi.

Menyikapi hal tersebut, dalam kitab Mu’jam Tabrani menegaskan:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ، قَالا : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِيَّاكُمْ وَالْغَيْبَةَ ، فَإِنَّ الْغَيْبَةَ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا " . قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ الْغَيْبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا ؟ قَالَ : " الرَّجُلُ يَزْنِي فَيَتُوبُ ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغَيْبَةِ لا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ " . رواه الطبراني في الأوسط وفيه عباد بن كثير الثقفي وهو متروك

Artinya: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah dan Abi Sa'id Al-khudri, keduanya berkata : Rasulullah bersabda: Takutlah kalian semua terhadap ghibah, karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dosanya daripada berzina. Lalu Rasulullah ditanya: bagaimana bisa ghibah lebih berat dosanya daripada zina?. Beliau menjawab : sesungguhnya seorang laki-laki terkadang berzina kemudian ia bertaubat, maka Allah langsung menerima taubatnya, sedangkan orang yang menggunjing itu tidak akan diampuni dosanya sampai orang yang digunjing sudi mengampuninya. (HR At Tabrani dalam Al-Ausath dan dalam sanadnya terdapat 'Ubad bin Katsir As-tsaqofi dan dia ini matruk, Sumber : Kitab Majma' Zawaid : 8/92).

Dengan demikian, jika ditarik benang merah, maka ghibah itu berkaitan erat dengan menyinggung, menyakiti perasaan orang lain. Sedangkan zina berkaitan erat dengan hukuman Allah. Meski demikian, jangan pernah beranggapan bahwa dosa berzina lebih ringan daripada dosa ghibah. Keduanya tetap termasuk dosa besar dan neraka ancamannya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya