Liputan6.com, Minahasa Utara - Deforestasi menjadi hal yang patut diperhatikan oleh semua pihak. Pembukaan hutan menjadi lahan terbuka, sangat berbahaya karena bisa berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup di ekosistem tersebut.
Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, menjadi salah satu daerah yang terdampak deforestasi hutan itu. bencana itu sudah terjadi di Desa Klabat, Kecamatan Dimembe, pada April 2023.
Banjir bandang yang diduga kuat akibat aktifitas illegal logging di hutan Gunung Klabat. Akibatnya, puluhan rumah terendam material banjir bandang. Beruntung tak ada korban jiwa.
Kondisi ini menjadi topik pembahasan sejumlah pihak dalam diskusi yang digelar The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Sulut, pekan lalu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Minahasa Utara Theodorus Lumingkewas menjelaskan, banjir bandang terjadi 5 tahun setelah bencana kebakaran hutan di tahun 2018. Kemudian dalam proses pembersihan material banjir, didapati banyak sekali batang pohon diduga akibat pembalakan hutan.
"Ada beberapa faktor yang menjelaskan terkait dengan permasalahan banjir bandang di Minahasa Utara, seperti faktor curah hujan tinggi, air pasang laut, sedimentasi di muara juga faktor kesadaran manusia dalam menjaga hutan dan mengolah sampah, serta penebangan hutan menyebabkan kurangnya resapan air," tuturnya.
Usai musibah tersebut, butuh waktu bagi pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pembersihan dan perbaikan infrastruktur publik serta rumah tinggal. Belum lagi dengan rusaknya lahan pertanian usai disapu banjir.
"Berbagai upaya dilakukan pemerintah. Kami juga menggelar BPBD Go to School, mengajarkan anak-anak agar lebih peka terhadap lingkungan, mengajarkan agroforesti, reboisasi, penghijauan, dan penghijauan lingkungan," tuturnya.
Rencananya pada Juli nanti akan dilaksanakan kegiatan penanaman 30 ribu bibit pohon sebagai upaya menangani deforestasi di Gunung Klabat.
Baca Juga
Advertisement