Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian mendekati level 16.300 per dolar AS. Pada perdagangan Senin (10/6/2024), rupiah ditutup di posisi 16.283 per dolar AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih percaya ada celah yang bakal bikin kurs rupiah menguat. RI 1 menilai, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak hanya dirasakan Indonesia saja.
Advertisement
"Semua negara sekarang ini mengalami hal yang sama, mengalami hal yang sama, tertekan oleh yang namanya dolar, kursnya. Ketidakpastian global sekarang ini memang menghantui semua negara," ujar Jokowi selepas menghadiri HUT HIPMI Ke-52 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (10/6/2024).
"Tapi menurut saya, kalau masih di angka Rp 16.200-16.300 masih bisa disiasati," kata Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi sempat mengakui dirinya cemas melihat kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp 16.000. Dia mengatakan kenaikan kurs menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh semua negara.
"Kemarin kita agak ngeri juga waktu kurs rupiah ke dolar melompat di atas 16.000, 16.200. Kita mulai ketar ketir karena negara lain melompat," ungkap Jokowi beberapa waktu lalu.
Dia menuturkan bahwa kenaikan kurs akan berdampak pada harga barang, khususnya produk impor. Jokowi menyebut kurs dolar yang tinggi akan membuat harga barang menjadi naik.
"Begitu kuat dolar, hati-hati ada harga yang naik. Tapi kalau kuat rupiah, harga yang impor jadi jauh lebih murah. Ini yang ditakuti negara-negara, semua negara, kurs," jelas Jokowi.
Selain itu, dia juga mewanti-wanti soal perang yang masih terjadi di Palestina. Pasalnya, hal ini akan berdampak terhadap kenaikan harga minyak yang berimbas pada lonjakan harga barang-barang.
"Perang yang jauh dari kita bisa berpengaruh ke Indonesia. Kalau harga minyak karena produksi Iran turun, artinya semua barang-barang akan ikut naik," ujarnya.
Jokowi menyampaikan perang yang terjadi antar negara tak bisa dianggap remeh karena akan berpengaruh terhadap Indonesia. Dia mencontohkan perang di Ukraina yang membuat harga barang di Indonesia mengalami lonjakan.
Rupiah Loyo Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Senin, 10 Juni 2024.
"Indeks dolar menguat pada hari Senin, melanjutkan kenaikan kuat dari hari Jumat setelah laporan nonfarm payrolls yang kuat menunjukkan para pedagang secara tajam mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan di Jakarta, dikutip Senin (10/6/2024).
Fokus pasar saat ini berada pada pertemuan The Fed mendatang terkait suku bunga, yang akan diputuskan pada hari Rabu besok (12/6).
Sejauh ini, Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.
"Namun isyarat apa pun mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama setelah tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini," papar Ibrahim.
Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama mengingat inflasi AS masih tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.
Adapun data nonfarm payrolls yang kuat pada hari Jumat juga memperkuat gagasan tersebut.
Sebelum keputusan suku bunga The Fed pada hari Rabu, data inflasi indeks harga konsumen utama AS juga akan dirilis minggu ini, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap jauh di atas target 2% pada bulan Mei.
Di Asia, data produk domestik bruto Jepang menunjukkan pelemahan pada kuartal pertama 2024.
Advertisement
Rupiah melemah pada Senin, 10 Juni 2024
Rupiah ditutup melemah 87 point dalam perdagangan Senin sore (10/6), walaupun sebelumnya sempat melemah 110 point dilevel Rp. 16.282 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.196.
"Sedangkan perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 16.270 - Rp.16.330," ungkap Ibrahim.