Liputan6.com, Jakarta - Salah satu amalan yang dianjurkan pada bulan Dzulhijjah adalah puasa sunnah. Ada berbagai puasa sunnah, salah satunya puasa Arafah.
Persoalannya, ada beda waktu antara Idul Adha Arab Saudi dengan di Indonesia. Otomatis, jadwal puasa Arafah pun jadi berbeda.
Baca Juga
Advertisement
Di Indonesia, puasa Arafah jatuh pada 16 Juni 2024. Sedangkan di Arab Saudi sehari sebelumnya, yakni 15 Juni 2024.
Lantas, kita ikut yang mana? Soal ini Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskannya dengan gamblang.
Artikel ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Senin (10/6/2024).
Artikel kedua terpopuler yaitu kisah karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani merebut ruh santri dari Malaikat Maut, Izrail.
Sementara, artikel ketiga masih Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang ditegur Rasulullah SAW karena telat menikah.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Beda Waktu Puasa Arafah 2024 Indonesia dan Arab Saudi, Kita Ikut Mana? Ini Kata Buya Yahya dan UAH
Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan bahwa 1 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada Jumat, 7 Juni 2024. Sementara, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan awal Dzulhijjah 1445 H bertepatan pada Sabtu, 8 Juni 2024.
Perbedaan awal Dzulhijjah di Arab Saudi dan Indonesia otomatis membuat Hari Raya Idul Adha di dua negara tersebut juga berbeda. Arab Saudi akan merayakan Idul Adha pada Ahad, 16 Juni 2024, sedangkan Idul Adha di Indonesia jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Dengan begitu, hari Arafah Arab Saudi lebih awal dibanding Indonesia. Puasa Arafah di Arab Saudi dilaksanakan pada Sabtu, 15 Juni 2024, sedangkan di Indonesia dilakukan pada Ahad, 16 Juni 2024.
Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan dalam melaksanakan puasa Arafah, terkhusus masyarakat Indonesia. Muslim Indonesia ikut waktu puasa Arafah yang mana? Waktu Indonesia atau Arab Saudi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan gamblang dari dua ulama kharismatik Indonesia, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat atau UAH.
Advertisement
2. Kisah Karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Rebut Ruh Santri dari Malaikat Maut
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani merupakan wali agung yang sangat tersohor namanya hingga seluruh penjuru dunia. Beliau diyakini sebagai sosok waliyullah yang memiliki banyak karomah dan kemuliaan.
Kisah-kisah tentang karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani termaktub dalam kitab-kitab kuna (klasik). Salah satunya ialah kitab yang berjudul Afrih Al-Khatir, karya Syekh Muhammad Shadiq al-Qadiri al-Syihabi al-Sa’di.
Dalam kitab ini memuat salah satu karomah agung Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang diberikan kemampuan mengejar malaikat maut atau malaikat Izrail dan berhasil merebut kantung yang berisi ruh santrinya.
Sesuatu yang memang akal pikiran manusia susah mencerna. Namun, jika Allah telah menghendaki untuk dilakukan kekasih-Nya, maka tidak ada yang mustahil. Berikut ini kisahnya.
3. Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Ditegur Rasulullah Karena Telat Menikah
Menikah merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW. Perihal sunah ini, Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya bersabda dengan nada yang sangat tegas.
Menurut Rasulullah SAW, seseorang yang tidak menikah sebab karena membenci hal ini, maka dianggap bukan termasuk ke dalam golongannya. Adapun bunyi hadisnya sebagai berikut:
النكاح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني
“Nikah adalah sunnahku, siapa yang benci dengan sunnahku, maka ia bukan bagian dari (ummat)ku.”
Perihal menikah, Waliyullah yang dijuluki shultanul awaliya atau Rajanya para wali, yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani pernah ditegur Rasulullah SAW karena telat menikah atau lama membujang. Simak kisahnya sebagaimana dinukil dari laman NU Online.
Advertisement