Liputan6.com, Jakarta - Sebuah restoran di Amerika Serikat (AS) memutuskan menolak melayani kaum Gen Z untuk makan di tempat mereka. Hal itu diambil setelah muncul sederet 'drama' yang mengganggu dari pengunjung muda.
Mengutip News.com.au pada Selasa, 11 Juni 2024, Bliss Restaurant yang menyajikan makanan Karibia ini membatasi usia pengunjung sejak dibuka di St. Louis, negara bagian Missouri, AS, Mei 2024. Mereka hanya bersedia menerima pengunjung wanita yang di atas usia 30 tahun dan pria di atas 35 tahun untuk makan di tempat.
Advertisement
Pemiliknya, Marvin Pate (36) dan istrinya, menjelaskan bahwa aturan tersebut dibuat untuk membantu mereka menjaga lingkungan restoran dengan tampilan yang unik, menjunjung standar yang telah ditetapkan, dan mendukung keberlanjutan suasana unik restoran tersebut. Namun, ketentuan itu menciptakan kontroversi.
Pate mengatakan bahwa restoran Bliss telah berhasil mengatasi beberapa respons negatif. Karena itu, dia menegaskan tidak ada rencana untuk menghapus aturan pembatasan usia yang kontroversial tersebut.
"Saya pikir Bliss adalah sebuah rumah yang jauh dari rumah," katanya kepada stasiun berita lokal KSDK. "Anda bisa datang ke sini dan benar-benar merasa seperti berada di resor. Orang akan merasa seperti sedang berlibur."
"Tentu saja, kami mendapat sedikit reaksi balik karena kebijakan kami, tapi tidak apa-apa. Kami berpegang teguh pada aturan kami." Dia juga mengatakan bahwa jika ada pelanggan yang dicurigai berusia di bawah 30 tahun, tanda pengenal mereka akan diperiksa.
Suara Mereka yang Tak Sependapat
"Restoran ini hanyalah sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang-orang lanjut usia, bersenang-senang, mendapatkan makanan enak dan tidak perlu khawatir tentang beberapa anak muda yang membawakan drama itu," asisten manajer restoran, Erica Rhodes, menambahkan.
Reaksi terhadap syarat dan ketentuan batas usia minimum tersebut sangat beragam. Beberapa orang berpendapat bahwa aturan tersebut merupakan "diskriminasi usia".
"Pemiliknya hampir tidak membuat persyaratan usianya sendiri. Ayolah," komentar warganet di dunia maya.
"Saya belum pernah melihat perkelahian di bar yang tidak dimulai oleh seorang pemabuk berusia di atas 30 tahun," kata yang lain turut berkomentar.
"Saya rasa sekarang ini biasanya orang-orang lanjut usia yang bertingkah," imbuh orang berbeda.
Namun, banyak juga yang menganggap pembatasan tersebut masuk akal, karena akan menjauhkan generasi muda yang suka foto sana-sini. Mereka yang setuju menganggap restoran sebagai tempat untuk menikmati makanan dengan tenang, tanpa ada kamera yang memotret dan suara berisik dari anak muda.
"Kedengarannya ide yang bagus. Resor dan hotel melakukannya. Bar melakukannya. Kenapa bukan restoran?!" tulis seorang warganet.
Advertisement
Para Pendukung Aturan Pembatasan Usia
Warganet itu melanjutkan, "Saya mencintai anak-anak saya, tetapi ketika saya mendapatkan malam tanpa anak untuk makan enak, rasanya menyebalkan ketika ada anak yang berteriak-teriak di meja sebelah. Atau ketika Anda hanya ingin minum koktail bersama teman Anda suatu malam dan yang ada hanyalah perkelahian dan drama dari pengunjung dewasa muda."
Pendukung lainnya menuliskan, "Saya suka ide ini!!!! Sempurna!!!! Dan bagi semua orang yang protes dan mengeluh tentang hal itu…..atau memiliki komentar cerdas….. tunggu saja. Suatu hari harimu akan tiba."
"Suka sekali. Inilah inti dari bisnis swasta. Jika Anda tidak menyukainya, jangan pergi," tambah salah satu dari mereka.
"Saya suka konsepnya, ini saatnya kita orang dewasa bisa bersantap dalam suasana santai tanpa anak-anak berteriak, orang tua berteriak, atau perilaku agresif," yang lain menimpali.
Restoran Lainnya yang Terapkan Peraturan Aneh
Bukan aturan soal batasan usia, sebuah restoran "All You Can Eat" di Jepang memberlakukan peraturan aneh di mana bayaran untuk seseorang dikenakan berdasarkan tinggi badan yang dimiliki seseorang. Anak usia 12 tahun harus membayar harga orang dewasa karena tinggi badannya.
Mengutip Kanal Citizen6 Liputan6.com pada Selasa, 11 Juni 2024, seorang pengunjung yang berusia 12 tahun dan belum memiliki tanda pengenal, sempat mendapat pengalaman buruk di restoran yang tak disebutkan namanya tersebut. Meski ditegaskan bahwa dirinya berusia 12 tahun, ia tetap dipaksa untuk melepaskan alas kakinya untuk diukur tinggi badannya.
Restoran ini beralasan bahwa kebanyakan anak yang memiliki tubuh yang lebih besar dapat memakan makanan lebih banyak dari orang dewasa pada umumnya. Kemudian diberlakukanlah aturan bahwa seseorang yang memiliki tinggi lebih dari yang ditentukan terhitung sebagai dewasa.
Sang keluarga tidak terima dan merasa dibohongi karena anak mereka yang berusia 12 tahun dan masih masuk ke dalam rentang umur yang tertera, harus diukur tinggi badan serta membayar dengan harga dewasa. Mereka juga merasa diperlakukan buruk dengan pemaksaan pelepasan alas kaki untuk pengukuran tinggi badan.
Advertisement