Liputan6.com, Jakarta - Turki akan memberlakukan kenikan tarif impor mobil China sebesar 40 persen. Hal tersebut, menyusul kebijakan sebelumnya pada 2023, yang juga menerbitkan tarif tambahan serta aturan terkait pemeliharaan dan layanan purna jual untuk produsen Tiongkok.
Disitat dari laman Arena EV, Kementerian Perdagangan Turki memberlakukan tarif impor tinggi untuk mobil asal China ini untuk melindungi produksi dalam negeri, serta mengurangi defisit negara sebesar US$ 45,2 miliar.
Advertisement
Sementara itu, tarif impor baru sebesar 40 persen ini, ditujukan untuk mobil penumpang konvensional dan hybrid dari China, dengan pajak minimum sebesar US$ 7.000 apabila tarif yang dihitung lebih rendah dari jumlah tersebut.
Dengan semakin berkembangnya kendaraan asal China, yang jumlahnya cukup besar, banyak produsen otomotif dari Tiongkok yang mengalami berbagai tekanan dari belahan dunia.
Tidak hanya di Turki, Uni Eropa juga akan memberlakukan pajak impor yang cukup tinggi untuk roda empat yang berasal dari negara tersebut.
Gesekan perdagangan antara Uni Eropa dan China, juga telah menyebabkan serangkaian penyelidikan anti-dumping terhadap produk asal Tiongkok, yang ditenggarai mendapatkan subsidi yang tidak adil.
Catatkan Rekor Ekspor Tertinggi, Ini Pemicu Mobil China Menjamur di Jalanan Dunia
Jenama otomotif asal China akhir-akhir ini tengah menjamur di pasar global. Bukan hanya secara kasat mata atau lalu lalang berita semata, data ekspor mobil China memang tengah menunjukkan rekor catatan lonjakan volume tertinggi pada April lalu.
Disitat dari Reuters, Minggu (12/5/2024), laporan terbaru menunjukkan lonjakan ekspor 38 persen dibanding bulan April tahun lalu, dengan jumlah 417.000 kendaraan dikapalkan. Jumlah ini melanjutkan momentum kuat dari bulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 39 persen, menurut laporan China Passenger Car Association (CPCA).
Strategi yang dilancarkan jenama-jenama China untuk sedikit bergeser dari posisi nyamannya di pasar mobil domestik terbesar di dunia tersebut dipancing penjualan mobil yang tengah melesu di China selama pemulihan ekonomi yang lemah. Kondisi ini berakibat pada psikologis konsumen yang lebih berhati-hati dalam membelanjakan barang-barang besar.
Penjualan domestik China pada bulan April turun 5,8 persen dari tahun sebelumnya, ditambah dengan tengah semakin ketatnya persaingan harga antara produsen otomotif Negeri Tirai Bambu tersebut.
Angka nyata penjualan pada bulan April menyentuh 1,55 juta kendaraan terjual, yang juga turun 9,6 persen dibanding bulan Maret.
"Kelesuan pasar lebih buruk dari perkiraan, sementara beberapa produsen mobil masih berusaha untuk terus berproduksi dan mengakibatkan peningkatan persediaan di dealer," kata Cui Dongshu, sekretaris jenderal CPCA.
Cui melanjutkan bahwa produsen mobil lokal China harus membuat pilihan antara pergi ke luar negeri atau kalah, karena persaingan di pasar domestik semakin ketat.
Kini, model-model mobil penumpang dari negara tersebut tengah secara aktif menjajaki pasar ekspor Amerika Selatan, Australia, dan ASEAN.
Meski demikian, investigasi anti-subsidi yang dijatuhi kepada kendaraan China oleh Uni Eropa yang sedang berlangsung, tengah menghantui ekspor mereka ke pasar Eropa yang sebenarnya telah mereka jajal.
Sementara di sisi lain, tembok Amerika Utara masih belom berhasil dijebol olehnya.
Advertisement