170 Warga Sukabumi Keracunan Massal, Bocah 9 Tahun Meninggal

Ratusan warga dari dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi melaporkan alami keracunan, bahkan peristiwa itu diduga merenggut nyawa seorang anak perempuan usia 9 tahun.

oleh Fira Syahrin diperbarui 11 Jun 2024, 21:33 WIB
Ratusan warga dari dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi melaporkan alami keracunan makanan hajatan (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Liputan6.com, Sukabumi - Kasus keracunan massal kembali terjadi di Kabupaten Sukabumi dalam sepekan terakhir. Kali ini, sebanyak 170 orang dilaporkan mengalami keracunan makanan dari sebuah acara hajatan pernikahan. 

Ratusan korban keracunan massal ini berasal dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Sagaranten dan Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi. Terkini, salah satu korban Nasfia, anak berusia 9 tahun dinyatakan meninggal dunia pada Senin (10/6/2024) setelah mendapat perawatan di rumah sakit.

Mereka terpaksa dilarikan ke RSUD Sagaranten setelah mengeluhkan gejala keracunan. Informasi dihimpun hingga Selasa (11/6/2024), sebanyak 116 korban warga keracunan berasal dari Kecamatan Sagaranten, dan 64 warga dari Kecamatan Curug Kembar. 

Kejadian ini berawal pada Minggu (9/6/2024), warga dari dua kecamatan tersebut diundang ke sebuah acara syukuran hajatan pernikahan. Warga yang datang itu diberi hidangan nasi kotak. Mereka baru mengeluhkan sakit perut, muntah dan pusing yang hebat sejak Senin pagi. 

Satu per satu warga yang merasakan keracunan dibawa ke puskesmas hingga dirujuk ke rumah sakit. Tak hanya orang dewasa, lansia, anak-anak, seorang ibu hamil juga mengalami gejala yang sama. 

“Perut sakit, dari malam, dari kemarin, enam bulan, pusing, kemarin teh makan itu makanan dari hajatan, daging, nasi, sayur, sama mi,” ucap Salwa, salah seorang korban yang sedang hamil. 

 


Korban Meninggal Sempat Kejang-kejang Saat Dirujuk ke Rumah Sakit

Ratusan warga dari dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi melaporkan alami keracunan makanan hajatan (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Dari keterangan pihak rumah sakit, korban keracunan makanan yang meninggal dunia diduga terlambat mendapatkan penanganan dan sudah mengalami kejang-kejang saat dibawa ke rumah sakit.

Setelah mendapatkan penanganan darurat di rumah sakit, nahas, nyawa korban tak terselamatkan.  

“Memang di awal korban sempat dibawa ke puskesmas dulu, sebelum ke puskesmas anak sudah kejang-kejang, nah di puskesmas itu juga nakesnya terbatas makin memburuk keadaannya dan di sini juga ditangani, tetapi tidak tertolong,” kata Kepala RSUD Sagaranten, dr Hikmat Gunawan. 

Dari hasil observasi, pihaknya menilai jika korban juga termasuk di antara pasien lainnya yang mengalami keracunan makanan. Faktor daya tahan tubuh yang berbeda dari orang dewasa, diduga menjadi sebab korban tak berhasil melalui masa kritis dari dampak keracunan tersebut.

“Kalau penyebabnya dugaan memang ada kesamaan gejala kita menduga memang dari keracunan makanan tersebut, hanya saja mungkin entah kondisinya bagaimana ditambah lagi umurnya. Jadi ketahanan tubuhnya berbeda dari orang dewasa, sampai saat ini masih dari keracunan massal,” jelasnya. 

 


Polisi Amankan Sampel Makanan untuk Diperiksa

Ratusan warga dari dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi melaporkan alami keracunan makanan hajatan (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Pada kasus keracunan makanan tersebut, pihak kepolisian telah mengamankan beberapa sampel makanan dari nasi kotak yang dimakan warga, serta telah memeriksa 5 orang saksi termasuk orang yang memasak dari makanan hajatan tersebut. 

“Makanan yang tersedianya di makanan tersebut itu ada tiga jenis, daging ayam, mi goreng dan buncis, sayur buncis, kita sudah melakukan pemeriksaan saksi-saksi,” kata Kapolsek Sagaranten Resor Sukabumi, AKP Deni Miharja.

Dia mengatakan, pemeriksaan itu juga melibatkan warga yang menggelar hajat tersebut, yaitu keluarga pengantin yang juga dalam kondisi pemulihan.

“Termasuk yang punya hajat walaupun masih dalam keadaan sakit masih kita lakukan pemeriksaan keterangan awal,” sambung dia.

Hingga kini sebanyak 108 warga dari dua kecamatan masih dirawat dan mendapat penanganan di puskesmas dan rumah sakit. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya