Liputan6.com, Jakarta - Beberapa perusahaan Rusia beralih ke kripto untuk penyelesaian lintas batas untuk menghindari komplikasi akibat menjadi sasaran sanksi sekunder oleh Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa (UE).
Menurut data Bloomberg, dua produsen logam terkemuka Rusia telah memanfaatkan USDT, stablecoin terbesar yang dipatok dalam dolar AS, untuk membayar dan menerima pembayaran dari pelanggan dan pemasok China.
Advertisement
Perusahaan-perusahaan ini juga telah beralih ke alternatif lain, seperti menggunakan bank-bank kecil dan daerah sebagai perantara untuk memproses transaksi-transaksi tersebut; tetapi, mereka menjadi lebih berhati-hati karena berupaya menghindari sanksi-sanksi tersebut.
Kripto bagi mereka menghadirkan beberapa keuntungan untuk penggunaan ini, karena transaksinya tidak dikenakan sanksi dan tidak harus menggunakan perantara.
Pakar mata uang digital di Rusia dan salah satu pendiri Resolv Labs Ivan Kozlov, mengatakan dengan stablecoin, transfer mungkin hanya memerlukan waktu 5-15 detik dan biaya beberapa sen.
"Ini membuat transaksi tersebut cukup efisien ketika pengirim sudah memiliki basis aset dalam stablecoin,” kata Kozlov dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (12/6/2024).
Penggunaan stablecoin mungkin akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu, karena dunia Barat sedang mempertimbangkan sanksi untuk terus mengisolasi perekonomian Rusia dari mitra terdekatnya.
G7 dan UE berupaya menargetkan lembaga keuangan yang menggunakan Sistem Pesan Keuangan Bank Rusia (SPFS), yang diterapkan sebagai alternatif Rusia terhadap SWIFT, standar de facto untuk transaksi lintas batas.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Perusahaan Rusia Beralih Pakai Kripto untuk Perdagangan Komoditas dengan China
Sebelumnya, perusahaan komoditas Rusia yang sulit transaksi keuangan dengan China telah memakai metode baru untuk menyelesaikan kesepakatan yaitu memakai stablecoin.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (28/5/2024), setidaknya dua produsen logam terkemuka, keduanya tidak memiliki izin telah mulai memakai stablecoin tether holdings Ltd dan beberapa kripto lainnya untuk menyelesaikan beberapa transaksi lintas batas dengan sebagian besar klien dan pemasok China.
Dalam beberapa kasus, penyelesaian transaksi melalui Hong Kong. Hal itu disampaikan sejumlah pimpinan perusahaan tersebut tetapi menolak untuk disebutkan namanya.
Fakta perusahaan-perusahaan besar Rusia kini beralih ke blockchain, dua tahun setelah dimulainya invasi ke Ukraina pada Februari menekankan dampak jangka panjang ekonomi dari pembatasan internasional sebagai respons terhadap perang.
Perusahaan Rusia yang bergerak di bidang komoditas mulai dari logam yakni nikel, baja hingga kayu menghadapi tantangan dalam menerima pembayaran atas barang-barang dan membeli peralatan serta bahan mentah sejak awal konflik.
Hal ini berlaku bahkan ketika mereka tidak terkena sanksi, meski beberapa di antaranya telah mendapatkan banyak hukuman dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan sekutu mereka.
Bahkan di China yang tidak mengikuti sanksi internasional dan telah menjadi pasar ekspor utama bagi berbagai komoditas Rusia serta pemasok barang dan peralatan, transaksi keuangan menjadi semakin sulit pada 2024.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh Departemen Keuangan AS yang mengancam akan memberikan sanksi terhadap pemberi pinjaman yang memfasilitasi penghindaran sanksi yang menyebabkan pengetatan langkah-langkah kepatuhan.
“Dengan stablecoin, transfer mungkin hanya memerlukan 5-15 detik dan biaya beberapa sen, membuat transaksi tersebut cukup efisien ketika pengirim sudah memiliki basis aset dalam stablecoin,” ujar salah satu pendiri Resolv Labs, Ivan Kozlov.
Advertisement
Lebih Nyaman bagi Eksportir
Adapun stablecoin USDT Tether dipatok ke dolar Amerika Serikat sehingga membuatnya lebih nyaman bagi eksportir. Alternatifnya sering kali adalah transaksi yang lebih lambat dan buruk lagi, mempertaruhkan rekening bank di luar negeri yang dapat dibekukan.
Seorang sumber menyebutkan, beberapa perusahaan yang tidak memiliki izin membuka lusinan rekening di berbagai negara hanya untuk dibekukan satu demi satu.
"Di negara-negara yang menghadapi masalah likuiditas dolar AS dan kontrol modal, penyelesaian lintas batas melalui kripto, dan khususnya stablecoin yang terkait dengan dolar AS adalah praktik yang relatif umum, dan tidak hanya pada komoditas,” ujar Kozlov.
Pemakaian kripto untuk pembayaran bukanlah hal yang aneh bagi negara-negara yang terkena sanksi. Transaksi kargo dari Venezuela, semakin banyak dilakukan memakai tether. Banyak kesepakatan yang terjadi dengan diskon besar di tengahi melalui perantara yang berbasis di Dubai.
Meningkatnya peran kripto dalam penyelesaian transaksi juga menunjukkan perubahan dalam pendekatan bank sentral Rusia terhadap industri ini.
Transfer Lintas Batas
Sebelumnya, Bank Rusia telah mempertimbangkan larangan menyeluruh terhadap penggunaan dan pembuatan semua kripto. Akan tetapi, pada November, Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengatakan kepada parlemen dia mendukung eksperimen pembayaran semacam itu dalam transaksi internasional.
Namun, regulator telah mengingatkan pemberi pinjaman yang menggunakan pembayaran kripto hanya dapat diterima untuk transfer lintas batas dan kesepakatan semacam itu tidak boleh diiklankan, kata seseorang yang dekat dengan bank sentral.
Secara terpisah, anggota parlemen akan mempertimbangkan undang-undang untuk menciptakan kerangka hukum bagi penggunaan stablecoin dalam transaksi internasional.
Bank sentral juga mengatakan baru-baru ini pihaknya telah mengamati peningkatan signifikan dalam aktivitas mata uang kripto di kalangan masyarakat Rusia dalam beberapa kuartal terakhir.
Advertisement
Pemakaian Kripto di Rusia
Layanan perbankan terkait kripto di Rusia juga berkembang. Rosbank, yang dimiliki oleh miliarder Vladimir Potanin, yang juga merupakan pemegang saham penambang nikel MMC Norilsk Nickel PJSC, menjadi pemberi pinjaman Rusia pertama yang memulai pembayaran lintas batas dengan mata uang kripto untuk bisnis pada Juni tahun lalu, menurut Vedomosti. Bank-bank lain telah memulai layanan serupa sejak saat itu.
Sementara itu, beberapa perusahaan komoditas telah mengambil cara berbeda dalam menyelesaikan transaksi, yang juga pernah dianggap eksotik.
Sumber menuturkan, beberapa produsen baja menggunakan apa yang disebut kesepakatan barter, yaitu pertukaran komoditas dengan barang yang dikirim ke Rusia, sehingga sepenuhnya menghindari transfer lintas batas.