Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 375 miliar pada 2024. Belanja modal tersebut untuk memperluas studio Perseroan.
Hal itu disampaikan Direktur PT Surya Citra Media Tbk Rusmiyati Djajaseputra saat paparan publik Perseroan, Rabu (12/6/2024).
Advertisement
"Capex hingga akhir 2024 kami anggarkan sekitar Rp 375 miliar. Di mana sebagian besar untuk pembangunan studio baru, pengembangan perluasan studio yang sudah ada sekarang, termasuk perbaiki led dan lighting di dalam studio,” ujar dia.
Harapan Kinerja 2024
Selain itu, Perseroan berharap kinerja keuangan positif pada kuartal I 2024 dapat berlanjut hingga 2024. Mengutip kinerja keuangan Perseroan saat paparan publik, PT Surya Citra Media Tbk mencatat pendapatan Rp 1,75 triliun hingga kuartal I 2024, atau tumbuh 14,9 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.
Seiring pertumbuhan pendapatan itu, Perseroan meraih kenaikan laba periode berjalan menjadi Rp 153,85 miliar hingga kuartal I 2024, tumbuh 1.491,7 persen dari kuartal I 2023 sebesar Rp 9,66 miliar.
Direktur Utama PT Surya Citra Media Tbk Sutanto Hartono berharap kondisi keuangan di bidang konsumsi meningkat pada 2024 setelah kondisi 2023 yang kurang baik. Hal ini tidak hanya terjadi di industri penyiaran tetapi juga bidang lain termasuk digital.
"Kuartal pertama 2024 terjadi recovery, kami berharap nanti berlanjut sepanjang 2024. Nanti ada pemerintahan baru sehingga terjadi stabilitas dan kesinambungan,” ujar Sutanto.
Selain pertumbuhan iklan, Sutanto menuturkan, kontribusi kinerja keuangan juga akan disumbangkan dari pertumbuhan pendapatan pelanggan Vidio Dot Com.
“Kami optimis bahwa vidio.com terus bertumbuh dan berkembang revenue subcription dan bisnis-bisnis baru yang kami kembangkan khusus di bidang sosial media maupun digital platform,” ujar dia.
Vidio Dot Com Tempati Posisi Pertama
Adapun layanan media over-the-top (OTT) atau platform streaming milik Perseroan yakni Vidio Dot Com telah mengalahkan pemain OTT lainnya di global dan regional. Sutanto menuturkan, Vidio Dot Com semakin memperkuat sebagai platform OTT nomor satu di Indonesia.
Dari paparan publik Perseroan, berdasarkan data Media Partners Asia (MPA) pada kuartal I 2024, Vidio.com menempati posisi pertama untuk jumlah monthly active users dan subscriber.
"Berdasarkan data Google Playstore pada Maret 2024, Vidio menempati posisi pertama untuk kategori top grossing entertainment app in Indonesia,” ujar Sutanto.
Selain itu, Sutanto menuturkan, Vidio Dot Com juga berkomitmen menjadi yang terdepan dalam menayangkan lokal original series berkualitas. Hal ini ditunjukkan dari 81 judul original series oleh Vidio Dot Com hingga Maret 2024.
Sutanto mengatakan, Vidio Dot Com juga mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) pada platform digital untuk menghasilkan konten dan pengalaman pengguna yang terbaik. Hal ini dalam rekomendasi konten dan personal, produksi konten cuplikan olahraga yang cepat dan berkualitas premium.
"Hasilkan subtitle bahasa daerah dan mendeteksi konten bajakan di seluruh platform media sosial sehingga cepat di take down,” kata dia.
Advertisement
Tebar Dividen 2023 Rp 5 per Saham
Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Surya Citra Media Tbk memutuskan menetapkan penggunaan laba bersih 2023 untuk membagikan dividen Rp 5 per saham. Selain itu, RUPST Perseroan memutuskan tidak ada perubahan susunan pengurus Perseroan.
"Tidak ada perubahan susunan dewan komisaris dan direksi,” kata Sutanto.
Adapun hingga 2023, Perseroan mencatat pendapatan Rp 6,51 triliun dan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 334,60 miliar.
Momen Pemilu Bakal Angkat Kinerja
Sebelumnya, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) berharap momen pemilihan umum (Pemilu) 2024 dapat mendorong pertumbuhan belanja iklan di tengah tantangan makro ekonomi.
Direktur Utama PT Surya Citra Media Tbk, Sutanto Hartono menuturkan, saat ini industri televisi hadapi tantangan makro ekonomi setelah pandemi COVID-19. Ini ditunjukkan dari konsumsi masyarakat yang hati-hati sehingga berdampak terhadap belanja iklan industri barang konsumsi. Sutanto mencontohkan, saat momen Ramadhan yang biasanya belanja iklan tinggi, tetapi relatif biasa pada 2023.
"Pascapandemi masyarakat melakukan kegiatan mudik secara full. Travelling jadi mahal dengan tiket pesawat mahal demikian juga hotel, ini menjadi prioritas masyarakat sehingga masyarakat tidak spending lebih di kebutuhan sehari-hari. Ini dinamika tahun ini," ujar dia saat paparan publik perseroan, Rabu, 14 Juni 2023.
Selain itu, bisnis digital seperti e-commerce, edu tech yang melakukan ekspansi agresif dalam delapan tahun terakhir dengan kegiatan pemasaran mulai fokus untuk menghasilkan laba. Hal ini seiring permintaan investor untuk pelaku usaha bisnis digital ciptakan laba dan bukan lagi pertumbuhan.
"Ada perubahan animo investor sekarang ini tak lagi tuntut growth tapi profitabilitas sehingga mengubah melakukan ekspansi dan bagaimana mereka lakukan ekspansi salah satunya kurangi spending, kurangi pegawai terjadi pengurangan pegawai di mana-mana dan pengurangan marketing expenses. Biasanya expenses growth dominan kita terkena imbasnya," ujar dia.
Akan tetapi, pada 2023, menurut Sutanto kondisi makro ekonomi lebih dominan pengaruhi industri televisi. Hal ini seiring platform digital global juga alami penurunan pada kuartal I 2023.
"Saat ini digital juga ada saingan dengan influencer, hal dinamika terjadi tahun ini disebabkan kekuatan growth ekonomi kita, tetapi ini bukan pertama kali. Kalau melihat ke belakang momen tahun-tahun tertentu pressure penurunan, tetapi kita optimis siklus. Kita bicara soal pemilu mengharapkan jadi salah satu economy growth terjadi pertukaran di masyarakat," ujar dia.
Advertisement
Jangkauan Media Televisi
Ia berharap pemilu dapat berjalan aman dan sukses sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada investor untuk investasi pada 2024. Dengan demikian ekonomi dapat kembali pulih sehingga meningkatkan belanja iklan.Sutanto mengatakan, pihaknya mengantisipasi belanja pemilu setiap lima tahun sekali. Ia optimistis media televisi masih menjadi pilihan untuk belanja iklan pemilu.
"Media televisi merupakan paling massal jangkau masyarakat untuk partai, caleg, dan capres pasti membutuhkan exposure signifikan," kata dia.
Selain mengandalkan televisi free to air (FTA), perseroan juga mengembangkan model bisnis influencer sebagai salah satu pilihan untuk pemasaran.
"Kami tak hanya fokus ke FTA tapi masuk ke bidang-bidang memerlukan service level berbagai jenis marketing contoh influencer memiliki bisnis yang melakukan influencer management. Investasi di RANS sehingga nanti kita harapkan kegiatan pemilu tak hanya televisi tetapi juga bisnsi unit lain bergerak di bidang jasa," ujar dia.