Liputan6.com, Semarang - Kandungan Bromat dalam air minum kemasan (AMDK) disebut-sebut lebih berbahaya dari Bisphenol a (BPA). Hal tersebut mengingat Bromat terkandung langsung dalam air kemasan yang diminum. Sedangkan BPA merupakan senyawa yang ada di dalam kemasan pangan.
Menurut dokter gizi Universitas Kristen Indonesia, dr Lousia Ariantje Langi, konsumsi bromat secara berlebih akan menyebabkan masalah pencernaan, seperti mual, muntah, sakit perut dan diare.
Advertisement
"Jika dikonsumsi terus menerus dapat menimbulkan gangguan ginjal, gangguan sistem saraf, tuli bahkan kanker," katanya.
Dr Louisa meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan regulasi terkait kandungan Bromat pada label AMDK. Tujuannya agar masyarakat mendapatkan informasi jelas bahwa AMDK tersebut mengandung senyawa berbahaya dimaksud.
"Dunia kedokteran berharap seluruh produsen menerapkan etika keamanan pangan. Artinya mereka harus menuliskan berapa besar kandungan Bromat dalam setiap produk mereka. Sehingga masyarakat tidak dibodohi bahwa suatu produk ini aman atau tidak. Dan kalau melebihi batas seharusnya tidak boleh beredar," katanya.
Sementara itu, peneliti Pusat Riset Sumberdaya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Rizka Maria menyampaikan bahwa berdasar penelitian Bromat dapat menimbulkan gangguan sistem saraf pusat, semisal hilangnya reflek dan kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah dan pembengkakan paru.
"Pada manusia yang mengonsumsi senyawa Bromat sebanyak ribuan kali lebih banyak dibandingkan dengan yang terdapat pada jumlah standar senyawa bromat pada AMDK maka terdapat efek kesehatan yang lebih parah, yaitu gangguan ginjal, gangguan sistem saraf, dan gangguan pendengaran," katanya.
Rizka mengungkapkan, akumulasi Bromat dapat memicu efek karsinogenik yang mulai terasa atau teramati setelah 10—20 tahun konsumsi. Namun, kondisi tersebut tergantung pada kadar bromat yang ada dan kesehatan seseorang.