82 Orang Keracunan Bihun dan Telur Goreng dari SD di Malaysia, 2 Korban Meninggal

Para korban keracunan makanan di Malaysia termasuk penyelenggara, guru, staf sekolah dan anggota keluarga, berusia antara 19 bulan dan 58 tahun. Gejala yang dilaporkan termasuk diare, sakit perut, demam, muntah dan mual.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Jun 2024, 15:35 WIB
Ilustrasi keracunan Malaysia (pixabay)

Liputan6.com, Selangor - Malaysia tengah diguncang insiden keracunan makanan maut yang menelan korban jiwa.

"Insiden keracunan makanan yang mengakibatkan dua kematian dan menyebabkan 82 orang dengan gejala di Gombak diyakini berasal dari makanan bihun goreng dan telur goreng," menurut Departemen Kesehatan Selangor seperti dikutip dari The Star, Rabu (12/6/2024).

"Departemen menerima laporan keracunan makanan dari Program Kemahiran Amal Islami di Gombak pada Sabtu (8 Juni 2024), yang melibatkan 30 sekolah dasar (SD)," kata Direktur Kesehatan Selangor Dr Ummi Kalthom Shamsudin dalam sebuah pernyataan pada Selasa (11/6).

"Investigasi menunjukkan bahwa dari 247 orang yang mengonsumsi makanan tersebut, 82 orang (33%) menunjukkan gejala, dan dua orang meninggal," tambah Dr Ummi Kalthom Shamsudin.

Dr Ummi Kalthom mengatakan para korban keracunan itu mengalami gejala setelah sarapan, yang disediakan oleh penyedia eksternal. Ada perubahan pada tampilan dan rasa telur goreng yang disajikan.

Para korban termasuk penyelenggara, guru, staf sekolah dan anggota keluarga, berusia antara 19 bulan dan 58 tahun. Gejala yang dilaporkan termasuk diare, sakit perut, demam, muntah dan mual.

"Sebanyak 28 kasus mendapat perawatan rawat jalan. Tidak ada rawat inap di rumah sakit. Dua orang meninggal tanpa mendapat perawatan dari fasilitas kesehatan mana pun," tambah Dr Ummi Kalthom.

Dr Ummi Kalthom mengatakan korban jiwa pertama adalah seorang remaja berusia 17 tahun dan yang kedua adalah seorang balita berusia 19 bulan.

"Kedua korban diyakini telah memakan makanan yang dibawa pulang oleh anggota keluarganya," ujar Dr Ummi Kalthom.

Dr Ummi Kalthom mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk mendeteksi kasus-kasus baru dan langkah-langkah telah diambil untuk mengendalikan potensi wabah.

Adapun sampel makanan telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional di Sungai Buloh untuk mengidentifikasi penyebab pasti keracunan makanan tersebut.

Dr Ummi Kalthom juga menyarankan mereka yang mengalami gejala untuk segera mencari pengobatan di fasilitas kesehatan mana pun untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari keracunan makanan.

 


Imbauan untuk Penyelenggara Program

Ilustrasi makanan. (Foto: Pixabay)

Pada saat yang sama, penyelenggara program dan masyarakat diimbau untuk berhati-hati dalam memilih tempat atau pemasok makanan dan memastikan kebersihannya.

Dr Ummi Kalthom mengatakan pemasok makanan harus selalu menerapkan praktik keamanan dan kebersihan pangan.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Fadhlina Sidek menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban keracunan makanan tersebut. Ia menegaskan, kejadian tersebut tidak melibatkan lembaga pendidikan mana pun di bawah kementeriannya.

Menteri Pendidikan Fadhlina Sidek juga mengingatkan seluruh institusi pendidikan untuk selalu mematuhi pedoman yang ada dalam penyelenggaraan acara dan penyiapan makanan.

 


560 Orang Keracunan Makanan Usai Makan Sandwich Vietnam, Gelombang Panas Disebut Jadi Biang Keroknya

Ilustrasi keracunan di Vietnam (wikimedia commons)

Sementara itu, lebih dari 500 orang telah dibawa ke rumah sakit karena dugaan keracunan makanan setelah makan sandwich bánh mì dari sebuah toko di Vietnam selatan.

12 dari mereka, seperti dilansir BBC, Selasa (7/5/2024), termasuk dua anak laki-laki berusia antara enam dan tujuh tahun, berada dalam kondisi kritis.

Pada hari Senin (6/5), pihak berwenang Kota Long Khanh mengkonfirmasi bahwa setidaknya 560 orang jatuh sakit setelah mengonsumsi sandwich dari toko roti Bang di Kota Long Khanh pada tanggal 30 April.

Mereka juga menyatakan bahwa 200 orang telah dipulangkan.

Toko roti tersebut, yang berbasis di Jalan Tran Quang Dieu, menjual sekitar 1.100 sandwich setiap hari, menurut pihak berwenang setempat. 

Kini toko roti yang berbasis di Provinsi Dong Nai ditutup sementara.

Sandwich tersebut diyakini telah rusak akibat heatwave (gelombang panas) saat ini.

Pemeriksaan awal terhadap toko roti tersebut menunjukkan bahwa toko tersebut tidak memenuhi standar keamanan pangan.

Bánh mì adalah sandwich tradisional Vietnam yang terdiri dari baguette ala Prancis yang diisi dengan daging dingin, pâté, dan sayuran.

Sebuah surat kabar Vietnam, Health and Life, berbicara dengan seorang wanita yang ketiga anaknya dirawat di unit perawatan intensif di Rumah Sakit Anak Dong Nai.

Tran Ngoc Phuong mengatakan kepada surat kabar itu bahwa dia membeli tiga sandwich untuk anak-anaknya dengan tambahan daging. Dalam waktu 24 jam, mereka semua mulai menunjukkan gejala keracunan makanan.

Departemen Kesehatan di wilayah tersebut mengatakan pada hari Minggu (5/5) bahwa tes darah dari beberapa orang yang sakit kritis menunjukkan adanya E. Coli – bakteri yang biasanya muncul dalam produk segar termasuk daging sapi, keju dan buah.

Menurut Tuoi Tre News, petugas kesehatan setempat telah membawa sampel banh mi ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut.

Polisi mengatakan mereka telah meluncurkan penyelidikan mengenai penyebab keracunan makanan tersebut.

Menurut laporan rumah sakit setempat, jumlah kasus dugaan keracunan makanan terus meningkat setiap hari. Gejalanya meliputi diare, muntah, demam, dan sakit perut yang parah.


Satu Keluarga Keracunan di Bangladesh

Bendera Bangladesh. (Pixabay)

Kasus keracunan lainnya pernah terjadi pada pertengahan Oktober 2022.

Satu keluarga di Bangladesh meninggal dunia akibat dugaan insiden keracunan. 

Seorang ibu dari Cardiff menjadi orang keempat yang meninggal dalam dugaan keracunan saat berada di Bangladesh.

Hosne Ara Islam (46) meninggal di rumah sakit tiga bulan setelah kejadian itu. Polisi mengatakan, penyebab keracunan diduga karbon monoksida.

Suaminya, Rafiqul Islam (51) dan putra mereka Mahiqul (16) meninggal setelah insiden di sebuah flat di wilayah Sylhet di timur laut Bangladesh.

Putrinya, Samira Islam (20) meninggal di rumah sakit 11 hari kemudian. Sementara putranya, Sadiqul (24) selamat dan kemudian dipulangkan dari rumah sakit.

Keluarga beranggotakan lima orang itu melakukan perjalanan dari Riverside untuk mengunjungi seorang kerabat yang kemudian menemukan mereka tidak sadarkan diri.

Kerabat itu mengatakan bahwa ketika tidak ada jawaban, mereka melihat ke jendela dan melihat keluarga itu tergeletak di dua tempat tidur.

Diperkirakan ada generator listrik yang rusak di properti yang sedang digunakan malam itu karena pemadaman listrik.

Inspektur Distrik Uddin mengatakan, "Kami mengumpulkan sampel asap dari generator dan kami mengirimkannya ke dinas pemadam kebakaran untuk melihat apakah bahan kimia juga ditemukan di tubuh korban dan korban selamat." 


Satu Keluarga Keracunan Pestisida di AS

Ilustrasi keracunan di Amerika Serikat (AS). (Freepik)

Di belahan negara lainnya, administrator regional EPA, Judith Enck mengatakan bahwa ada kasus keracunan di AS. Penyebabnya dari pestida.

Pestisida itu digunakan pada 28 Maret di lantai pertama kondominium, dan agen pun mencoba menentukan berapa banyak yang digunakan. Dia mengatakan, EPA menemukan bahwa metil bromida digunakan di unit Sirenusa lainnya pada tahun lalu, tetapi menolak mengatakan ada berapa banyaknya.

Kemudian, pihak berwenang AS telah menetapkan bahwa pestisida metil bromida yang sangat beracun menyebabkan keluarga Delaware tersebut menderita sakit parah di sebuah resor Kepulauan Virgin AS.

Tak hanya itu, pihak berwenang juga menyebut bahan kimia tersebut telah digunakan beberapa kali dalam setahun terakhir.

Pasca kejadian, lebih tepatnya enam bulan setelah kejadian mengerikan itu, ayah mereka bernama Steve Esmond, perlahan-lahan membaik, tetapi menderita tremor parah, kesulitan berbicara, dan bahkan tidak dapat membalik halaman buku. 

Infografis Deretan Negara Berikan Makan Siang Gratis di Sekolah. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya