Terungkap, Tidur Setelah Jam 1 Pagi Tingkatkan Risiko Masalah Kesehatan Mental

Penelitian baru menunjukkan bahwa para Night Owl yang suka tidur lebih dari jam 1 pagi mengalami kesehatan mental yang buruk.

oleh Fahmi Zaenal Mutakin diperbarui 13 Jun 2024, 17:02 WIB
Ilustrasi begadang, makan mi. (Photo created by tirachardz on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Orang-orang yang cenderung tidur larut malam, atau yang biasa disebut night owls, memiliki kecenderungan untuk memiliki pola tidur yang lebih terlambat dibandingkan dengan orang-orang yang lebih suka bangun pagi, yang dikenal sebagai morning larks.

Pola tidur night owls sering kali bertentangan dengan jadwal sosial dan kerja yang umum, yang cenderung diatur untuk kebutuhan morning larks. Hal ini dapat menyebabkan night owls mengalami kesulitan dalam menjaga jadwal rutin yang dianggap "normal" oleh masyarakat umum.

Namun, Sebuah penelitian observasional baru dari Imperial College London di Inggris menyimpulkan bahwa tidur setelah jam 1 pagi dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, baik pada orang yang suka bangun pagi maupun night owl.

Penelitian tersebut di rilis pada bulan Juli 2024 pada jurnal Psychiatry Research, bertajuk “Perils of the night time: Impact of behavioral timing and preference on mental health in 73,888 community-dwelling adults”

Para peneliti berfokus pada konsep kronotipe, yaitu preferensi seseorang terhadap waktu dalam 24 jam sehari yang mereka sukai untuk tetap terbangun ataupun tidur.

Penemuan mengejutkan dari penelitian ini adalah bahwa orang yang tidur setelah jam 1 pagi yang sesuai dengan kronotipe mereka, mengalami masalah kesehatan mental yang lebih buruk.

Di sisi lain, kelompok dengan jumlah diagnosis kesehatan mental paling sedikit adalah orang-orang yang tidur sebelum jam 1 pagi.

Studi penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang tidur sebelum jam 1 pagi cenderung lebih sehat secara mental, karena dengan lebih sedikit adanya laporan gangguan mental, perilaku, depresi, dan gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD).

Peneliti menganalisis data dari orang dewasa berdasarkan UK Biobank dengan total 73.888 orang menjadi subjek penelitian, dengan 56% di antaranya adalah perempuan, dan rata-rata usia partisipan adalah 63,5 tahun, juga mereka memiliki rata-rata tidur tujuh jam per hari.


Bagaimana tidur dapat memengaruhi kesehatan mental Anda

Ilustrasi tidur, mengalami mimpi. (Foto oleh Polina Kovaleva: https://www.pexels.com/id-id/foto/sedang-tidur-tidur-beristirahat-tertidur-6541121/)

Jamie Zeitzer, PhD, seorang profesor psikiatri dan kedokteran spesialis kesehatan tidur di Universitas Stanford, California, mengajukan teori yang disebut "The Mind After Midnight" yang menyatakan bahwa otak beroperasi dengan cara yang berbeda pada larut malam, yang di mana dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Menurut Jamie, orang-orang yang terbangun di larut malam cenderung merasa terisolasi, sehingga mereka tidak memiliki dukungan sosial atau kesadaran akan keberadaan orang lain saat itu.

Teori tersebut didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang pola tidur dan efeknya terhadap kesehatan mental.

Sara Wong, PhD, seorang peneliti di Franks-Wisden Lab Imperial College, London, mendukung teori tersebut.

Dia mencatat bahwa pola tidur larut malam dalam masyarakat modern seringkali menyebabkan kurangnya waktu tidur total, terutama mengurangi waktu tidur REM (Rapid Eye Movement) yang penting untuk keseimbangan mental dan emosional.

Waktu tidur REM adalah salah satu dari dua tahap utama dalam siklus tidur manusia. Tahap ini terjadi beberapa kali selama tidur malam, dan pada tahap ini, otak menjadi sangat aktif, sementara otot-otot tubuh menjadi sangat rileks hingga sulit untuk bangun. Waktu tidur REM biasanya terjadi sekitar 90 menit setelah kita tertidur.

Sara menjelaskan bahwa tidur REM memiliki kaitan yang erat dengan regulasi suasana hati, di mana kurangnya tidur REM dapat berhubungan dengan suasana hati yang buruk dan dianggap sebagai faktor risiko untuk berbagai gangguan neuropsikiatri seperti depresi, gangguan kecemasan, dan PTSD.

Dengan demikian, pemahaman mengenai pola tidur yang sehat dan dukungan sosial yang baik dapat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan mental yang baik bagi para night owls.


Pengaruh kronotipe terhadap kesehatan

Ilustrasi begadang, bekerja sampai larut malam. (Photo by Jonas Leupe on Unsplash)

Kronotipe mengatur bagaimana jam internal tubuh berfungsi, meskipun jam internal manusia secara alami berjalan selama sekitar 24 jam, namun dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Jonathan Cedernaes, seorang peneliti di Uppsala Universitet, Swedia, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti shift kerja malam, kebanyakan orang masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan kronotipe malam hari.

Sara mencatat bahwa orang yang memiliki kronotipe malam hari sering kali memiliki risiko kesehatan yang lebih buruk.

Meskipun demikian, temuan penelitian ini menimbulkan keraguan terhadap konsep kronotipe itu sendiri dan Jamie Zeitzer mengungkapkan kejutannya atas temuan ini, yang bertentangan dengan hipotesis sebelumnya.

"Kami melakukan penelitian ini dengan berpikir bahwa kami akan menemukan bahwa keselarasan adalah aspek terpenting dari kesehatan mental yaitu, para morning larks harus bangun pagi dan para night owls harus begadang. Kami sangat terkejut bahwa hal ini tidak berlaku untuk para night owls. Ini bukan berarti bahwa menjadi selaras dengan para night owls tidak bermanfaat bagi kesehatan mental, tapi secara keseluruhan, begadang ternyata berdampak negatif bagi kesehatan mental," ucap Jamie Zeitzer, PhD


Waktu tidur dapat bervariasi

Ilustrasi waktu berjalan cepat, jam. (Photo by Djim Loic on Unsplash)

Jamie berhipotesis bahwa jam 1 pagi adalah batas waktu tidur yang penting: “Saya pikir ini terkait dengan populasi yang kami teliti (orang dewasa paruh baya dan lanjut usia di Inggris),” ujarnya, sambil menambahkan bahwa pola sosial yang umum juga bisa menjadi faktor.

Jonathan Cedernaes mengungkapkan efek perubahan musim terhadap tidur dan waktu. “Ini juga tergantung pada apakah wilayah-wilayah tersebut beralih dari Waktu Standar ke Waktu Musim Panas,” katanya.

Namun, Jamie tidak sepenuhnya yakin. "Saya pikir bukan waktu terbitnya fajar yang banyak berubah, melainkan lebih kepada pergeseran pola sosial musiman," katanya.

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya