Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rencana program akuisisi beras Kamboja oleh Perum BULOG.
Jokowi mengatakan, akuisisi merupakan program bisnis yang biasa dilakukan perusahaan BUMN khususnya Bulog, yang memiliki peran untuk mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Advertisement
"Itu proses bisnis yang akan dilakukan Bulog sehingga memberikan kepastian stok cadangan beras negara kita dalam kondisi aman. Daripada beli lebih bagus investasi," ungkap Jokowi di Hotel Fairmont, Jakarta, dikutip Rabu (12/6/2024).
Keputusan BULOG melirik akuisisi beras Kamboja dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, tampak dilakukan dengan berbagai faktor yang menarik.
Melansir laman Phnom Phenh Post, Kamboja saat ini berada di peringkat 10 sebagai produsen beras terbesar di dunia, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, ungkap Federasi Beras Kamboja (CRF).
Produsen Beras ASEAN
Peringkat SeaSia.co menempatkan 6 negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Vietnam, Thailand, Filipina, Myanmar dan Kamboja sebagai produsen beras dominan pada tahun 2023.
Indonesia memimpin di Asia Tenggara dan menempati peringkat keempat secara global dalam produksi beras, dengan 34 juta ton, diikuti oleh Vietnam dengan 26,94 juta ton.
"Kamboja, meskipun merupakan negara kecil, adalah produsen beras utama, mengolah hampir enam juta ton per tahun dan menduduki peringkat ke-10 secara global. Kami berterima kasih kepada pemerintah yang memimpin transformasi dari negara kekurangan pangan pada tahun 1970an-1990an menjadi negara eksportir yang signifikan," kata Presiden CRF, Chan Sokheang.
Laporan terbaru dari CRF mengungkap besaran ekspor beras Kamboja pada bulan Januari 2024, yang mencapai 46.221 ton senilai USD 32,62 juta atau sekitar Rp. 531,8 miliar.
Puluhan ribu ton beras ini diekspor melalui 32 eksportir beras Kamboja ke 42 negara di seluruh dunia.
CRF mencatat, Kamboja mengekspor hampir 600.000 ton beras yang belum digiling ke negara-negara tetangga, senilai lebih dari USD 184 juta atau Rp.2,9 triliun.
Apakah Kamboja negara penghasil beras?
Laporan yang disusun oleh Eurocharm Cambodia juga menunjukkan, Kamboja merupakan eksportir besar dengan kinerja perdagangan yang kuat di sektor pertanian beras dalam 10 tahun terakhir.
Volume ekspor beras negara itu meningkat 12% dari 572.878 ton pada tahun 2018 menjadi 641.735 ton pada tahun 2022 senilai Rp. 415,9 juta.
Tujuan utama untuk ekspor beras Kamboja adalah Tiongkok, yang menyumbang 39% dari total ekspor pada tahun 2022 (USD 163,8 juta).
Selanjutnya pasar ekspor terbesar beras Kamboja lainnya adalah Prancis (USD 62,9 juta), Malaysia (USD 31,2 juta) ,Belanda (USD 25,1 juta) dan Gabon (USD 17,1 juta).
Advertisement
Kenapa Indonesia impor beras dari Kamboja?
Indonesia mengimpor beras dari Kamboja sebagai bagian dari strategi untuk memastikan ketersediaan pangan nasional yang stabil dan mengatasi potensi kekurangan produksi domestik.
Dikutip berbagai sumber, berikut beberapa alasan utama mengapa Indonesia memutuskan untuk mengimpor beras dari Kamboja:
1. Ketahanan Pangan Nasional
Indonesia memiliki kebutuhan konsumsi beras yang sangat tinggi mengingat beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduknya. Meskipun Indonesia adalah salah satu produsen beras terbesar di dunia, variabilitas dalam produksi akibat cuaca, perubahan iklim, dan faktor lain dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan. Untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan menjaga stok beras tetap aman, pemerintah Indonesia melakukan impor sebagai langkah antisipatif.
2. Diversifikasi Sumber Impor
Selama ini, Indonesia mengimpor beras dari negara-negara seperti Thailand dan Vietnam. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan beras, diversifikasi sumber impor menjadi penting untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa negara saja. Kamboja, dengan surplus produksi berasnya, menjadi salah satu pilihan strategis bagi Indonesia untuk diversifikasi sumber impor. Hal ini juga memberikan fleksibilitas lebih dalam mengelola pasokan beras nasional.
3. Harga dan Kualitas yang Kompetitif
Kamboja mampu menawarkan harga beras yang kompetitif dan kualitas yang baik, sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh pasar Indonesia. Kemitraan dengan Kamboja tidak hanya membantu dalam mengisi kekosongan pasokan tetapi juga dapat menguntungkan secara ekonomi dengan memperoleh beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.