Pengamat: Maladewa Butuh India Sebagai Mitra Strategis

Shashi Tharoor menilai, Maladewa bergantung pada India, tetangga terdekatnya, untuk dukungan melalui segala macam krisis.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Jun 2024, 17:06 WIB
Ilustrasi tempat wisata Maafushivaru, Maladewa. (Photo by Mohamed Thasneem on Unsplash)

Liputan6.com, New Delhi - Negara kepulauan Maladewa berada di persimpangan geopolitik. Hubungannya dengan India, mitra yang telah teruji waktu. Namun telah renggang di bawah kepemimpinan presiden baru Mohamed Muizzu.

Pada saat yang sama, Maladewa tampaknya semakin mendekati China. Namun, pengamat menilai Maladewa memiliki lebih banyak keuntungan jika memperkuat hubungannya dengan India daripada bersikap terlalu dekat dengan Tiongkok, dikutip dari Oman Times, Senin (10/6/2024).

India telah menjadi sumber bantuan yang konstan bagi Maladewa, mendukung proyek-proyek pembangunan penting di seluruh pulau.

India saat ini mendukung 65 proyek pembangunan masyarakat yang mengejutkan senilai US$ 23 juta di Maladewa.

Proyek-proyek ini mencakup berbagai inisiatif, mulai dari pabrik pengolahan ikan dan pusat rehabilitasi narkoba hingga pusat budaya dan fasilitas olahraga.

Selain bantuan pembangunan, India juga telah memberikan paket dukungan anggaran sebesar US$ 50 juta kepada Maladewa, dengan menggulirkan Surat Perbendaharaan Negara melalui Bank Negara India.

Jalur keuangan yang krusial ini menggarisbawahi komitmen India yang teguh terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Maladewa.

Selain itu pengamat menilai, kedua negara memiliki ikatan budaya, sejarah, dan strategis yang mendalam yang telah teruji oleh waktu.

India secara konsisten menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Maladewa, tidak pernah berusaha untuk melemahkan kemerdekaannya atau memaksakan kehendaknya.

Hal ini juga disampaikan oleh Shashi Tharoor, mantan wakil sekretaris jenderal PBB dan mantan Menteri Luar Negeri India dalam tulisannya di project syndicate.

Shashi Tharoor menilai, Maladewa bergantung pada India, tetangga terdekatnya, untuk dukungan melalui segala macam krisis.

Ketika tentara bayaran Sri Lanka mencoba melakukan kudeta di Maladewa pada tahun 1988, pasukan terjun payung India diterjunkan untuk menghentikannya, kata Shashi Tharoor.

Ketika tsunami menghantam kepulauan itu pada tahun 2004, kapal-kapal India dan pekerja bantuan datang untuk menyelamatkan.

"Dan ketika satu-satunya pabrik desalinasi air di Maladewa rusak pada tahun 2014, India mengirimkan pesawat dan tanker Angkatan Laut yang diisi dengan air minum," kata Shashi Tharoor.


Dukungan Konsisten

Ilustrasi bendera Maladewa. (Photo by Gabriel Schumacher on Unsplash)

Dukungan yang konsisten ini mencerminkan kedalaman hubungan bilateral, kata Tharoor.

Menurut Shashi Tharoor, India adalah salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan Maladewa setelah memperoleh kemerdekaan dari kekuasaan Inggris pada tahun 1965, dan kedua negara sejak itu telah membangun hubungan multifaset yang mencakup ranah strategis, ekonomi, dan budaya.

"Mengingat perbatasan laut mereka yang sama, peran India dalam menjaga keamanan di wilayah Samudra Hindia sangat penting bagi Maladewa. Kedua negara adalah anggota pendiri Asosiasi Asia Selatan untuk Kerja Sama Regional dan penandatangan Perjanjian Perdagangan Bebas Asia Selatan. Dan India telah menjadi mitra ekonomi utama bagi Maladewa, memberikan bantuan yang luas, membantu dalam inisiatif pembangunan, dan mengejar perjanjian perdagangan."

 


Hubungan Bilateral China-Maladewa

Ilustrasi bendera Maladewa. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Di sisi lain, Tharoor menyoroti Tiongkok dan Maladewa juga meningkatkan hubungan bilateral mereka menjadi "kemitraan kerja sama strategis yang komprehensif," dan Muizzu bergabung dengan Prakarsa Keamanan Global Tiongkok.

Menurutnya, ini akan memungkinkan Tiongkok untuk meningkatkan kehadirannya di Maladewa dan memperluas kemampuan pengawasan digital dan fisiknya di wilayah sekitarnya. Sebuah kapal penelitian Tiongkok, Xiang Yang Hong 03, telah berlayar ke perairan Maladewa.

"India telah memperingatkan Maladewa untuk berhati-hati dalam menentukan pilihan strategisnya, terutama mengingat banyaknya klien China yang terjerat dalam perangkap utang. Namun peringatan India tampaknya hanya meningkatkan tekad Muizzu untuk menegaskan kemerdekaannya," kata Tharoor.

Banner Infografis Adu Kekuatan Tempur Pakistan Vs India. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya