Pengelola Pasang Timer di Toilet Wanita, Wisatawan Merasa Tak Tenang bak Sedang Diawasi

Sebuah tempat wisata di Kota Datong, Provinsi Shanxi, China memasang pengatur waktu di pintu toilet wanita. Hal tersebut membuat warganet China kesal.

oleh Rusmia Nely diperbarui 13 Jun 2024, 08:08 WIB
Foto toilet di Yungang Grottoes yang dipasang pengatur waktu. (dok. Weibo @澎湃新闻/https://weibo.com/5044281310/OhTpn22SQ/Rusmia Nely)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video beredar di sosial media China, Weibo yang menunjukkan bilik-bilik toilet dengan pengatur waktu yang tertempel di bagian atas pintu. Dikutip dari Asiaone, Rabu, 12 Juni 2024 foto toilet tersebut diambil dari sebuah tempat wisata di Cina yang merupakan wisata gua kuil Buddha Cina kuno yang terletak di Kota Datong, Provinsi Shanxi. Toilet yang dipasangi pengatur waktu tersebut ternyata adalah toilet wanita.

Dalam video yang dibagikan, tampilan layar pengukur waktu berubah dari hijau menjadi merah yang menandakan bahwa toilet sedang dipakai. Setelah itu, timer perlahan berdetak.

Publikasi asal China, Sing Tao melaporkan bahwa seorang turis yang mengunjungi tempat wisata tersebut mengatakan bahwa teknologi ini membantu untuk menunjukkan toilet mana yang kosong. Namun, dirinya berasa seperti diawasi. 

"Saya pikir ini terlihat sangat mutakhir dan akan mencegah antre membabi buta dan mengetuk pintu, tapi saya juga merasa sedikit malu, seolah-olah saya sedang diawasi," katanya.

Sejak beredar di internet, warganet China mempertanyakan soal keputusan pengelola tempat wisata tersebut. Ada banyak yang mengutarakan kecaman dan mengatakan bahwa tidak seharusnya orang ke toilet diburu-buru.

"Ini benar-benar keterlaluan... akankah ada orang yang duduk di toilet umum di lokasi wisata hanya untuk bermain ponsel? Bagaimana anggaran untuk proyek ini disetujui? Benar-benar sia-sia," kata seorang pengguna Weibo.

"Apa salahnya seseorang menunggu lebih lama jika dia tidak sehat? Haruskah dia dihukum di depan umum?" komentar warganet yang lain.

 

 


Bisa Berguna dalam Keadaan Darurat

Sejumlah toilet umum yang terletak di jembatan pejalan kaki setinggi 6 meter (19,7 kaki) di Chongqing, Tiongkok (23/2). Sedangkan bawah toilet umum ini ialah jalan raya yang menjadi tempat lalu lalang kendaraan. (AFP Photo/China Out)

Namun, beberapa warganet setuju dengan ide tersebut. Mereka mengatakan bahwa ini bisa bermanfaat jika sewaktu-waktu ada keadaan darurat yang terjadi pada pengguna toilet tersebut.

"Saya pikir ini bagus! Ini akan mencegah orang-orang berlama-lama di toilet umum dan menyebabkan insiden," tulis seorang warganet.

"Yang menentang sebaiknya orang-orang yang biasa menempati toilet atau mempunyai motif tersembunyi," sebut yang lain berkelakar.

Sebagi warganet lain mempertanyakan soal teknis pengukur waktu tersebut. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi saat waktu yang tertera di pintu habis.

"Apakah alarm akan mulai berbunyi?" tanya seorang warganet. 

"Saya semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi ketika saatnya tiba? Apakah itu membuka pintu secara otomatis?" komentar warganet lain.

Menanggapi pertanyaan dari media, perwakilan dari Yungang Grottoes yang merupakan pengelola dari tempat wisata tersebut menjelaskan bahwa tidak ada waktu yang ditentukan untuk 'mengontrol' pengguna di toilet.

"Tidak mungkin mengusir orang di tengah-tengah urusan mereka. Bukannya pengguna harus keluar setelah lima atau 10 menit," kata juru bicara memadamkan komentar-komentar liar di internet.


China Punya Toilet dengan Fasilitas Tes Urine Seharga Rp43 Ribu

Tangkapan layar dari video yang viral di Beijing, tentang toilet canggih yang dapat mengecek kesehatan urin. (Dok: akun @JayPro_China via Twitter)

Warganet China melaporkan keberadaan toilet berteknologi tinggi yang mampu melakukan tes cepat sampel urine di pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan daerah kota yang ramai lainnya. Dilansir dari kanal Global Liputan6.com, foto-foto dari toilet dengan penampilan aneh di sebuah mal di distrik bisnis Beijing, China ini, telah beredar luas secara online, viral dan memicu perdebatan sengit.

Ternyata toilet tersebut disebutkan memiliki tampilan digital lengkap dengan unit pemrosesan pembayaran terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk melakukan tes urine setelah buang air kecil. Toilet ini diduga memiliki sensor tersembunyi yang menganalisis urine untuk beberapa indikator, termasuk kalsium, glukosa, protein, keton, ascorbat, dan lain-lain. 

Informasi yang ditampilkan di layar menunjukkan bahwa pengembang telah memperoleh beberapa paten untuk teknologi tes urine tersebut, tetapi akurasi hasilnya masih diperdebatkan. Menurut laporan dari Bastille Post, layanan pelanggan perusahaan yang mengoperasikan toilet high-tech ini mengklaim bahwa perangkat mereka menggunakan prinsip yang sama dengan unit tes di rumah sakit dan hasilnya dapat digunakan sebagai referensi kesehatan.

 


Toilet dengan Tes Urine Bisa Jadi Rujukan Kesehatan, Namun Tidak Bisa Jadi Data Valid

Toilet pintar. Dok: ubergizmo.com

Namun, hal ini tampak sangat tidak mungkin, mengingat lokasi toilet dan kekhawatiran perihal kebersihan. Perusahaan tersebut mengklaim mempertimbangkan masalah kebersihan saat merancang toilet ini, tetapi tidak merinci secara mendetail.

Ketika menggunakan toilet canggih, akan muncul pesan di layar "Anda akan mendapatkan laporan tes urine setelah buang air kecil, apakah Anda akan membayarnya?" bersama dengan kode QR yang dapat dipindai untuk pembayaran.

Tes akan selesai sekitar dua menit setelah memindai kode dan mengonfirmasi pembayaran. Biaya yang dibutuhkan dilaporkan sebesar $2,80 atau setara dengan Rp43 ribu. Toilet ini kabarnya sudah ada sejak setidaknya pada 2021, tetapi baru-baru ini menjadi viral setelah beberapa foto dari toilet yang terlihat di distrik bisnis Beijing ini beredar online. 

Menurut seorang dokter China, tes urine yang dilakukan oleh toilet pintar ini hanya dapat dianggap sebagai pengingat kesehatan semata, karena masih terdapat beberapa kesalahan dibandingkan dengan tes yang dilakukan di klinik atau rumah sakit.

Sejak kontroversi seputar toilet pintar ini jadi sorotan di dunia maya, seorang pengguna berbagi foto penyangkalan yang diduga terpasang di salah satu unit, yang berbunyi, "Produk ini bukanlah alat medis, dan hasilnya tidak dapat digunakan sebagai dasar diagnosis, hanya sebagai referensi data manajemen kesehatan."

Infografis Destinasi Wisata Bahari yang Populer di Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya