Mengenal Kudok, Senjata Tradisional Sumatra Selatan yang Jadi Alat Berkebun

Senjata ini juga banyak digunakan masyarakat di Kabupaten Lahat dan masyarakat Manna di Kabupaten Bengkulu Selatan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Jun 2024, 04:00 WIB
Ilustrasi Berkebun Credit: freepik.com

Liputan6.com, Palembang - Kudok merupakan salah satu senjata tradisional Sumatra Selatan, khususnya di area Besemah. Selain sebagai senjata tradisional, kudok juga merupakan alat pertanian, cendera mata, serta bisa juga dijadikan penghias rumah.

Mengutip dari indonesiakaya.com, kudok yang dikenal dengan nama kudok betelugh oleh warga lokal merupakan senjata tajam sejenis parang. Senjata ini banyak digunakan oleh Suku Besemah.

Senjata ini juga banyak digunakan masyarakat di Kabupaten Lahat dan masyarakat Manna di Kabupaten Bengkulu Selatan. Dahulu, Manna termasuk dalam daerah Sumatra Selatan, sehingga rakyatnya banyak yang berasal dari Besemah.

Meski termasuk senjata yang cukup tajam, masyarakat setempat banyak menggunakannya sebagai alat berkebun. Ujung pisaunya yang runcing dengan pegangan (pulu) berbentuk bulat membuat senjata ini dikenal dengan nama kudok betelugh atau kudok bertelur.

Kudok juga dilengkapi dengan sarung (berangke) untuk mengamankannya. Selain kudok betelugh yang umum ditemukan, kudok juga memiliki sekitar 10 jenis berbeda yang memiliki bentuk dan fungsi masing-masing. Dari beragam jenis tersebut, yang paling banyak dicari adalah jenis betelugh, luncu, gerahan, dan kudok rambai ayam.

 


Besi atau Baja

Umumnya, kudok dibuat dari material besi atau baja. Bahkan, para perajin banyak yang menggunakan per mobil, khususnya buatan Jerman dan Italia, karena kandungan bajanya yang banyak.

Adapun untuk bagian gagang dibuat dari bahan kayu jati. Sementara untuk sarung pelindungnya terbuat dari kayu limau.

Pada bagian gagang dan sarung kudok biasanya akan dililit dengan rotan halus. Lilitan pada bagian gagang biasanya diperkuat dengan malau (sejenis getah kayu).

Agar mudah dibawa, terdapat pengait di bagian kiri sarung. Pengait itu terbuat dari bahan kayu atau tanduk yang bisa dikaitkan pada tubuh sebelah kiri.

Biasanya, kudok dibuat dalam dua ukuran, yaitu antara 30-35 cm dan 25-30 cm. Ukuran ini ditentukan berdasarkan fungsinya.

Kudok berukuran besar kerap digunakan untuk membelah kayu atau bambu, sedangkan kudok berukuran kecil lebih banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri. Namun, tak jarang juga ada yang menggunakan kudok kecil sebagai pemotong kayu atau bambu.

Saat ini, kudok masih dapat ditemukan di pasar tempat penjualan alat pertanian dan toko oleh-oleh. Kudok menjadi salah satu identitas budaya yang khas, sehingga sangat cocok dijadikan oleh-oleh.

(Resla)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya