Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan manusia akan saling bergantung satu dengan lainnya. Membangun hubungan baik atau silaturahmi antarsesama juga merupakan suatu hal yang dianjurkan dan bernilai pahala dalam ajaran Islam.
Sebagaimana riwayat hadis oleh Tirmidzi;
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.
“Orang yang beriman, yang ia berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang yang beriman, yang tak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka.”
Baca Juga
Advertisement
Namun, dalam hubungan silaturahmi terkadang ada banyak hal tak terduga. Misalnya saja ada yang minta traktiran makan atau barang tertentu saat tengah bersama ataupun meminta dibawakan oleh-oleh ketika kita hendak bepergian.
Lantas, bagaimana padangan Islam mengenai hal ini? Apakah seseorang boleh meminta ditraktir kepada kerabat atau temannya? Berikut ulasannya mengutip dari laman merdeka.com.
Saksikan Video Pilihan ini:
Hukum Minta Ditraktir dan Balasan di Hari Akhir
Sebagai makhluk sosial, ada beragam cara yang dilakukan seseorang untuk bisa tetap merajut tali silaturahmi. Salah satunya yakni dengan berbagi kebahagiaan dan meluangkan sedikit harta kita untuk membelanjakan barang bagi orang lain.
Hal tersebut bisa terwujud dengan membayar makanan teman, saudara, dan orang-orang terdekat lainnya. Selain itu, kita bisa senantiasa memberi oleh-oleh saat bepergian.
Namun, sebenarnya bagaimana jika orang lain yang justru meminta traktir dan oleh-oleh tersebut?
Melansir dari kanal YouTube Utsman TV, Ustaz Dr. Firanda Andirja mengungkap jika ada pandangan dari agama Islam mengenai hal yang satu ini.
Dari sudut pandang agama Islam, meminta traktir dan oleh-oleh bisa dianggap sebagai kegiatan yang meminta-minta. Hal itu termasuk dalam perbuatan kurang baik yang dapat mendatangkan balasannya di hari akhir kelak.
Adapun bunyi hadis yang menerangkan hal tersebut yakni sebagai berikut,
"Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun." (HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1725).
Advertisement