PBB: 120 Juta Orang di Dunia Terpaksa Mengungsi Akibat Perang dan Kekerasan

Jumlah populasi pengungsi global saat ini setara dengan populasi Jepang.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Jun 2024, 10:29 WIB
Jumlah korban akan meningkat jika serangan Israel tidak segera dihentikan. (Bashar TALEB/AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Badan Pengungsi PBB UNHCR melaporkan bahwa sebanyak 120 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang, kekerasan dan penganiayaan – yang merupakan tahun ke-12 berturut-turut jumlah tersebut meningkat.

Bahkan faktanya, populasi pengungsi global kini setara dengan populasi Jepang.

Kepala UNHCR Filippo Grandi menyebut bahwa konflik terbaru di Sudan dan Gaza menyumbang jumlah peningkatan tersebut.

Dilansir BBC, Jumat (14/6/2024), ia pun meminta pemerintah untuk mengatasi akar penyebab masalah ini, daripada mempolitisasi pengungsi dan mengambil tindakan cepat seperti menutup perbatasan, yang menurutnya tidak akan menyelesaikan masalah.

Sebaliknya, ia mendesak negara-negara untuk bekerja sama demi solusi yang lebih tahan lama.

Menurut laporan tahunan UNHCR, krisis baru dan lama meningkatkan jumlah pengungsi secara global pada April 2024.

Di Sudan, perang yang dimulai antara jenderal-jenderal yang bersaing pada April 2023 memaksa lebih dari sembilan juta orang meninggalkan rumah mereka. Sedangkan di Gaza, perang antara Israel dan Hamas telah menyebabkan sekitar 75 persen populasi – 1,7 juta orang – mengungsi sejak Oktober 2023.


Sebaran Pengungsi di Sejumlah Negara

Warga sipil yang mengungsi melarikan diri dari timur al-Bureij di Jalur Gaza tengah akibat pengeboman Israel di kota tersebut pada 5 Juni 2024. (Bashar TALEB/AFP)

Krisis pengungsi terbesar di dunia masih terjadi di Suriah, di mana konflik yang dimulai pada tahun 2011 membuat hampir 14 juta orang harus mengungsi dari rumah mereka.

Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Republik Demokratik Kongo dan Myanmar karena pertempuran tahun lalu

Badan pengungsi PBB mengatakan tidak benar bahwa semua pengungsi dan migran lainnya pergi ke negara-negara kaya, dan menunjukkan bahwa sebagian besar pengungsi berada di negara-negara tetangga dan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Grandi juga mengungkap bahwa jumlah pengungsi secara global meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 2012 dan kemungkinan akan terus meningkat.

"Kecuali terjadi pergeseran geopolitik internasional, sayangnya saya melihat angkanya terus meningkat," tambahnya.

Badan ini turut mengecam pihak-pihak yang bertikai, dan mengatakan bahwa konflik yang melanggar hukum internasional mendorong terjadinya pengungsian.


Serangan Israel ke Rafah Hantam Kamp Pengungsi

Sebelumnya, Rafah merupakan salah satu wilayah pengungsian yang aman bagi warga Palestina sejak perang antara milisi Hamas dan Israel berkecamuk pada 7 Oktober 2023 lalu. (Foto: AFP)

Belum lama ini, petugas kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel di Kota Rafah, Gaza selatan, menewaskan sedikitnya 35 orang pada hari Minggu (26/5/2024). Serangan itu menghantam tenda-tenda pengungsi, sementara banyak lainnya terjebak dalam puing-puing yang terbakar.

Otoritas Kesehatan Jalur Gaza mengatakan perempuan dan anak-anak merupakan korban terbanyak yang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Serangan pada Minggu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICC) memerintahkan Israel mengakhiri serangan militernya di Rafah, di mana lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mencari perlindungan sebelum kota itu diserang Israel awal bulan ini. Puluhan ribu orang masih berada di wilayah tersebut, sementara banyak lainnya telah mengungsi.

Selengkapnya di sini..

Infografis Ramai-Ramai Ungsikan Warga Negara dari Perang Saudara di Sudan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya