Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia hanya akan mengakhiri perang Ukraina jika Kyiv menyerahkan keseluruhan empat wilayah yang diklaim oleh Moskow dan membatalkan upayanya untuk bergabung dengan NATO.
Hal tersebut disampaikan Putin pada hari Jumat (14/6/2024) menjelang KTT Perdamaian Ukraina di Swiss, di mana Rusia tidak diundang.
Advertisement
Selain menarik diri dari empat wilayah yang diduduki di Ukraina timur dan selatan, Putin mengatakan Ukraina harus melakukan demiliterisasi dan negara-negara Barat harus mencabut sanksi mereka terhadap Rusia, yang telah merusak namun tidak melumpuhkan perekonomiannya.
Persyaratan Putin disebut mewakili kegagalan dalam mencapai tujuan awal perangnya, ketika mereka percaya bahwa mereka dapat merebut Kyiv dalam hitungan hari dan wilayah Ukraina lainnya dalam hitungan minggu. Hampir 28 bulan kemudian, Rusia menduduki sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang dicaploknya satu dekade lalu.
Para pejabat Ukraina dan negara-negara Barat telah berulang kali memperingatkan bahwa Putin bermaksud menciptakan kekalahan total bagi Ukraina dan bahwa setiap gencatan senjata atau perundingan perdamaian hanyalah kedok untuk memungkinkan pasukan Rusia menyusun kekuatan kembali dan melancarkan serangan baru dan lebih sengit di masa depan.
Kondisi Rusia untuk perundingan perdamaian sederhana, tegas Putin, dimulai dengan penarikan total pasukan Ukraina dari seluruh wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia. Moskow hanya menguasai sebagian wilayah tersebut, namun pada tahun 2022 mengklaim seluruh wilayah itu merupakan bagian dari wilayah Rusia.
Putin menekankan bahwa Ukraina harus menyerahkan tidak hanya wilayah di garis depan Rusia, yang tersebar di masing-masing wilayah, namun juga seluruh wilayah tersebut.
"Segera setelah mereka menyatakan di Kyiv bahwa mereka siap mengambil keputusan tersebut dan memulai penarikan nyata pasukan dari wilayah ini – dan juga secara resmi memberitahukan tentang pembatalan rencana untuk bergabung dengan NATO – pihak kami akan segera, pada saat yang sama, membuat perintah untuk gencatan senjata dan memulai negosiasi," kata Putin seperti dilansir CNN, Sabtu (15/6).
Putin berjanji menjamin penarikan unit dan formasi Ukraina tanpa hambatan dan aman serta meminta agar syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang dituangkan dalam perjanjian internasional.
Reaksi Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negaranya tidak memercayai ultimatum Putin, yang menurutnya tidak berbeda secara signifikan dari usulan yang dia buat sebelumnya.
Berbicara pada hari Jumat di KTT G7 di Italia, Zelenskyy menarik persamaan antara taktik Putin dan taktik yang digunakan oleh pemimpin Nazi Adolf Hitler untuk menaklukkan sebagian besar Eropa pada tahun 1930-an dan 40-an.
"Dia berbicara tentang wilayah di negara kita dan dia menuturkan dia tidak akan berhenti," kata Zelenskyy kepada afiliasi CNN, Sky Tg24.
"Ini adalah hal yang sama yang dilakukan Hitler, ketika dia mengatakan 'berikan saya bagian dari Cekoslowakia dan itu akan berakhir'. Anda tidak dapat memercayainya," kata Zelenskyy, merujuk pada aneksasi Hitler atas Sudetenland dan kebijakan penenangan negara-negara Barat gagal.
"Itulah mengapa kita tidak boleh memercayai pesan-pesan ini karena Putin juga mengikuti hal yang sama."
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak meminta sekutu Kyiv untuk "menyingkirkan ilusi" dan berhenti menganggap serius usulan Rusia. Podolyak menggambarkan pernyataan Putin "menyinggung akal sehat".
"Tidak ada hal baru dalam hal ini, tidak ada usulan perdamaian nyata, dan tidak ada keinginan untuk mengakhiri perang. Namun, ada keinginan untuk tidak membayar perang ini dan melanjutkannya dalam format baru. Itu semua palsu," ujar Podolyak.
Pidato Putin disampaikan menjelang konferensi perdamaian Swiss, yang akan dihadiri oleh hampir 100 negara dan organisasi. Dia melabeli KTT Perdamaian Ukraina sebagai sebuah taktik lain untuk mengalihkan perhatian semua orang.
Advertisement