Masakan Anda Kurang Matang? Waspadai Bakteri Salmonella dalam Makanan

Masakan kurang matang berisiko memicu gastroenteritis atau muntaber.

oleh Arie Nugraha diperbarui 19 Jun 2024, 17:00 WIB
Ilustrasi Salmon/https://www.shutterstock.com/Elena Eryomenko

Liputan6.com, Bandung - Bakteri salmonella dalam makanan yang dimakan dapat menyebabkan menderita gastroenteritis. Gastroenteritis atau lebih dikenal sebagai muntaber merupakan penyakit karena infeksi pencernaan karena virus atau bakteri.

Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti, mual, muntah, dan diare. Meskipun gejala yang dialami pasien cukup singkat, tetapi kondisi ini sangat menular.

"Banyak orang mengalami diare atau sakit perut karena salah mengonsumsi makanan. Masalah pencernaan ini mungkin saja disebabkan oleh adanya bakteri salmonella dalam makanan, terutama makanan yang kurang matang," kata dr. Yusra Firdaus dalam keteranganya dilaman Hello Sehat, Senin, 10 Juni 2024.

Firdaus mengatakan saat seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung bakteri salmonella, tidak akan langsung merasa sakit.

Sakit akan muncul setidaknya 2-3 hari setelah mengonsumsi makanan tersebut. Sehingga, mungkin akan sulit untuk mengetahui makanan apa yang menyebabkan sakit.

"Anda harus mengingat-ingat lagi makanan apa yang dimakan selama tiga hari kebelakang, dan hal ini mungkin tidak mudah untuk diingat," sebut Firdaus.

Selain dapat menyebabkan masalah pencernaan, bakteri salmonella jenis tertentu juga dapat menyebabkan demam tifoid atau lebih dikenal dengan nama tifus.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri salmonella typhi yang terkandung dalam makanan yang terkontaminasi.

"Salmonella merupakan bakteri yang hidup di banyak usus hewan ternak. Anda bisa terinfeksi bakteri salmonella saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan feses hewan yang mengandung bakteri salmonella," terang Firdaus.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bakteri Salmonella pada Makanan

Beberapa makanan yang umumnya bisa terkontaminasi dengan bakteri salmonella adalah sebagai berikut:

1. Daging, unggas, dan makanan laut mentah

Feses bisa masuk ke dalam daging dan unggas mentah selama proses pemotongan. Sedangkan, makanan laut bisa terkontaminasi salmonella dari air yang terkontaminasi.

2. Telur mentah

Pada ayam yang terinfeksi bakteri salmonella, ayam tersebut dapat menghasilkan telur yang mengandung salmonella sebelum cangkangnya terbentuk.

Itulah mengaoa bakteri salmonella bisa terkandung dalam telur. Sementara cangkang telur sebenarnya dapat menjadi penghalang telur terkontaminasi bakteri salmonella dari luar.

3. Buah-buahan dan sayuran

Buah dan sayur dapat terkontaminasi bakteri salmonella dari air yang terkontaminasi. Kontaminasi ini bisa terjadi saat pencucian, pengolahan dengan air, atau bersentuhan dengan daging atau unggas mentah yang terkontaminasi.

"Bakteri salmonella dalam makanan tentu tidak dapat dideteksi dengan hanya melihat makanan tersebut atau hanya mencium bau makanan tersebut," jelas Firdaus.

Untuk mengetahui adanya bakteri salmonella dalam makanan, ini hanya dapat dilakukan dengan uji di laboratorium. Sayangnya, ini bukan suatu hal yang sederhana.

Namun begitu, bisa melakukan beberapa hal seperti di bawah ini untuk mengurangi risiko terkena keracunan makanan karena bakteri salmonella.

- Masak telur sampai benar-benar matang, baik putih telur maupun kuning telurnya.

- Masak daging utuh sampai 63 derajat Celcius, daging giling sampai 71 derajat Celcius, dan unggas sampai 74 derajat Celcius. Hal ini karena pada temperatur tersebut sebagian besar bakteri dalam makanan dapat mati, sehingga dapat meminimalkan risiko Anda terkena infeksi.

- Simpan makanan panas dan dingin secara terpisah.

- Jangan membiarkan makanan terbuka selama lebih dari dua jam.

- Membedakan talenan atau peralatan masak lain untuk makanan mentah dan makanan matang.

- Bersihkan peralatan makan dan memasak setelah menggunakannya.

- Selalu cuci tangan Anda sebelum memegang makanan.

 


Penjelasan Kemenkes RI

Dilansir Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehahatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Tim Promkes RSST-RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, menjelaskan infeksi Salmonella dapat terjadi pada siapa saja.

Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi Salmonella, yaitu:

- Berusia di bawah 5 tahun (balita) atau di atas 65 tahun (lansia)

- Memiliki daya tahan tubuh yang lemah- Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, antibiotik, dan antasida

- Menderita penyakit radang usus

- Memiliki hewan peliharaan di rumah, seperti anjing atau kucing

Gejala infeksi Salmonella atau salmonelosis dapat muncul 12–72 jam setelah seseorang terinfeksi. Beberapa gejala yang dapat muncul adalah:

- Diare

- Kram perut

- Demam

- Sakit kepala

- Mual

- Muntah

Gejala infeksi Salmonella umumnya berlangsung selama 4–7 hari. Namun, penderita juga dapat mengalami diare hingga 10 hari dan memerlukan waktu beberapa bulan agar usus kembali berfungsi dengan normal.

Segera melakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika:

- Diare berlangsung lebih dari 3 hari dan makin memburuk

- Demam lebih dari 38 derajat Celcius

- Terdapat darah pada tinja

- Muntah secara terus-menerus

 


Pemeriksaan, Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Salmonella

Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

- Pemeriksaan feses untuk mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi

- Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi dan dehidrasi

Pengobatan infeksi Salmonella tergantung tingkat keparahan penyakitnya. Pada kasus salmonellosis yang ringan, pasien umumnya dapat melakukan penanganan mandiri di rumah, seperti:

- Minum air yang cukup, untuk mencegah dehidrasi

- Menghindari konsumsi makanan atau minuman yang dapat memperburuk gejala, seperti alkohol, kafein, susu, makanan berminyak, serta makanan pedas

- Menggunakan bantalan hangat, untuk mengurangi kram perut

Sementara pada kasus yang parah, pasien umumnya perlu dirawat di rumah sakit. Dokter akan memberikan infus cairan untuk mengganti kekurangan cairan akibat diare. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat-obat lain, yaitu:

- Meredakan diare

- Meredakan demam

- Antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri jika penyakit sudah sangat parah atau pasien memiliki daya tahan tubuh yang lemah

Untuk mencegah infeksi Salmonella, ada 9 langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Mencuci tangan sebelum makan, memasak, setelah menggunakan toilet, serta setelah memegang dan membersihkan kotoran hewan

2. Mencuci bahan makanan sebelum dikonsumsi, seperti sayur-sayuran atau buah-buahan

3. Menghindari konsumsi daging mentah atau tidak matang

4. Menghindari konsumsi telur mentah atau makanan yang mengandung telur mentah

5. Memisahkan Peyimpanan makanan mentah dengan makanan yang sudah matang

6. Menyimpan daging merah, daging unggas, dan makanan laut secara terpisah dari bahan makanan lain di dalam kulkas

7. Menggunakan talenan terpisah untuk daging mentah

8. Menjaga kebersihan dapur beserta dengan alat-alatnya

9. Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain ketika sedang mengalami diare atau muntah

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi ujung tombak menangkal paparan bakteri salmonella. Masyarakat harsus terus menjaga kesehatan setiap individu maupun lingkungannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya